Jumat, 24 Desember 2010

AR Rahman Sekeluarga Masuk Islam Setelah Sang Adik Tersembuhkan

AR Rahman Sekeluarga Masuk Islam Setelah Sang Adik Tersembuhkan
AR Rahman
REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI--Di dunia musik, sebelum film Slumdog Millionaire dirilis, nama AR Rahman mungkin tidak pernah ada yang mengenalnya. Padahal laki-laki kelahiran Chennai, Tamil Nadu, India tanggal 6 Januari 1966 ini telah menjual lebih dari 100 juta rekaman. Rahman yang dijuluki "Mozart of Madras" oleh majalah Time itu setidaknya telah menjadi pengarah musik lebih dari 50 film produksi Bollywood.

Dan, ketika sutradara Slumdog Millionaire, Danny Boyle menyodori posisi penata musik, ia tidak berpikir dua kali. Dia mulai merencanakan musik itu beberapa bulan dan akhirnya film itu benar-benar meledak.

Seperti mayoritas penduduk India yang menganut agama Hindu, Rahman sejak lahir sudah memeluk Hindu. Nama pemberian orang tuanya adalah AS Dileep Kumar. Ia tumbuh dan dibesarkan di tengah-tengah keluarga pemusik kaya raya. Ayahnya, RK Shekhar, dikenal luas sebagai komposer dan konduktor musik untuk film-film India berbahasa Malayalam.

Ketika usianya menginjak 9 tahun, sang ayah meninggal dunia dan peran sebagai kepala keluarga dipegang oleh ibunya Kareema (Kashturi). Sejak saat itu, kebutuhan hidup Rahman dan saudara-saudaranya ditutupi dari hasil menyewakan alat-alat musik peninggalan sang ayah. Kerasnya kehidupan yang harus ia lalui sepeninggal sang ayah telah membuatnya menjadi seorang atheis.    

Berkat kecermelangannya dalam bermusik, ia pun mendapat tawaran beasiswa dari sebuah sekolah musik di Greewich, Inggris, Trinity College of Music. Rahman berhasil menyelesaikan pendidikan musiknya di sana dan lulus dengan gelar dalam bidang musik klasik Barat.

Persentuhan awal Rahman dengan agama Islam terbilang unik. Ketika itu sang adik tiba-tiba jatuh sakit. Berbagai upaya telah ditempuh dan dilakukan oleh keluarganya demi kesembuhan sang adik. Namun kesembuhan yang diharapkan tak kunjung tiba.

Di tengah keputusasaan yang melanda keluarga Rahman, salah seorang teman keluarganya, memberi saran agar mereka memanjatkan doa di sebuah masjid dan bersumpah untuk masuk Islam jika sang adik diberi kesembuhan kelak. Jadilah keluarga Rahman menjalankan saran tersebut.

Tak lama berselang sang adik pun diberi kesembuhan. Dan sesuai dengan sumpah yang telah mereka ucapkan, Rahman beserta seluruh anggota keluarganya menyatakan masuk Islam. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1989, saat usia Rahman baru menginjak 23 tahun. Sejak saat itu, dia pun mengubah namanya dari AS Dileep Kumar menjadi Allah Rakha (AR) Rahman.

Kepada majalah Time, suami dari Saira Banu ini mengungkapkan dirinya tertarik untuk memeluk Islam setelah mempelajari sufisme Islam. Mengenai identitas keislamannya ini ia tidak malu untuk menunjukkannya di hadapan publik.

Hal ini terlihat jelas manakala ia memberikan sambutan pada malam penganugerahan Academy Awards ke-81. Di hadapan para pelaku industri film dunia ia mengawali kata sambutannya dengan sebuah kalimat Tamil "Ella pughazhum iraivanukke", yang secara harfiah berarti "Semua pujian didedikasikan untuk Allah".

Kendati telah memeluk Islam, hal tersebut tidak membuat Rahman berhenti dari dunia seni musik. Dalam sebuah wawancara khusus dengan Majalah The Rolling Stone edisi 16 November 2008, Rahman mengungkapkan, pada tahun-tahun pertamanya menjadi seorang Muslim, bersama lima orang teman masa kecilnya ia membentuk sebuah band yang mereka beri nama Roots. Dalam band tersebut, ia ditempatkan sebagai pemain keyboard dan penggubah lagu.

Setelah band tersebut bubar, Rahman kemudian mendirikan sebuah grup musik beraliran rock. Band barunya ini ia beri nama Nemesis Avenue. Di Nemesis Avenue, ia memainkan beberapa alat musik, mulai dari keyboard, piano, synthesizer, harmonika hingga gitar. Namun dari kesemua perangkat alat musik ini, menurut Rahman, ia lebih tertarik dengan synthesizer. ''Alat ini merupakan kombinasi yang ideal antara musik dan teknologi,'' ungkap ayah dari Khadijah, Rahima dan Aameen ini kepada TFM Page Magazine edisi Januari 2006.

Karir profesionalnya di industri film baru mulai dirintis di tahun 1992, ketika ia mendirikan studio rekaman sendiri di rumahnya di Chennai. Studio musiknya yang diberinya nama Panchathan Record Inn tersebut saat ini bisa dibilang sebagai salah satu studio musik yang paling canggih dan memiliki teknologi tinggi di Asia.

Sepanjang karirnya sebagai musisi, Rahman telah memenangkan berbagai penghargaan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Antara lain empat belas piala Filmfare Awards, sebelas piala Filmfare Awards South, empat piala National Film Awards, dua piala Academy Awards, dua Grammy Awards, satu piala BAFTA Award dan satu piala Golden Globe. Atas pencapaian ini, pada tahun 2005 lalu oleh majalah TIME ia pernah dinobatkan sebagai penulis soundtrack film yang paling menonjol di India. Di tahun 2009 lalu, majalah TIME kembali memberi penghargaan kepada Rahman dengan menempatkannya dalam daftar 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia.
Red: Siwi Tri Puji B
Rep: Nidia Zuraya


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/12/25/154371-ar-rahman-sekeluarga-masuk-islam-setelah-sang-adik-sembuh

Air Mata

Hikmah Pagi: Air Mata
Menangis. Ilustrasi
Oleh: Umi Nurtri Ratih (Guru SMPN Bojongsari, Purbalingga) ****



 “Dan mereka munyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (QS Al Israa[17]:109)



Seringkali, ketika sesuatu terjadi di luar rencana, harapan dan keinginan lewat tak tertangkap barulah manusia mengingat Dia. Sadar dirinya tak mampu berbuat apa-apa, jika Allah sudah berkehendak. Saat itu biasanya manusia menangis atau berkeinginan untuk menangis. Namun, tak lama bila ada harapan dan keinginan yang terwujud, maka tertawalah ia dan lupa lagi kepada Sang Pemberi Harapan.


Amat biasa, manusia menangis, melelehkan airmatanya, ketika merasa hancur, tujuannya gagal, harapannya kabur, dan cita-citanya berantakan. Atau, apabila yang telah diupayakannya mengalami kebuntuan.

Menangis adalah cara Allah menunjukkan kekuasaan dan kemahabesaranNya. Air mata itu mungkin saja diciptakan untuk menyadarkan manujsia agar senantiasa mengingatNya. Titik-titik air bening dari kelopak mata itu bisa jadi adalah teguran Allah terhadap riak kenistaan yang kerap mewarnai kehidupan ini.

Seperti Allah menurunkan hujan dari gumpalan awan untuk membahasahi bumi dari kekeringan hingga tumbuh sayur segar dan buah yang ranum. Seperti itulah barangkali tangis manusia akan membahasahi kekeringan hati dan melelehkan kerak kegersangan agar menghadirkan kembali wajah Dia yang mengiringi setiap langkah selanjutnya.

Semestinya, tangisan meluluhkan bongkah bongkah keangkuhan dalam dada, hingga timbul kesadaran hanya Dia yang berhak berlaku sombong. Air mata itu akan melelahkan pandangan mata dari m tangis manusia akan membahasahi kekeringan hati dan melelehkan kerak kegersangan agar menghadirkan kembali wajah Dia yang mengiringi setiap langkah selanjutnya.

Semestinya, tangisan meluluhkan bongkah bongkah keangkuhan dalam dada, hingga timbul kesadaran hanya Dia yang berhak berlaku sombong. Air mata itu akan melelahkan pandangan mata dari meremehkan orang lain dan semakin menjernihkan kacamata untuk lebih bias melihat kemahabesaran dan kekuasaan Alah. Titik titik bening itu akan membersihkan debu debu pengingkaran yang menyesaki kelopak mata yang menjadikan seringkali lupa bersyukur atas nikmat pemberianNya.

Semestinya pula, melelehkan air mata membuat hati tetap basah oleh ke tawadluan, qana’ah, dan juga cinta terhadap sesame. Air mata menjadi penyadar bahwa apa pun yang kita upayakan semua tergantung padaNya. Tak ada yang patut disombongkan pada diri di hadapan sesame apalagi di hadapan Dia. Air mata akan mengantarkan kita pada kekhusyukan.

Bersyukurlah bila masih bias meneteskan air mata. Namun, air mata menjadi tak ada atinya jika setelah tetes terakhir, tak ada perubahan apapun dalam langkah kita. Tak akan ada hikmahnya, bila kesombongan masih menjadi baju utama kita. Wallahu a’lam bish-shawab.
Red: Siwi Tri Puji B

http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/12/25/154361-hikmah-pagi-air-mata

Rabu, 22 Desember 2010

Batal Minum-minum, Spontan, Rustam Sarachev Malah Kunjungi Masjid

Batal Minum-minum, Spontan, Rustam Sarachev Malah Kunjungi Masjid
Rustam Sarachev, 21 tahun, tengah beribadah di masjid agung di Volga, Rusia
REPUBLIKA.CO.ID, ALMETYEVSK, RUSSIA--Pada saat menginjakkan kaki pertama kali di masjid agung di kota itu, Rustam Sarachev seharusnya bersenang-senang. Ia ingin menghadiri hingar-bingar pesta di sebuah klub malam, namun alih-alih ia malah mengirimkan dirinya ke jalan menuju Islam.

Awalnya seorang teman mengolok-olok karena ia berpikir tentang mengunjungi masjid. Marah, Rustam pun meninggalkan teman-temannya dan mereka berangkat minum-minum tanpa dirinya.

Begitu menyesali pikirannya yang 'jernih', dengan 500 rubel--yang seharusnya digunakan untuk membeli vodka--masih utuh di dompet, ia melangkah menuju sebuah masjid berwarna jingga salmon. Warna itu mendominasi satu sudut timur di sebuah kota minyak kecil, Volga. Saat itu akhir September 2006, awal bulan Ramadan.
Dibangun pada 1990-an dengan dukungan dana Arab Saudi, masjid itu menghadirkan pernyataan kuat di lingkungan setempat. Di dalam Sarachev menjumpai interior dengan aksen pahatan kayu memesona, paduan karpet warna merah dan hijau terlihat  kontras saat disandingkan dengan ubin biru bermotif mosaik.

Pada hari libur para jamaah tetap membuka layanan. Selama ibadah sore, ashar menjelang maghrib, dengan arah bangunan menuju barat daya, Mekah, sebuah jendela di sisi kanan memasukan sekilas pemandangan langit megah berwarna merah muda, seperti dunia lain. Bahkan terlihat sorotan sinar menerpa lima kubah emas gereja Ortodok di seberang jalan.

"Saya sungguh terkejut," kenang Sarachev. "Saya tidak bisa memahami di mana saya berada. Saat itu didalam hanya ada orang-orang muda. Mereka memperlakukan saya begitu baik. Saya tidak pernah sebelumnya disambut seperti itu," tutur Sarachev.

Dalam aula masjid ia melihat wajah yang akrab. Seorang teman, Almas Tikhonov, yang selama ini dikenal tukang pesta berkepribadian kasar. Ia di sana, sedang berdoa. Ia terkesan dengan cara Almas melihat, ada ketenangan menarik dalam dirinya.

Hari-hari berikut, gambaran-gambaran itu terus berkutat  dan tak bisa lepas di pikiran Sarachev. Ia pun memutuskan kembali ke masjid, lagi, lagi dan lagi. Ia harus menanggung cibiran teman-teman lamanya--dan ia akui itu berat--namun sekaligus, yang membuat tekadnya kian kuat.

Lama-kelamaan ia mulai melihat kawan-kawannya dengan cara pandang baru dan cahaya baru. Itu membuat ia mudah meninggalkan minum-minuman, pesta dan nongkrong di sudut-sudut jalan, atau mengendap-endap di sebuah desa di mana mereka dapat berpesta semalaman penuh, jauh dari pantauan orang tua.
Ketika ia menoleh kembali ke belakang, ia sendiri tak yakin apa yang membuat ia mendatangi masjid dan apa yang ia harapkan dari kunjungan itu. Berusia 17 tahun, kala itu ia merasa kehilangan diri. Sarachev melabeli dirinya holigan, pembuat onar dengn kepribadian yang dikeraskan oleh kehidupan. Namun, ia juga mengingat sangat rapuh dengan hinaan dan merasa sakit ketika menemui dirinya sebagai pemuda tanpa masa depan.

Mata Sarachev terbuka. Ia akhirnya menyadari bahwa dunia penuh dengan kejahatan. Tugas seorang Muslim yang baik adalah mengatasi dan mengalahkan semua kejahatan itu. Dan sesuatu di sana, ia tahu, meski ia mengaku masih memproses dalam pikirannya, terletak pengertian Jihad. "Itu adalah perjuangan terhadap mereka yang tidak meyakini," ujarnya "Itu bukan sekedar ujian. Jihad adalah perang." (bersambung)




Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sumber: The Washington Post

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/12/22/153860-batal-minumminum-spontan-rustam-sarachev-malah-kunjungi-masjid

Selasa, 21 Desember 2010

Tina Styliandou: Dulu Aku Diajari untuk Membenci Islam

Tina Styliandou: Dulu  Aku Diajari untuk Membenci Islam
Ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID, Saya lahir di Athena, Yunani, dari orang tua penganut Kristen Ortodok Yunani. Keluarga ayah saya tinggal di Istanbul, Turki, hampir di seluruh hidup mereka. Ayah pun lahir dan besar di sana. Mereka keluarga sejahtera, berpendidikan baik dan seperti sebagian besar Kristen Ortodok yang tinggal di negara Islam, mereka sangat berpegang teguh dengan ajaran agama.

Tiba masa ketika pemerintah Turki memutuskan menendang mayoritas keturunan Yunani keluar dari negara itu dan menyita kekayaan, rumah serta bisnis mereka. Kondisi itu memaksa keluarga ayah saya kembali ke Yunani dengan tangan kosong. Ini yang dilakukan Muslim Turki dan itu yang mengesahkan, menurut mereka, untuk membenci Islam.

Keluarga Ibu saya tinggal di sebuah pulau Yunani di perbatasan antara Yunani dan Turki. Selama serangan Turki berlangsung, Turki menguasai pulau tersebut, membakar rumah-rumah. Demi keselamatan, penduduk pulau pun melarikan diri di daratan utama Yunani. Lebih banyak alasan lagi untuk membenci Muslim Turki.

Yunani, lebih dari 400 tahun dikuasai Turki. Akhirnya kami, kaum muda Yunani diajarkan untuk meyakini bahwa setiap kejahatan yang dilakukan terhadap Yunani, adalah tanggung jawab Islam. Jadi, selama beratus tahun kami diajari, dalam buku-buku sejarah dan agama, untuk membenci dan mengolok-olok agama Islam.

Dalam buku kami, Islam bukanlah sebuah agama dan Rasul Muhammad saw. bukanlah nabi. Ia hanyalah seorang pemimpin dan politisi sangat cerdas yang mengumpulkan aturan dan hukum dari kitab Yahudi dan Kristen. Lalu ia menambahi dengan ide-idenya sendiri dan menguasai dunia.

Di sekolah, kami bahkan diajari untuk mengolok-olok dia, istrinya serta sahabat-sahabatny. Semua 'karikatur' dan lelucon kasar terhadapnya--yang dipublikasikan di banyak media saat ini--adalah bagian dari pelajaran kelas dan ujian kami!.

Alhamdulillah, Allah melindungi hati saya dan kebencian terhadap Islam tak pernah memasuki kalbu. Bantuan terbesar bagi saya mungkin dari dua orang tua yang bukanlah sosok relegius. Mereka jarang mempraktekkan ritual keagamaan dan hanya datang ke gereja saat ada pernikahan dan pemakaman.

Alasan yang membuat ayah saya menarik diri dari agamanya ialah korupsi yang ia saksikan dilakukan para pendeta setiap hari. Bagaimana mungkin orang-orang ini berkotbah tentang Tuhan dan kebaikan tapi pada saat bersamaan mencuri dari dana gereja, membeli vila dan memiliki mobil Mercedes serta menyebarkan gagasan homoseksual di kalangan mereka sendiri?

Apakah ini perwakilan yang benar dari agama yang akan memandu kami, mengoreksi kami dan mendekatkan kami kepada Tuhan. Ayah saya muak dengan mereka dan itulah yang membuat ia menjadi atheis. Gereja-gereja pun mulai kehilangan jemaat, paling tidak di negara saya, karena aksi para pendeta.
Tak Puas dengan Keyakinan Awal

Sebagai remaja, saya mencintai buku dan membaca banyak. Saya sendiri tidak pernah benar-benar puas dengan Kristen yang saya peluk. Saya mempercayai Tuhan, rasa takut dan cinta kepadanya, namun yang lain sungguh membingungkan saya.

Saya mulau mencari namun saya tak pernah mencari dan memelajari Islam. Mungkin karena latar belakang pendidikan saya bertentangan dengan ajaran ini.

Namun alhamdulillah, Ia mengasihi jiwa saya dan memandu saya kepada cahaya. Ia mengirimkan ke hidup saya seorang suami, lelaki Muslim yang menumbuhkan cinta ke dalam hati saya. Kami saat  itu menikah tanpa memedulikan perbedaan agama.

Suami saya selalu bersedia menjawab pertanyaan apa pun yang terkait agamanya, tanpa merendahkan keyakinan saya--bagaimanapun salahnya mereka. Ia tak pernah menekan atau bahkan meminta saya untuk berpindah agama.

Setelah tiga tahun menikah, memiliki kesempatan mengenal Islam lebih jauh dan membaca Al Qur'an langsung, dan juga buku-buku agama lain, saya pun meyakini tak ada sesuatu yang bersifat trinitas. Muslim meyakini hanya Satu Tuhan yang tak bisa disandingkan dengan apa pun. Tidak memiliki anak, pasangan dan tidak ada sesuatu di muka bumi yang berhak disembah selain Dia. Tidak ada satupun yang berbagi keesaannya dengan-Nya dan juga sifat-sifat-Nya.
Menjadi Muslim
Saya pun memeluk Islam. Namun saya menyembunyikan agama baru dari orang tua, teman-teman selama bertahun-tahun. Kami tinggal bersama di Yunani tanpa pernah meninggalkan ajaran Islam dan sungguh luar biasa sulit, hampir mustahil.

Di kampung halaman saya tidak ada masjid, tidak ada akses ke studi Islam, tidak ada orang berdoa atau berpuasa, atau seseorang mengenakan jilbab.

Ada beberapa imigran Muslim yang datang ke Yunani untuk masa depan keuangan lebih cerah. Mereka membiarkan kehidupan Barat menarik dan mengorupsi mereka. Hasilnya, mereka tak mengikuti ajaran agama dan mereka sepenuhnya tersesat.

Suami dan saya harus shalat dan berpuasa mengikut kalender. Tidak ada Adzhan dan tidak ada komunitas Islam untuk mendukung kami. Kami merasa setiah hari mengalami kemunduran. Keyakinan kami melemah dan gelombang menyeret kami.

Ketika putri kami lahir, kami memutuskan--demi menyelamatkan jiwa kami dan putri kami--bermigrasi ke negara Islam. Kami tidak ingin membesarkan dia dalam lingkungan Barat yang bebas di mana ia harus berjuang keras menjaga identitas dan mungkin berakhir tersesat.

Terimakasih Tuhan, ia telah memandu kami dan membawa kami kesempatan untuk bermigrasi ke negara Islam, di mana kami mendengar kalimat-kalimat merdu Adhzan. Kami pun dapat meningkatkan pengetahuan dan cinta kami pada-Nya serta pada Rasul Muhammad. saw.

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sumber: Reading Islam


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/12/22/153701-tina-styliandou-dulu-aku-diajari-untuk-membenci-islam

Rabu, 15 Desember 2010

Andrian, Tiga Kali Haji Berkat Jadi Pelayan Masjid Rasul


Penjaga air zam-zam di Masjid Nabawi - Madinah
JEDDAH–Di tengah keheningan orang beribadah di Masjid Nabawi Madinah pagi itu, tampak beberapa orang berpakaian serba hijau sibuk merapikan tempat air zam-zam. Satu per satu mereka menata gelas dan sebagian lagi mengecek isi gentong.
Meski pekerjaan mereka terganggu dengan jamaah yang tak sabar meminum zam-zam, namun tak sedikitpun tampak gurat kemarahan. Mereka malah tersenyum dan begitu ikhlas dengan pekerjaannya. Lelaki-lelaki berpakaian serba hijau itu adalah penata air zam-zam. Jumlahnya mencapai puluhan orang dalam satu kali shift.
Yang mengejutkan dari ratusan petugas itu, satu di antaranya terdapat Muhammad Andrian Ibrahim, pemuda asal Purwakarta, Jawa Barat. Andri, demikian dia biasa disapa, sudah lebih dari tiga tahun menjadi petugas di Nabawi.
Pagi itu, Andri dan beberapa rekannya dari Pakistan tengah mengganti gentong-gentong zam-zam. Tiap pergantian shift, gentong dicek dan kemudian diisi ulang. Gentong-gentong ini jumlahnya mencapai ribuan. Satu gentong bisa memuat 65 liter air. Tiap hari rata-rata kebutuhan zam-zam di Nabawi mencapai 25 tangki berisi 10.000 liter. Pada Ramadan, kebutuhan zam-zam mencapai puncaknya, yakni bisa 23.000 gentong. “Tugas utama saya ya memeriksa, membersihkan dan sekaligus mengisi penuh lagi,” ujarnya. Selain menata gentong, Andri juga membersihkan gelas-gelas yang bekas sekaligus mengganti yang baru.
Meski hanya penjaga air zam-zam, pemuda kelahiran Purwakarta, 14 Juni 1985 mengaku sangat menikmati dan mensyukuri pekerjaan ini. Bagi dia, menjadi pelayanan di Masjid Nabawi adalah sebuah kehormatan. Apalagi, sejak menempuh di Pesantren Alhikmatussalafiah, Cibulus, Wanayasa, dia sudah berangan-angan bisa bekerja dan menuntut ilmu di Tanah Suci.
Maka ketika tawaran itu datang, dia pun tak mau melewatkannya. Dia mendapat tawaran ini dari salah satu kerabatnya yang juga lebih dulu bekerja di Masjid Nabawi. Karena sudah bertekad kuat itulah, dengan cepat dia melengkapi syarat-syarat agar bisa segera pergi ke Arab Saudi. Tepat pada Agustus 2008, dia mulai bekerja sebagai penjaga air zam-zam di bawah naungan Saudi Bin Ladin Group. Perusahaan ini adalah penguasa di Arab Saudi, termasuk terkenal dalam jasa kontruksi. Tak hanya di Nabawi, petugas-petugas di Masjidiljharam dan Bandara King Abdul Azis Jeddah juga di bawah kendali Bin Laden Group. “Saya memilih di Madinah karena berharap bisa sekolah di sini,” ungkap dia.
Di Masjid Nabawi, petugas masjid dibagi jadi empat kelompok. Selain penjaga air zam-zam, petugas pelayan jamaah adalah penata Alquran, tukang kebersihan dan pembersih halaman masjid. Untuk petugas kebersihan berwarna biru, penata Alquran merah muda, sedang penjaga halaman berwarna cokelat. Mereka bekerja secara bergantian tiap delapan jam sekali.
Karena masih banyak waktu luang itu pulalah, Andri juga bertekad bisa memperdalam ilmu agama di Madinah. Namun sayang, keinginannya belum bisa terkabul. “Ya waktunya saja yang belum pas. Saya sudah mengincar sekolah jurusan bahasa di sini misalnya, tapi waktu belajarnya mengganggu kerja saya di masjid.”
Pendapatan dari profesinya sebagai penjaga air zam-zam, menurut Andri, sebenarnya tidaklah besar. Dalam satu bulan, dia hanya dibayar 529 riyal atau setara dengan Rp1.300 ribu. Dia pun tak berupaya mencari tambahan pendapatan seperti dengan bekerja paruh waktu berdagang atau yang lain. Tambahan uang paling-paling dari kedermawanan para jamaah. Saat Ramadan, jumlah orang yang berderma sangat banyak. “Mereka biasanya memberi usai salat, ada yang 10 riyal, 20 riyal bahkan ada yang lebih besar,” ceritanya.
Sebab bukanlah materi semata yang membuat Andri begitu kerasan menjalankan pekerjaan ini. Sebagai pelayan jamaah di Masjid Nabawi, dia banyak merasakan keberkahan yang didapat selama ini. Kesehatan dan keselamatan, demikianlah dia menceritakan soal keberkahan itu.
Karena bekerja sebagai pelayanan masjid yang dibangun Nabi Muhammad ini pulalah, dia sudah bisa menunaikan ibadah haji tiga kali. Musim haji tahun ini, dia pun bersyukur bisa kembali berhaji sebelum pulang ke Tanah Air empat bulan lagi. Untuk melaksanakan rukun Islam kelima ini, Andri mengaku tak susah. Sebab saat musim haji atau wukuf, dia meminta izin atau berganti libur dengan sesama rekan pekerja. “Alhamdulillah saya di sini ini meski dapat uang sedikit tapi bisa jadi akar untuk modal masa depan,” katanya. 

mch /Riyanto

http://www.jurnalhaji.com/2010/12/15/andrian-tiga-kali-haji-berkat-jadi-pelayan-masjid-rasul/



Selasa, 14 Desember 2010

Kisah Joanne Bailey Memilih Islam

Kisah Joanne Bailey Memilih Islam
Dari kiri ke kanan: Sukina Douglas, Catherine Heseltine, Aqeela Lindsay Wheeler, Catherine Huntley and Joanne Bailey
REPUBLIKA.CO.ID, Muda. berkulit putih kelahiran Inggris. Perempuan. Dan....memutuskan menjadi Muslim. Inilah fenomena yang kini tengah menggejala di Inggris. Para mualaf itu umumnya adalah kaum muda terpelajar.

Jumlah mualaf wanita di Inggris memang terus meningkat. Di Masjid London Tengah di Regent's Park, perempuan meliputi dua pertiga dari keseluruhan mualaf dan kebanyakan dari mereka berada di bawah usia 30.

Tak ada catatan jumlah mualaf di Inggris. Data terakhir adalah berdasar sensus tahun 2001 yang menyebut 30 ribu warga Inggris berpindah agama menjadi Muslim.

Menurut Kevin Brice, dari Pusat Penelitian Kebijakan Migrasi di Swansea University, jumlah ini mungkin sekarang mendekati 50 ribu - dan mayoritas adalah perempuan. "Dasar analisis menunjukkan bahwa peningkatan jumlah perempuan muda berpendidikan cukup signifikan," kata  Brice.

Republika Online menurunkan serial lima perempuan muda Inggris yang memutuskan menjadi mualaf.



LONDON--"Pertama kali saya mengenakan jilbab ke kantor, saya begitu gugup, saya berdiri di luar dan bertanya pada teman saya melalui telepon, 'Apa kata dunia melihat saya berjilbab sekarang," kata Joanne Bailey, seorang pengacara.

Menjadi Muslim adalah keputusan terbaiknya, begitu dia mengaku. Namun, karena alasan pekerjaan, ia memilih menyimpan keyakinan barunya. Sampai akhirnya timbul keberanian untuk memproklamirkan keimanannya dengan mengenakan jilbab.

"Di luar dugaan, teman-teman menyalami. Beberapa berkata, 'Aku sungguh tak tahu kalau kau seorang Muslim," Bailey mengisahkan kembali.

Bailey bukan latah menukar kepercayaan. Sebagai perempuan berpendidikan dan tumbuh di lingkungan kelas menengah, dia merasa nyaman ada di antara warga South Yorkshire. "Aku bahkan hampir tidak melihat seorang Muslim sebelum aku pergi ke universitas," ujarnya.

begitu mulai bekerja, ia merasakan kekosongan jiwa. "Dalam pekerjaan pertama saya di firma hukum di Barnsley, saya ingat saya sangat putus asa  memainkan peran sebagai wanita  muda yang masih lajang dan berkarir: melakukan diet obsesif  belanja dan pergi ke bar - tetapi saya tidak pernah merasa benar-benar nyaman," ujarnya.

Lalu suatu sore pada tahun 2004 segalanya berubah.Obrolan dengan seorang teman Muslim, berubah menjadi diskusi keyakinan. "Apakah kau percaya pada Tuhan?" dia bertanya. ia mengaku, walau saat itu ia mengenakan kalung salib emas, ia mengaku itu hanya bagian fashion saja, tak lebih.

Sang teman mengangguk, dan mulai berkisah tentang agamanya. Ia menyimak. "Beberapa hari kemudian, saya menemukan diri saya memesan salinan Quran di internet," akunya.

Kemudian, ia memberanikan diri datang ke acara-acara diskusi keislaman. "Butuh waktu untuk mengumpulkan keberanian datang ke acara Leeds New Muslims. Aku ingat berdiri di luar pintu berpikir, "Apa yang saya lakukan di sini?" ujarnya.

Ia membayangkan, di ruangan itu penuh dengan perempuan berjubah hitam, menunduk -- karena mereka wanita lemah yang tersubordinasi dalam keluarga dan karenanya tidak pe-de -- serta dari mulutnya keluar doa-doa. "Apa kata mereka melihat gadis 25 tahun berambut pirang ada di antara mereka?" tambahnya.

Ketika dia akhirnya masuk, semua sungguh di luar dugaan. Mereka yang berada dalam ruangan itu adalah Muslimah, tapi jauh dari apa yang dia gambarkan. "Mereka dokter, guru, psikiater. Dan diskusinya sungguh sangat brilian," ujarnya.

Setelah empat tahun, tepatnya pada Maret 2008, dia bulat tekad menjadi Muslim. Ia bersyahadat di rumah seorang teman. "Memulai menjadi Muslim, tak seberat yang saya bayangkan. Sama seperti pindah pekerjaan dan memulainya," tambahnya.

Beberapa bulan dia menyembunyikan identitas keyakinan barunya. Namun kemudian ia mempunyai keberanian untuk mendeklarasikan. "Orang pertama yang saya beri tahu adalah keluarga. Ibu saya menangis, bahkan sebelum saya bilang saya telah menjadi Muslim," ujarnya.

Dalam bayangan ibunya, menjadi Muslimah hidupnya terkungkung dan di bawah "kekuasaan" suaminya. Juga, akan diam di rumah karena Islam tak memperbolehkan wanita bekerja.  "Saya membuktikan pada orang tua, apa yang mereka bayangkan tentang menjadi Muslimah tidak benar."

Menurutnya, Islam sungguh memuliakan perempuan.  "Bertentangan dengan apa yang dipikirkan kebanyakan orang, Islam tidak menekan saya, Saya tetaplah saya yang dulu, bedanya batin saya lebih tenang, saya lebih paham makna bersyukur, dan ...beberapa bulan yang lalu, saya bertunangan dengan seorang pengacara Muslim yang saya temui di suatu kursus pelatihan," ujarnya tersenyum.

Dia mengaku, calon suaminya adalah Muslim yang mengayomi dan seide dengannya. "Dia sama sekali tidak ada masalah dengan karir saya, tapi saya setuju dengan perspektif Islam pada peran untuk pria dan wanita. Saya ingin menjaga suami saya dan anak-anak, tapi saya juga menginginkan kemerdekaan saya. Saya bangga menjadi warga Inggris dan saya bangga menjadi Muslim - dan saya tidak melihat Inggris-Islam sebagai dua hal yang bertentangan dengan cara apapun," katanya.
Red: Siwi Tri Puji B


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/12/15/152465-siapa-bilang-islam-rendahkan-perempuan-kisah-joanne-bailey-memilih-islam

Selasa, 30 November 2010

Bermodal Tekad Kuat, Pensiunan PNS Golongan II B Pun Bisa Berhaji

Bermodal Tekad Kuat, Pensiunan PNS Golongan II B Pun Bisa Berhaji
Seorang jamaah haji Indonesia menitikan air mata ketika berdoa usai melontar jumroh Nafar Awal di Jamarat, Mekkah, Arab Saudi, Kamis (18/11).
REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH--Akibat cerita hal-hal buruk, membuat banyak orang takut berangkat ke Tanah Suci. "Ada teman yang mengakui dirinya sebagai istri yang bawel terhadap suami. Karenanya, ia mengaku tak berani ke Tanah Suci, takut ditampar malaikat karena kebawelannya itu," ujar Mulyadi, jamaah asal Semarang yang tergabung di kloter 66 Surakarta.

Mulyadi mengaku hanya pensiunan pegawai rendahan. Ia pensiun tiga tahun lalu dengan golongan terakhir IIB. "Dalam ibadah haji, tak ada itu sebenarnya istilah panggilan.Yang penting adalah niat karena Allah," ujar dia.

Untuk bisa berangkat haji, Mulyadi mengaku harus menunggu berpuluh tahun hingga tabungannya mencukupi. Ia menabung mulai dari Rp 1.000, ketika masih menjadi pegawai negeri dengan golangan I. Semua itu ia lakukan karena niat berhaji.

Mulyadi menyebut ada temannya yang kaya, tapi belum berani berangkat ke Tanah Suci dengan alasan belum mendapat panggilan. "Panggilan itu hanya untuk dua hal. Panggilan untuk shalat dan panggilan meninggal. Kalau berangkat haji itu urusan niat, niat karena Allah," ujar Mulyadi.

Karena niat itu, Mulyadi yang pensiunan golongan IIB itu bertahun-tahun menabung. "Mulai dari nabung hanya Rp 1.000," ujar Mulyadi, petugas kebersihan di Dinas Pengairan di Semarang. Tahun ini ia bisa berangkat setelah tiga tahun pensiun. Teman-temannya yang kya itu bersedia menyokong dana untuk uang saku Mulyadi selama di Tanah Suci.

Dengan meluruskan niat, Mulyadi bersyukur akhirnya bisa berangkat ke Tanah Suci. Butuh keikhlasan dan kerendahhatian untuk bisa melaksanakan ibadah haji dengan melampaui dunia apa pun dalam diri. Hasrat kepada materi harus disingkirkan. Dimatikan.

Karena dunia yang belum dimatikan di dalam dirinya, seorang jamaah dari Banten, setiap tawaf selalu melambaikan tangan ke Kabah dengan ucapan, "Hai Kabah." Di putaran terakhir tawaf ia melambaikan tangan ke Kabah dengan mengucap, "Selamat tinggal Kabah."

Pulang ke Tanah Air ia berjanji akan menceritakan kisah-kisah baik tentang perjalanan hajinya. Hal-hal buruk adalah masalah pribadi dengan Sang Khalik. Ia mencoba ingin memenuhi nasihat gurunya, tentang hal itu.

Ia mencoba menjadi jamaah yang memakai hati dan akal dalam melihat sesuatu. "Tak ada itu malaikat diperintah Allah untuk menampar jamaah," kata dia. "Tak ada itu istilah panggilan untuk berhaji. Yang perlu niat. Panggilan hanya untuk dua hal, panggilan untuk shalat dan panggilan untuk mati," ujar dia.

Maka, saran dia, ketika kita berangkat ke Tanah Suci, hendaknya lupakan kehidupan masa lalu. Kita telah membuka lembar baru, memperbaiki hubungan dengan Allah.
Red: Siwi Tri Puji B
Rep: Priyantono Oemar dari Makkah



http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/umroh-haji/10/11/30/149732-bermodal-tekad-kuat-pensiunan-pns-golongan-ii-b-pun-bisa-berhaji

Kamis, 25 November 2010

Pelajari Islam di Makkah, Snouck Hurgronje Berpura-pura Menjadi Mualaf?

Pelajari Islam di Makkah, Snouck Hurgronje Berpura-pura Menjadi 
Mualaf?
Snouck Hurgronye berjalan disamping Pangeran Saud pada 1935
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Snouck Hurgronje. Nama itu tak asing lagi dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya di masa penaklukan Aceh oleh kolonial Belanda. Berkat informasi yang dipasok orientalis yang menguasai budaya Aceh dan Islam itu, pasukan kolonial Belanda berhasil menguasai Aceh.

Rupanya, kiprah warga Belanda itu tak hanya tercatat di bumi Serambi Mekkah saja. Jejak kaki Hurgronje (1857-1936) juga sampai ke Makkah yang sesungguhnya di Arab Saudi. Demi mempelajari Islam, ritual haji, dan kehidupan masyarakat di Makkah, lulusan jurusan teologi di Universitas Lieden, ini pernah tinggal selama sekitar tujuh bulan di Kota Suci itu.

Pria yang lahir di Oosterhout, Belanda, pada 1857 yang memiliki nama lengkap Christiaan Snouck Hurgronje, ini bahkan dikabarkan sampai mengubah keyakinan agamanya alias menjadi mualaf demi bisa menetap di Kota Makkah. Semua itu dilakukannya agar bisa mempelajari Islam langsung di jantungnya.

Saat ini foto-foto karya Hurgronje saat menetap di Makkah sedang dipamerkan di Dubai Financial Center dengan diberi judul 'Makkah, Sebuah Petualangan Berbahaya'. ''Dia terpesona dengan berbagai macam agama, tetapi secaa khusus tertarik pada ajaran dan sistem kepercayaan Islam. Dia juga fasih berbahasa Arab,'' ujar Elie Domit, seorang kurator galeri.

Pada 1880, Hurgronje menulis tesis doktornya berjudul "Het Mekkansche Feest" (Pesta Makkah) yang menggambarkan ibadah haji dan adat istiadatnya. Pada waktu itu, pemerintah di negara-negara Eropa mulai melihat dukungan yang diberikan penduduk Muslim bagi upaya kemerdekaan bagi wilayah koloni Eropa dan Belanda. Makkah dipandang sebagai tempat berkumpulnya para pejuang Muslim fanatik.

Pada 1884, berkat didanai pemerintah Belanda, Hurgronje dikirim ke Jeddah untuk meneliti kehidupan Muslim fanatik di Makkah. Namun dia juga memiliki kepentingan pribadi untuk memasuki Tanah Suci. Karena bukan seorang Muslim, dia pertama kali berangkat ke Jeddah dengan maksud mendekati kalangan elit di sana.

Demi bisa memasuki Makkah dan mendapatkan kepercayaan dari warga serta pejabat pemerintah di sana, Hurgronje secara terbuka mengumumkan keputusannya untuk menjadi pemeluk Islam. Bahkan kemudian dia dikenal dengan sebutan Abd Al-Ghaffar. Berkat cara itu, dia akhirnya diizinkan untuk memasuki Makkah dan perjalannya diatur pada 21 Januari 1885.

Selama tujuh bulan, Hurgronje tinggal di Makkah. Meski terbilang singkat, dia mengamati, mencatat, dan mempelajari kehidupan masyarakat lokal. ''Waktu itu, Makkah memiliki salah satu pasar budak terbesar di dunia, dan Hurgronje kagum dengan perlakukan manusiawi yang diberikan kepada budak karena budak-budak itu diperlakukan sebagai anggota keluarga,'' ujar Domit.

Hurgronje juga mengamati kehidupan wanita di Makkah. Persoalan status sosial, rasa mode, dan kebebasan yang diberikan kepada kalangan wanita ini dibandingkannya denagn wanita di kota-kota di Timur lainnya.

Minatnya yang begitu besar terhadap Makkah membuat curiga pemerintah negara Eropa yang lain. Setelah itu terungkap bahwa Hurgronje adalah seorang mata-mata, penipu, sekaligus sebagai sedikit dari kalangan orientalis kala itu. Tak lama usai menikahi wanita Ethiopia, dia dideportasi dari Arab Suadi atas permintaan pemerintah Prancis yang menuduhnya telah mencuri batu Taima.

Akibatnya, Hurgronje harus segera meninggalkan Makkah. Dengan tergesa, dia mengumpulkan catatan dan foto-foto yang diperolehnya selama tinggal di Makkah. Namun peralatan kamera ditinggalnya dan dititipkan kepada temannya yang seorang mahasiswa fotografi, Al-Sayyid Abd Al-Ghaffar.

Hurgronje kemudian balik ke Belanda dan mulai menulis berbagai artikel mengenai Makkah. Dia tetap menjalin kontak dengan temannya, Al-Sayyid untuk bertukar informasi dan mendapatkan foto-foto terbaru mengenai Makkah, termasuk foto-foto mengenai jamaah haji.

Sekembalinya di tanah kelahirannya, tak diketahui kabar selanjutnya, apakah dia masih memegang agama Islamnya, atau kembali ke agama asalnya. Namun, banyak karya yang dibuatnya mengenai Islam dan budaya Makkah. Mungkin karena itu pula, hubungan dia dengan petinggi Arab Saudi bisa terjalin baik. Sebagai pertanda eratnya hubungan itu, Pangeran Saud dari Kerajaan Saudi sampai tiga kali mengunjungi Belanda selama kurun waktu 1926-1935.
Red: Budi Raharjo
Rep: Arab News



http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/11/26/149078-pelajari-islam-di-makkah-snouck-hurgronje-berpurapura-menjadi-mualaf

Kamis, 18 November 2010

Mualaf Prancis Itu Mencari Pencerahan dengan Berhaji

AP Photo
Mualaf Prancis Itu Mencari Pencerahan dengan Berhaji
Jutaan jamaah haji memadati Masjidil Haram
REPUBLIKA.CO.ID,MINA--Usianya baru 25 tahun. Dia belum menikah dan lulusan sekolah manajemen di Selatan Prancis. Sejak lahir, seperti orang tuanya, dia seorang Kristiani. Namun berbagai pertanyaan yang menyesaki otaknya tentang agama lamanya itu justru membawanya mengenal Islam.

Pria yang enggan mengungkapkan nama lamanya ini, setelah menjadi mualaf berganti nama menjadi Abdul Aziz. Dia tampak enggan terlalu dalam mengungkap jati dirinya dengan alasan negaranya tidak terlalu toleran menyikapi perbedaan budaya dan agama, sebuah ironis bagi negara di Eropa dengan komunitas Muslim yang besar.

Aziz mengungkapkan awal perjumpaannya dengan Islam. Sejak lama dia rupanya sudah mempertanyakan ajaran Kristen yang dinilai banyak menyimpan pertentangan. ''Sejak remaja saya kerap berpikir apa yang terjadi setelah kematian,'' ujarnya kepada Arab News. ''Jadi saya banyak mempelajari hal itu dan saya tidaka menemukan jawabannya dalam agama saya yang dulu.''

Karena tak merasa puas, Aziz lantas menanyakan hal itu kepada teman-temannya yang berlatar belakang budaya dan agama beragam. ''Saya berdiskusi dengan teman yang beragama Yahudi dan juga teman-teman Muslim. Kami membahas masalah agama. Tapi jelas ada banyak perspektif sehingga saya memutuskan untuk mempelajarinya sendiri,'' tuturnya.

Aziz lantas banyak belajar dari buku-buku dan internet hingga akhirnya menemukan jawaban yang paling sesuai dalam Islam. ''Dalam Islam tak ada kontradiksi, semuanya logis,'' ujarnya. ''Dalam Kristen, saya menemukan beberapa hal yang kontradiksi.''

Akhirnya setelah melakukan pencarian sekian lama, Aziz memutuskan untuk menjadi mualaf di usia 17 tahun. Dia memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dihadapan teman-temannya. Sementara keluarganya, meskipun tidak terlalu mempertanyakan keputusannya ini, sedikit banyak ingin saling bertukar pikiran mengenai keputusan besar yang diambilnya itu.

''Mereka (keluarga) mengajukan beberapa pertanyaan karena mereka khawatir mengenai gerakan fundamentalis yang coba mempengaruhi orang lain untuk menjadi ekstrimis,'' ungkapnya.

''Saya jelaskan kepada mereka mengapa memilih Islam, karena saya takut mati. Setiap malam sebelum tidur, saya selalu bertanya-tanya apa yang akan terjadi kelak di akherat. Jadi saya menjelaskan hal ini kepada ayah dan dia bisa menerimanya.''

Dan kini, Aziz masih berada di Makkah usai menunaikan ibadah haji. Dia tak mampu mengungkapkan perasaan hatinya bisa memenuhi rukun Islam kelima ini. Dia berharap bisa menunaikan seluruh rukun Haji dengan benar sehingga mendapatkan pencerahan usai berkunjung ke tanah suci.
Red: Budi Raharjo




http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/11/19/147614-mualaf-prancis-itu-mencari-pencerahan-dengan-berhaji

Rabu, 17 November 2010

Seribu Lebih Warga Kamerun Menjadi Mualaf

Seribu Lebih Warga Kamerun Menjadi Mualaf
Sebagian warga Kamerun yang menjadi mualaf diberi kesempatan untuk menunaikan haji
REPUBLIKA.CO.ID,MINA--Uluran tangan yang diberikan Menteri Kesehatan Arab Saudi, Abdullah bin Abdulaziz Al-Rabeeah, untuk mengoperasi bayi kembar siam asal Kamerun berbuah manis. Tak di sangka, suku asal kembar siam itu yang berada di sebuah desa di Kamerun tersentuh melihat keberhasilan operasi pemisahan kembar siam itu dan kemudian memilih untuk menjad mualaf.

Bayi kembar siam itu, Rahima dan Hamidah, menjalani operasi pemisahan pada April 2007. Diperkirakan sebanyak 1.100 warga suku yang berada di Desa Banky dan sekitarnya telah mengucapkan syahadat usai keberhasilan operasi tersebut. Hal itu disampaikan oleh seorang tokoh Muslim asal suku itu, Sultan Omar, saat bertemu Al-Rabeeah, di di Rumah Sakit Darurat Mina, beberapa hari lalu.

''Operasi yang dilakukan atas bantuan Al-Rabeeah telah membuat kepala suku dan seluruh warga suku saya, dan beberapa orang dari daerah lain di Kamerun memutuskan untuk memeluk Islam secara spontan dan tanpa tekanan apapun,'' ujar Sultan Omar seperti ditulis Arab News.

Omar bersama 26 mualaf itu diundang oleh Raja Saudi untuk menunaikan ibadah haji yang baru saja berlangsung. Di sela-sela ibadah haji ini, mereka menemui Al-Rabeeah untuk mengucapkan terima kasih. ''Kami tidak hanya berutang budi pada Al-Rabeeah, tapi juga pada Raja Abdullah yang telah memerintahkan operasi pemisahan bayi kembar siam itu atas biaya pribadinya. Ini merupakan sikap kemanusiaan yang kita lihat semua,'' tuturnya.

Selain atas bantuan operasi itu, mereka juga menyampaikan terima kasih kepada Kerajaan Saudi karena banyak membantu pembangunan masjid, bendungan, dan membuat proyek gandum di Kamerun.
Red: Budi Raharjo


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/11/18/147314-seribu-lebih-warga-kamerun-menjadi-mualaf

Selasa, 16 November 2010

Setahun Menjadi Mualaf, Doanya Naik Haji Langsung Terkabul

Setahun Menjadi Mualaf, Doanya Naik Haji Langsung Terkabul
Israel Ponty Moletsane
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bulir air mata menyusuri pipi Israel Ponty Moletsane. Ia membiarkannya begitu saja. Tak ada upaya untuk mengusapnya.
Ia tak bisa menahan haru berada di hadapan Ka'bah. Ini pengalaman pertamanya dan membuatnya sangat terkesan. Emosinya terguncang hingga air matanya tak tertahankan. Moletsane mengungkapkan, perjalananya ke Arab Saudi untuk berhaji pada tahun ini sejak awal telah melahirkan beragam ketakjuban. Apalagi, saat matanya terpaku pada Ka'bah.
"Semoga Allah menerima haji saya. Semoga Allah juga melindungi semua orang yang membantu saya menempuh perjalanan menemukan agama yang benar ini," ungkapnya.

Lelaki berusia 29 tahun dari Johannesburg, Afrika Selatan ini adalah mualaf. Tahun lalu, ia memutuskan menanggalkan keyakinan Katoliknya dan beralih ke Islam. Pada tahun ini, kata Moletsane, ia berkesempatan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Inilah yang menjadi pangkal kian bertambahnya ketakjuban dan pengalaman rohaninya.

Perjalanan yang ditempuh Moletsane hingga akhirnya memeluk Islam cukup panjang. Selama lima tahun ia diselubungi teka-teki tentang keyakinan agama. Ia berkenalan dengan Islam saat ia bekerja di radio Channel Islam International, Johannesburg. Dan, semua pertanyaannya soal keyakinan agama terjawab setelah ia membaca Alquran.

Menurut Moletsane, ia awalnya beragama Katolik. Ia pun mempelajari segalanya dalam satu waktu. "Saya selalu melakukan perbandingan. Saat saya menemukan kontradiksi dalam kitab suci, saya terdorong untuk mempelajari lebih jauh tentang Alquran dan Islam," katanya seperti dikutip Arab News.

Pada akhirnya, ungkap dia, ia memutuskan menerima Islam. Namun, ia belum cukup berani mengungkapkannya di muka umum. Ada satu peristiwa pada tahun lalu yang akhirnya ia justru melakukan hal sebaliknya, yakni saat Channel Islam International mengirimkan Maulana Moosa Akoodie, penyiar cendekiawan, untuk meliput haji.

Saat itu, Moletsane dan satu rekannya menyiarkan liputan Akoodie yang sedang berada di Arafah. Ia meminta Akoodie mendoakannya. "Saya pikir ini adalah hal personal. Tapi, Akoodie menyebut nama saya dalam doanya saat siaran langsung itu," ujarnya.
Pada saat bersamaan, ratusan pendengar sedang menyimak siaran tersebut. "Saya terdorong suasana itu dan tiba-tiba saya menemukan semua keberanian untuk mengekspresikan apa yang telah saya yakini dalam hati. Satu jam atau setelah itu saya mengucapkan syahadat secara on air," tuturnya.
Di Arafah, melalui sambungan telepon, Akoodie mendengar pengucapan syahadat yang dilakukan Moletsane. Lalu, ucapan selamat pun berdatangan. Di antara ucapan itu berasal dari Yaqoob Vahed dari Al-Imdaad Foundation. Vahed dalam teleponnya mengatakan akan mensponsori perjalanan hajinya yang dilakukan pada tahun ini. "Begitulah hingga akhirnya sekarang ada di Tanah Suci," ujarnya.

Ia juga melaporkan perjalanan hajinya untuk Channel Islam International. Menurut Moletsane, bagi seorang yang baru masuk Islam, perjalanan ke Tanah Suci melahirkan kekaguman dan ketakjuban. Apalagi saat menatap Ka'bah. "Ketika menatap Ka'bah, saya dapat merasakan kehadiran Allah. Sebuah perasaan yang tak bisa digambarkan," tambahnya.

Sejumlah kejutan Moletsane temukan di Tanah Suci. Termasuk pengalamannya di Madinah. Ia tiba pada 18 Oktober lalu. Ia menemukan komunitas yang hidup berdampingan dalam ketulusan. Suatu hari, ia secara tak sengaja meninggalkan telepon selulernya di sebuah toko.

Hari berikutnya, ia menyadarinya dan kembali ke toko itu. Moletsane menemukan teleponnya dan si pemilik toko menyerahkan telepon itu kepadanya. Ia mengatakan, hal ini menunjukkan persaudaraan. Ia mengungkapkan, banyak warga Afrika Selatan dan orang tuanya sendiri memiliki persepsi yang salah tentang Islam.

Penyiar Channel Islam International, Ebrahim Moosa, mengatakan, laporan-laporan yang disampaikan Moletsane disimak oleh banyak pendengar di negara-negara stasiun radio ini dikenal.
Red: Budi Raharjo
Rep: Ferry Kisihandi


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/11/17/147154-setahun-menjadi-mualaf-doanya-naik-haji-langsung-terkabul

Al-Muraisi, Fitnah Kaum Musyrikin

Al-Muraisi, Fitnah Kaum Musyrikin
Ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Al-Muraisi adalah nama sungai yang terdapat di daerah Qudaid sampai as-Sahil. Sungai itu berada di kawasan Madinah. Jarak al-Muraisi dengan garis pantai sejauh 80 kilometer. Di daerah inilah tempat terjadinya perang antara kaum Muslim dan Bani Mushtaliq dari Khuzaah sekitar 6 Hijriah.

Sekalipun peperangan ini tidak berjalan lama dan berlarut-larut, tapi buntut dari peperangan ini sempat mengguncang dan meresahkan kaum Muslim. Akar persoalannya berasal dari ulah kelompok kaum munafik.
Peperangan al-Muraisi dimulai saat Rasulullah mendapat informasi bahwa pemimpin Bani al-Mushthaliq, al-Harits bin Abu Dhirar, sedang menghimpun kaumnya untuk memerangi kaum Muslim. Mendapat informasi ini Rasulullah mengutus Buraidah bin al-Hushaib al-Aslamy untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.

Setelah Buraidah melakukan pengecekan dan memang al-Harits bin Abu Dhirar sedang berupaya memerangi kaum Muslim, Rasulullah bertindak cepat dengan menghimpun para sahabat dan berangkat menuju al-Muraisi. Dalam pasukan kaum Muslim tersebut, terdapat segolongan orang-orang munafik yang ikut bergabung. Mereka tergiur oleh harta rampasan perang karena dalam perang-perang sebelumnya kaum Muslim selalu memperoleh kemenangan.

Setelah pasukan Rasulullah sampai di Qudaid, Muraisi, mereka bertemu dengan pasukan al-Harits bin Abu Dhirar.  Kedua pasukan itu pun saling melepaskan anak panah. Namun, beberapa lama kemudian Rasulullah memerintahkan untuk melancarkan serangan serentak, yang kemudian berhasil menundukkan pasukan al-Harits.

Pasukan musuh cukup banyak yang terbunuh, sementara korban dari kaum Muslim hanya satu orang saja. Di antara tawanan perang tersebut ada seorang wanita bernama Juwairiyah binti al-Harits, anak pemimpin mereka.

Dalam pembagian harta rampasan dan tawanan, Juwairiyah menjadi bagian Tsabit bin Qais. Namun, Tsabit ingin melepaskan dengan uang tebusan sehingga Rasulullah menebusnya lalu dinikahi. Dikarenakan perkawinan Rasulullah dan Juwairiyah ini, orang-orang Muslim membebaskan 100 dari keluarga Bani Mushthaliq yang telah masuk Islam.

Yang luar biasa dari peperangan ini adalah banyaknya fitnah yang dihembuskan kaum musyrikin. Antara lain, mengenai kabar bohong kaum Muhajirin akan menguasai kaum Anshar di tanah Madinah. Isu tersebut sempat menimbulkan ketegangan antara kedua penopang utama pasukan Muslimin.

Peristiwa ini berawal dari peristiwa senggolan antara kaum Anshar, Jahjah Al-Ghifary, orang upahan Umar bin Khatab dan Sinan bin Wabar Al-Juhanny, yang masuk kaum Muhajirin. Peristiwa senggolan di dekat mata air al-Muraisi setelah perang selesai itu berkembang menjadi adu mulut.  Sinan berteriak, "Hai orang-orang Anshar…" Jahjah juga berteriak, "Hai orang Muhajirin…"

Kejadian ini didengar seorang dari golongan kaum munafik, Abdullah bin Ubay. Dia kemudian menggunakan kesempatan itu untuk mengadu domba kaum Anshar dan Muhajirin dengan memunculkan kebencian kaum Anshar terhadap Muhajirin.

Hasutan Abdullah bin Ubay ini membuat Umar bin Khattab marah dan mengusulkan pada Rasullullah untuk membunuhnya. Mendapat usul tersebut Rasulullah menjawab, "Bagaimana wahai Umar jika manusia membicarakan bahwa Muhammad telah membunuh rekan-rekannya? Tidak. Tapi, suruhlah pasukan untuk berangkat."

Rasululullah sengaja mengajak pasukannya berjalan agar pasukannya bisa melupakan kejadian itu. Beliau mengajak pasukannya berjalan kaki selama dua hari dua malam hingga pasukannya kelelahan dan mengantuk.

Abdullah bin Ubay sendiri setelah tahu bahwa perbuatannya diketahui Rasulullah buru-buru menemui Rasulullah dan bersumpah tidak lagi berbuat seperti itu. Berkenaan dengan peristiwa ini, Allah menurunkan ayat suci dalam QS Al-Munafikun ayat 1-8.

Seperti diketahui, Abdullah bin Ubay sebelumnya memang sangat mendendam terhadap Islam dan orang-orang Muslim, terlebih terhadap Rasulullah. Dia menganggap Rasulullah telah merampas kekuasaan yang sudah ada di tangannya.

Hal ini karena sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, Aus dan Khazraj sudah sepakat mengangkatnya sebagai pemimpin dan telah membuatkan mahkota bagi dirinya. Sekalipun telah menyatakan masuk Islam setelah perang Badr, tetap saja dia menjadi musuh Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin.

Selain peristiwa itu, setelah perang singkat tersebut kaum munafik juga menyebarkan berita bohong mengenai Aisyah RA, istri Rasulullah SAW. Dalam peperangan dengan Bani Mushtaliq ini, Rasulullah memang didampingi oleh beliau.

Dalam perjalanan kembali ke Madinah setelah peperangan, Aisyah merasa kalungnya hilang. Ketika rombongan pasukan Rasulullah berhenti beristirahat, Aisyah keluar dari tandu mencari kalung tersebut. Ketika pasukan Rasulullah kembali bergerak, pengangkat tandu tidak tahu bahwa Aisyah belum kembali ke tandu.

Mengetahui telah tertinggal rombongan, Aisyah duduk di jalan yang menuju Madinah menunggu rombongan itu kembali menjemputnya. Kebetulan, pada saat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan Ibnu Mu'aththal, melintas di jalan dan menemukan Aisyah sedang tertidur sendiri. "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, isteri Rasul!". Aisyah pun terbangun, lalu dipersilahkan oleh Shafwan untuk mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah.

Kejadian itu akhirnya menimbulkan desas-desus yang dimanfaatkan kaum munafik untuk menghancurkan nama baik isteri Rasulullah SAW. Dalam kejadian ini, Allah kemudian berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab yang besar." (An-Nur ayat 11)

Rasulullah menghadapi semua itu dengan sabar dan lemah lembut, sementara orang-orang Muslim sudah tidak tahan dengan kejahatan orang-orang munafik, sebab mereka sudah tahu persis kelicikan mereka dari waktu ke waktu. Sebagaimana Allah berfirman,  "Tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun. Namun, mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran." (At-Taubah ayat 126).
Red: Budi Raharjo
Rep: Yasmina Hasni



http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/islam-digest/10/11/17/147133-almuraisi-fitnah-kaum-musyrikin

Senin, 15 November 2010

Jamaah Keluhkan Sistem Prasmanan Katering di Arafah

Makkah - Sejumlah jamaah mengeluhkan sistem prasmanan yang dipakai dalam katering saat berada di Arafah untuk wukuf. Mereka ada yang tidak kebagian dan ada yang terlambat mendapatkan makanan.

Jamaah dari kloter 8 Medan, Ny Sutaryo menyatakan banyak teman sekloternya yang tidak mendapat makan pagi. Mereka sudah mengantre makanan di Maktab 44, namun saat giliran mereka tiba, makanan sudah habis.

"Kami bukan terlambat datang, tapi kami mengantre. Saat tiba giliran petugas bilang sudah habis. Saya hanya mendapatkan nasi tanpa lauk tanpa sayur," kata Ny Sutaryo, di tenda kloter 8 Medan, Arafah, Makkah, Senin (15/11/2010).

Ny Sutaryo mengungkapkan sistem prasmanan merepotkan bagi jamaah yang berusia lanjut seperti dirinya. Jamaah berusia 58 tahun itu kelelahan jika harus antre dan kemudian habis harus mengantre kembali.

"Kita di sini ibadah tidak ingin mengekspose yang jelek-jelek. Tapi kami cuma ingin diperbaiki saja. Mudah-mudahan makan siang dan malam nanti sudah diperbaiki," kata Ny Sutaryo.

Ketua kloter 8 Medan Rajo Aman mengusulkan agar sistem prasmanan diganti dengan sistem makanan kotak seperti yang berlaku tahun lalu. "Kalau tidak bisa kembali ke sistem nasi kotak, persediaan harus banyak sehingga tidak ada jamaah yang kehabisan," kata Rajo.

Keluhan sistem prasmanan juga disampaikan Ngadiman, jamaah asal Kendal, Jawa Tengah. Pensiunan  itu mengaku tidak mendapat buah-buahan.

"Bagi saya mungkin tidak masalah, tapi bagi sebagian jamaah telatnya buah-buahan menjadi persoalan," kata Ngadiman.

Pengawas Katering Armina Sri Ilham Lubis sebelumnya mengatakan, untuk mengatasi kekurangan makanan seluruh perusahaan katering sudah diminta menyediakan tambahan.

"Jangan khawatir ada yang tidak dapat makan karena perusahaan katering akan selalu menyediakan berapapun jumlahnya," kata Sri.

(iy/mad) 




http://www.detiknews.com/read/2010/11/15/160300/1494690/10/jamaah-keluhkan-sistem-prasmanan-katering-di-arafah?991103605

Perjalanan Spiritual Pembantu Pendeta Menjadi Seorang Muslim

Perjalanan Spiritual Pembantu Pendeta Menjadi Seorang Muslim
Abdullah Delancey
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--"Saya tidak bisa menemukan jawaban-jawabannya di Alkitab. Begitu saya sadar bahwa Trinitas cuma sebuah mitos dan bahwa Tuhan cukup kuat untuk menyelamatkan seseorang tanpa membutuhkan bantuan dari seorang anak atau siapapun, atau apapun.

Semuanya kemudian berubah. Keyakinan saya selama ini terhadap ajaran Kristen runtuh. Saya tidak lagi mempercayai ajaran Kristen atau menjadi seorang Kristiani."

Jalan untuk meraih cita-citanya sebagai pendeta atau pemimpin misionaris terbuka lebar, namun jalan yang terbentang itu justru membawanya untuk mengenal Islam. Sehingga ia akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang Muslim dan melepaskan semua ambisinya, meski pada saat itu ia sudah menjadi pembantu pendeta.

Dia adalah Abdullah DeLancey, seorang warga Kanada yang menceritakan perjalanannya menjadi seorang Muslim. "Dulu, saya adalah penganut Kristen Protestan. Keluarga saya membesarkan saya dalam ajaran Gereja Pantekosta, hingga saya dewasa dan saya memilih menjadi seorang jamaah Gereja Baptist yang fundamental," kata DeLancey mengawali ceritanya.

Menurutnya, sebagai seorang Kristen yang taat, kala itu dia kerap terlibat dengan berbagai aktivitas gereja seperti memberikan khotbah pada sekolah minggu dan kegiatan-kegiatan lainnya. "Saya akhirnya terpilih sebagai pembantu pendeta. Saya benar-benar ingin mengabdi lebih banyak lagi pada Tuhan dan memutuskan untuk mengejar karir sampai menjadi seorang Pendeta," tutur DeLancey yang kini bekerja memberikan pelayanan pada para pasien di sebuah rumah sakit lokal.

Keinginannya, sebenarnya menjadi seorang pendeta atau menjadi seorang misionaris. Namun ia berpikir, jika menjadi seorang Pendeta maka akan memperkuat komitmen hidupnya dan keluarganya pada gereja secara penuh. DeLancey pun mendapatkan beasiswa untuk mengambil gelar sarjana di bidang agama.

"Sebelum mengikuti kuliah di Bible College, saya berpikir untuk lebih menelaah ajaran-ajaran Kristen dan saya mulai menanyakan sejumlah pertanyaan-pertanyaan serius tentang ajaran agama saya. Saya mempertanyakan masalah Trinitas, mengapa Tuhan membutuhkan seorang anak dan mengapa Yesus harus dikorbankan untuk menebus dosa-dosa manusia seperti yang disebutkan dalam Alkitab," ujar DeLancey.

Hal lainnya yang menjadi tanda tanya bagi DeLancey, bagaimana bisa orang-orang yang disebutkan dalam "Kitab Perjanjian Lama" bisa "selamat" dan masuk surga padahal Yesus belum lahir. "Saya dengan serius merenungkan semua ajaran Kristen, yang selama ini saya abaikan," sambung DeLancey.

Ia mengakui tidak mendapatkan jawaban yang masuk akal dan cukup beralasan atas semua pertanyaan-pertanyaan yang menjadi dasar ajaran Kristen itu. "Lantas, untuk apa Tuhan memberikan kita akal yang luar biasa jika kemudian kita tidak boleh menggunakannya. Itulah yang perintahkan agama Kristen, agama Kristen meminta kita untuk tidak menggunakan akal ketika menyatakan bahwa Anda harus punya keyakinan. Sebuah keyakinan yang buta," kata DeLancey, mengenang pengalamannya di masa lalu.

Sejak itu, DeLancey sadar bahwa selama ini ia sudah menelan ajaran Kristen dengan secara buta dan tidak pernah mempertanyakan hal-hal yang sebenarnya membuatnya bingung. "Saya sama sekali tidak pernah menyadarinya," ujar DeLancey.

"Saya tidak bisa menemukan jawaban-jawabannya di Alkitab. Begitu saya sadar bahwa Trinitas cuma sebuah mitos dan bahwa Tuhan cukup kuat untuk "menyelamatkan" seseorang tanpa membutuhkan bantuan dari seorang anak atau siapapun, atau apapun. Semuanya kemudian berubah. Keyakinan saya selama ini terhadap ajaran Kristen runtuh. Saya tidak lagi mempercayai ajaran Kristen atau menjadi seorang Kristiani."

"Saya meninggalkan gereja untuk selamanya dan istri saya mengikuti langkah saya, karena ia juga mengalami hal yang sama dalam menerima ajaran-ajaran Kristen. Inilah yang akan menjadi awal perjalanan spritual saya, ketika itu saya tanpa agama tapi tetap percaya pada Tuhan," papar DeLancey.

Hidayah Itupun Datang

DeLancey mengakui, saat-saat itu menjadi saat-saat yang sulit bagi dirinya dan keluarganya yang selama ini hanya tahu ajaran Kristen. Namun ia terus mencari kebenaran dan mulai mempelajari berbagai agama. DeLancey tetap menemui kejanggalan-kejanggalan dalam agama-agama yang dipelajarinya, sampai ia mendengar tentang agama Islam.

"Islam !!! Apalagi itu? Sepanjang yang saya ingat, saya tidak pernah mengenal seorang Muslim dan tidak pernah mendengar Islam, bahkan pembicaraan tentang Islam sebagai salah satu agama di tempat saya tinggal di Kanada kecuali cerita-cerita buruk tentang Islam. Ketika itu, saya sama sekali tidak mempertimbangkan Islam," tutur DeLancey.

Tapi kemudian, DeLancey mulai membaca-baca informasi tentang Islam dan mulai membaca isi Alquran. Isi Alquran itulah yang mengubah kehidupannya sehingga ia tertarik untuk membaca segala sesuatu tentang Islam. Beruntung, DeLancey menemukan sebuah masjid yang letaknya sekitar 100 mil dari kota tempat tinggalnya.

"Saya lalu membawa keluarga saya ke masjid ini. Dalam perjalanan, saya merasa gugup tapi juga dipenuhi semangat dan saya bertanya pada diri sendiri, apakah saya akan diizinkan masuk ke masjid karena saya bukan seorang Arab atau Muslim," kisahnya.

Setelah sampai di masjid, saya pun merasa bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ia dan keluarganya disambut hangat oleh seorang Imam dan sejumlah Muslim di masjid itu. "Mereka sangat baik. Tidak seburuk berita-berita tentang Muslim," aku DeLancey.

Di masjid itu, DeLancey diberi buku yang ditulis oleh Ahmad Deedat dan ia diyakinkan bisa menjadi seorang Muslim. DeLancey membaca semua material-material tentang Islam dan sangat menghargai pemberian itu, karena di perpustakaan di tempatnya tinggal hanya ada empat buku tentang Islam.

"Setelah mempelajari buku-buku itu, saya sangat syok. Bagaimana bisa saya menjadi seorang Kristiani begitu lama dan tidak pernah mendengar ada kebenaran? Saya akhirnya meyakini Islam dan ingin masuk Islam," kisah DeLancey.

Ia kemudian mengontak komunitas Muslim di kotanya dan pada 24 Maret 2006 saya pergi ke masjid dan mengucapkan syahadah beberapa saat sebelum pelaksanaan salat Jumat, dengan disaksikan komunitas Muslim di kotanya.

"Saya mengucapkan La illaha ill Allah, Muhammadur Rasul Allah, tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Saya pun menjadi seorang Muslim. Hari itu adalah hari paling indah dalam hidup saya. Saya mencintai Islam dan merasakan kedamaian sekarang," tukas DeLancey mengingat kembali saat-saat ia menjadi seorang Mualaf.

DeLancey mengakui, ia dan keluarganya menghadapi masa-masa sulit setelah memutuskan memeluk Islam terutama dari teman-temannya yang Kristen dan dari kedua orangtuanya. Ia tidak diakui lagi sebagai anak dan teman-temannya yang Kristen tidak mau lagi bicara dengannya. DeLancey dijauhi bahkan ditertawai.

"Saya senang menjadi seorang Muslim, tak masalah jika teman-teman saya sesama orang Kanada memandang saya aneh karena memilih menjadi seorang Muslim. Karena saya sendiri yang akan mempertanggungjawabkan perbuatan saya pada Allah setelah saya mati."

"Allah memberi saya kekuatan dan Allah yang Maha Besar menolong saya untuk melewati masa-masa sulit setelah saya masuk agama Islam. Saya punya banyak sekali saudara seiman sekarang," tandas DeLancey.

Setelah masuk Islam, DeLancey mengubah nama depannya dan jadilah namanya sekarang Abdullah DeLancey. menjadi orang pertama dan satu-satunya pembimbing rohani Islam yang dibolehkan bekerja di rumah sakit di kotanya. Ia juga mengelola sebuah situs Islam Muslimforlife.com yang dididirikannya.

"Saya seorang Muslim dan saya sangat bahagia menjadi seorang Muslim. Rasa syukur saya panjatkan pada Allah swt," tukas DeLancey mengakhiri kisah perjalanannya dari seorang pembantu pastor menjadi seorang Muslim.
Red: Budi Raharjo
Rep: Mualaf.com


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/11/15/146802-perjalanan-spiritual-pembantu-pendeta-menjadi-seorang-muslim

Minggu, 14 November 2010

Kendaraan Pembawa Amal Kebaikan

Kendaraan Pembawa Amal Kebaikan
Ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Salah satu problematika yang dihadapi kota-kota besar seperti Jakarta adalah kemacetan. Kendaraan seperti mobil dan sepeda motor di masa kini sama dengan kuda yang digunakan pada masa Rasulullah SAW, yakni sebagai alat transportasi. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah menjelaskan tentang tiga tipe kuda.

Rasulullah bersabda, "Kuda itu ada tiga macam: menjadi dosa bagi seseorang, menjadi tameng bagi seseorang, dan menjadi ganjaran bagi seseorang. Pertama, adapun kuda yang menjadi dosa bagi seseorang adalah kuda yang diikat dengan maksud pamer, bermegah-megahan, dan memusuhi penduduk Islam. Kuda itu bagi pemiliknya merupakan dosa."

"Kedua, adapun yang menjadi tameng bagi seseorang adalah kuda yang diikat pemiliknya untuk berjuang di jalan Allah, kemudian pemilik itu tidak melupakan hak Allah yang terdapat pada punggung dan leher kuda. Kuda itu menjadi tameng bagi pemiliknya (penghalang dari api neraka)."
  
"Ketiga, kuda yang menjadi ganjaran bagi pemiliknya adalah kuda yang diikat untuk berjuang di jalan Allah dan untuk penduduk Islam pada tanah yang subur dan taman. Maka, sesuatu yang dimakan oleh kuda itu pada tanah subur atau taman pasti dicatat untuk pemiliknya sebagai kebaikan sejumlah yang telah dimakan oleh kuda, dan dicatat pula kebaikan untuk pemiliknya sejumlah kotoran dan air kencingnya."

Hadis yang tercantum dalam kitab Sahih Muslim (nomor 1647) itu menjelaskan bahwa kendaraan yang dimiliki akan menjadi dosa manakala dibeli dan digunakan dengan tujuan untuk pamer kekayaan dan digunakan untuk maksiat. Terlebih, uang untuk membelinya hasil korupsi.

Pemilik kendaraan hendaknya menyadari bahwa kendaraan yang dimilikinya pada hakikatnya milik Allah. Wajib baginya untuk merawat dan membayar zakatnya. Sehingga, kendaraan yang digunakannya itu nyaman digunakan untuk bekerja dan bersilaturahim. Dan, di akhirat kelak menjadi tameng bagi pemiliknya dari api neraka.

Selain itu, pemilik kendaraan pun bisa memberikan tumpangan kepada orang lain, seperti saudara, tetangga, dan teman sekantor. Sehingga, kendaraan itu tak dibiarkan melaju dengan kosong. Kendaraan yang digunakan di jalan Allah, baik bahan bakar minyak, polusi, suara mesin, maupun kecepatan yang dikeluarkannya, akan berbuah pahala bagi pemiliknya. Mari mengatasi macet dengan berbagi dan peduli. Wallahu a'lam.
Red: Budi Raharjo
Rep: Oleh Faozan Amar

http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/11/14/146712-kendaraan-pembawa-amal-kebaikan

Jumat, 12 November 2010

Perjuangan Ibadah Haji Mualaf Panama

Smaller  Reset  Larger
Aljazeera
Perjuangan Ibadah Haji Mualaf Panama
Ray Henry
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menjadi Mualaf di Panama tidaklah mudah. Islam di negara yang terletak di Benua Amerika itu kerap diidentikkan dengan teroris dan selalu dipinggirkan.

Apalagi di Panama merupakan negara bekas koloni Spanyol yang terkenal dengan praktik inkuisisinya. Kesulitan itu pula yang dialami mualaf Panama, Ray Henry.

Tumbuh di Kota Colon, kota kedua di Panama, Ray mengucapkan syahadat empat tahun lalu. Awalnya, dia tak tertarik sama sekali dengan Islam yang di negaranya digambarkan begitu buruknya. ''Islam tidak menarik bagi saya karena banyak masukan negatif dari media massa,'' ungkapnya seperti ditulis Aljazeera.

Namun Allah SWT menuntut pria kulit hitam ini untuk menemui Islam secara perlahan. Diawali membaca sebuah selebaran mengenai kehidupan Nabi Muhammad SAW. Dari situ dia mengetahui betapa mulianya sosok sang Nabi.

Hingga suatu ketika, Ray mendatangi sebuah pertemuan besar yang diadakan umat Islam di negaranya. ''Saya mulai bertanya-tanya tentang Islam kepada mereka. Dan saya mulai memahami kebenaran Islam,'' ujar pekerja di Terusan Panama ini.

Meskipun terbilang masih baru memeluk Islam, Ray coba aktif dalam komunitas Muslim yang berkembang di Panama. Menurut Direktur Pusat Studi Islam Panama, Abdulkhaber Muhammad, Islam sebenarnya mempunyai akar panjang di Panama. ''Namun dalam sejarahnya, Panama tidak pernah mau mengakui kehadiran Islam,'' ungkapnya.

''Karena Panama merupakan koloni Spanyol, dan jika kita kembali ke masa inkuisisi, banyak Muslim dibunuh dan dipaksa mengubah nama Islam mereka. Di Amerika Latin, Islam merupakan hal yang tabu,'' ujar Abdulkhader.

Masjid yang pertama dibangun di Amerika Tengah diresmikan pada 1982. Masjid itu dibangun dengan didanai pemimpin Libya, Muammar Gaddafi. Sekarang terdapat 10 masjid di seluruh Panama.

Ray dipilih oleh Asosiasi Muslim negaranya untuk menjalankan ibadah haji tahun ini. Dia pun sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin sejak lama. Mulai dari mempelajari ritual haji, bahasa Arab, sampai meminta bimbingan haji dari tokoh Muslim setempat.

Namun keinginannya untuk segera melihat Ka'bah di Masjidil Haram tampaknya masih harus disimpan dulu. Sampai saat ini, visa dirinya untuk menuju Arab Saudi tak kunjung selesai. Tak semudah di negara lain yang mengurus visa di negara sendiri, di Panama, Ray harus menitipkan pengurusannya ke Caracas, ibukota Venezuela. Visa haji Panama memang dijamin oleh Caracas.

Nasib Ray tampaknya serupa dengan 30 jamaah haji asal Panama yang sampai sekarang masih menanti kedatangan visa itu. Ray tak bisa menyembunyikan kekecewaannya karena tak jadi menunaikan haji tahun ini.

''Saya akan terus berusaha mewujudkan haji tahun depan, Insya Allah. Ini berarti saya harus bekerja sedikit lebih keras untuk menyiapkan diri. Tetapi seperti yang saya katakan, saya memahami kehendak Allah, dan aku tidak mempertanyakannya,'' tuturnya.

Sementara jutaan Muslim akan memulai haji di Makkah, Ray akan berdoa, sholat, dan ikut menyembelih hewan kurban saat Idul Adha nanti di Colon. Dia pun berniat mencukur rambutnya seperti yang dilakukan jamaah haji untuk menghormati ritual haji di Makkah.

Ray tetap berpikir positip atas cobaan yang diberikan Allah SWT sehingga tak bisa menjalankan ibadah haji tahun ini. Mungkin Allah memandang dirinya belum siap menjalankan ibadah itu.

''Mungkin tahun depan Allah memandang saya sudah siap menjalankannya, dan saya akan datang bersama-sama dengan yang lain,'' ujarnya.

Red: Budi Raharjo


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/11/12/146459-perjuangan-ibadah-haji-mualaf-panama

Kamis, 11 November 2010

Republika OnLine » Dunia Islam » Islam Mancanegara Vivian Espin: Allah Mengabulkan Apa yang Saya Inginkan

Vivian Espin: Allah Mengabulkan Apa yang Saya Inginkan
Vivian Espin
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Hidup selalu memiliki saat-saat yang baik dan buruk. Begitu pula dengan saya, Vivian Espin (22) dari Ekuador. Terkadang ketika saya memikirkan masa lalu, teringat kenangan yang menyakitkan. Saya menginginkan hal-hal yang berbeda seperti keluarga yang normal, atau mungkin merawat kedua orang tua. Saya tidak tahu, tapi saya yakin semuanya memiliki alasan.

Masa kecil saya begitu keras. Ayah seorang yang keras, namun ibu sangat patuh. Kami memiliki masalah keuangan dan banyak persoalan lainnya yang mempengaruhi kakak dan mental saya sendiri. Di masa kecil, ibu kerap mengajarkan saya bahasa Inggris dan pelajaran lainnya di rumah. Sehingga pada usia empat tahun, ibu memutuskan untuk mengirim saya ke sekolah.

Orang tua mengirim saya belajar di sekolah Katolik. Alasannya, ibu menginginkan saya untuk mendapatkan keimanan yang lebih baik kepada Tuhan. Apalagi, sekolah Katolik ini merupakan salah satu yang terbaik di kota tempat tinggalku dan ayah juga bisa membanggakan dirinya bahwa anaknya mampu mengenyam pendidikan di sekolah itu.

Sejak awal, usia saya memang lebih muda dibandingkan teman-teman sekelas. Teman-teman kerap menjahili saya. Mereka menempelkan permen karet ke rambut, mencuri barang-barang, membuang makanan saya ke tempat sampah, dan keusilan lainnya. Karena itulah, kepala sekolah lantas memutuskan untuk melindungi saya.

Setiap waktu istirahat, saya tidak diizinkan bermain bersama teman-teman di halaman sekolah. Saya justru menghabiskan istirahat di ruang guru atau kepala sekolah. Karena sekolah Katolik, maka hampir semua guru, kepala sekolah, dan direksi adalah biarawati. Saya pun mulai menjadi sangat dekat dengan mereka dan mereka pun menyayangi saya. Bahkan, mereka kemudian membiarkan saya untuk menginap di rumah dinas mereka yang berada di lingkungan sekolah.

Orangtuaku bercerai ketika usiaku hampir delapan tahun. Kejadian itu menjadi peristiwa yang paling traumatis dalam hidup saya yang mungkin tak akan pernah saya ceritakan kepada orang lain sekarang hingga masa nanti. Saya menjadi kerap menghabiskan waktu seorang diri. Pikiran terkadang mulai melayang. Memikirkan sesuatu yang yang tak ada jawabannya.

Usai bercerai, ibuku menjadi lebih relijius. Ibu pun mulai banyak mengontrol saya. Memang terkadang itu baik bagiku, tapi kadang sebaliknya. Akibatnya, saya seperti dibesarkan dengan rasa takut, ketidakamanan dan keraguan.

Saya menjadi suka menyendiri di tempat-tempat yang tenang. Satu-satunya tempat yang cocok untuk melakukan itu adalah di halaman sekolah yang luas dengan rumput hijaunya. Saya kerap berbaring di sana sambil memandang langit dan merasakan sejuknya hembusan angin. Semuanya terasa begitu damai.

Para biarawati begitu menghargai saya. Begitu banyak waktu yang dihabiskan bersama mereka. Saya juga merasa bahwa satu-satunya cara untuk bisa melarikan diri dari persoalan di rumah adalah dengan mencari perlindungan pada Tuhan. Sehingga pada usia 12 tahun, saya mengatakan kepada ibu bahwa saya merasa lebih suka tinggal di biara dengan para biarawati dan ingin menjadi bagian dari mereka.

Namun ibu tak mengizinkan. Ibu senang saya ingin dekat dengan Tuhan tapi saya diharapkan kelak bisa memberikan cucu bagi dirinya. Jadi, ibu tak membiarkan saya menjadi biarawati.

Setelah tak diizinkan menjadi biarawati, saya memutuskan untuk lebih dekat kepada Tuhan dengan mempelajari dan memahami isi Alkitab. Namun setelah saya banyak membaca isinya ternyata yang muncul dalam benak justru segudang pertanyaan. Saya merasakan banyak hal yang tak masuk akal, kontradiksi, dan di beberapa bagian pesan yang disajikan Alkitab tidak lengkap. Hal itu membuatnya bertambah penasaran untuk menemukan jawaban logisnya.

Saya lantas mulai membaca buku agama dan internet sangat membantu untuk melakukan itu. Banyak informasi mengenai Yudaisme, Buddhisme, Agnostisisme, Hindu, dan Kristen sendiri serta sekte-sektenya. Namun tak satu pun penjelasan yang diberikan oleh agama-agama itu yang memuaskan logikaku.

Sementara untuk mempelajari Islam, saya tidak tertarik karena sebelumnya saya kerap mendengarkan hal buruk mengenainya. Tetapi karena saya tak kunjung menemukan penjelasan logis atas berbagai pertanyaan di dalamdiri, akhirnya saya memutuskan untuk coba mengetahui tentang Islam. Mungkin, Islam bisa menjadi opsi terakhir untuk menemukan jawaban logis itu.

Ajaran Trinitas dalam Kristen tak pernah jelas bagi saya. Ketika saya mulai membaca penjelasan Islam mengenai esensi Tuhan, penjelasan logis mulai didapat. Pertanyaan berapa banyak sebenarnyakah Tuhan itu yang selama ini menghantui pikiran mulai terkuak. Islam mengatakan hanya ada satu Tuhan. Penjelasan ini bagi saya lebih bisa diterima akal.

Sejak itu, saya juga mulai membaca secara singkat tentang Nabi Muhammad. Saya mendapatkan ternyata Nabi sangat dekat dengan Musa. Ternyata Muhammad membawa pesan yang sama dengan semua nabi sebelumnya yang datangnya dari Tuhan. Penjelasan Islam ini membuat saya merasa telah menemukan agama yang benar.

Dalam hidup, saya mempunyai dua keinginan besar, yaitu pergi ke Mesir dan menikah dengan lelaki baik yang sungguh-sungguh mencintai dan menjaga saya. Mungkin usia saya 17 atau 18 tahun, saya tidak ingat pastinya, ketika saya mengungkapkan keinginan pindah agama menjadi Muslim kepada ibu. Saya katakan kepadanya bahwa saya suka pergi ke Islamic Center di kota dan mempelajari Islam.

Kontan, keinginanku itu membuat ibu marah. Dia mengatakan hanya orang-orang Kristen yang boleh tinggal di rumahnya. Ibu juga mengatakan jika aku serius menjadi Muslim maka harus pergi meninggalkan rumah. Karena tak ingin melukai perasaannya, saya lantas mengatakan bahwa itu hanya candaan.

Namun ibu menganggap keinginanku itu serius. Karena itu, dia meminta bibi unutk membawakan sebuah buku tentang Islam. Buku yang isinya ternyata menceritakan keburukan tentang Islam. Hal itu membuatku sempat merasa takut dan ragu terhadap Islam. Sehingga saya sempat menghentikan niat untuk menjadi Muslim. Namun saya juga tak ingin kembali ke Kristen karena merasa sudah tak nyaman dengan agama yang dianutnya sejak lahir itu.

Suatu hari, ibu mengubah agamanya dari Katolik menjadi Evangelis setelah mukjizat menghampiri salah seorang saudara lelakinya. Paman divonis menderita kanker dan dokter mengatakan usianya mungkin tinggal sepekan atau sebulan lagi. Namun dua tahun berlalu, dan paman masih tetap bersama kami.

Hingga beberapa bulan kemudian, saya bertemu dengan seorang yang luar biasa dari Arab Saudi. Dia seorang Muslim. Kami saling jatuh cinta. Kami pun sama-sama berkeinginan bertemu dan menikah di Mesir. Ini seperti sebuah mimpi besar yang akan menjadi kenyataan. Saya membayangkan bakal mendapatkan suami yang baik, penuh cinta, melindungi, romantis, seperti pangeran yang kerap dimimpikan oleh kebanyakan gadis.

Tapi saya menyadari tak mudah mewujudkan itu. Saya tak memiliki cukup uang untuk menempuh perjalanan ke Mesir. Saya berpikir lelaki idaman seperti itu tak mungkin ada di mana pun kecuali dalam mimpi saja.

Namun Tuhan berkata lain. Tuhan memberikan jalan bagi saya untuk mewujudkan mimpi ke Mesir dan bertemu dengan lelaki yang saya cintai. Saya pun menikah di sana. Tuhan memberikan semua apa yang saya inginkan.

Setelah datang ke Mesir, saya tak mau tergesa-gesa menjadi mualaf. Saya merasa belum yakin 100 persen. Sehingga suamiku memperkenalkan seorang wanita yang memiliki pengetahuan, kesabaran, dan keimanan. Wanita bernama Raya itu membantu saya untuk mengatasi semua keraguan dan kesalahpahaman tentang Islam.

Akhirnya, saya mengucapkan syahadat pada hari Sabtu, 30 Agustus 2009. Saya mau menjadi Muslim hanya karena sudah betul-betul meyakini keberadaan Allah yang Maha Esa dan Muhammad sebagai Rasulnya. Meski sudah menjadi Mualaf, namun dalam kehidupan sehari-hari saya belum bisa meninggalkan kebiasaan lama. Saya hanya berjanji kepada suami akan mulai menjalani kehidupan yang Islami bila waktunya sudah tepat. Hingga akhirnya itu membuat marah suamiku.

Akibat diriku yang tak kunjung mempraktikkan kehidupan Islam, suami lantas menceraiku. Saya merasa dunia seperti hancur berkeping-keping. Dalam putus asa, saya tak tahu kepada siapa lagi meminta bantuan selain kepada Raya. Untungnya, Raya mau menolong dan mengangkatku sebagai anaknya.

Mendengarkan kabar itu, ibu justru menyalahkan diriku. Dia katakan manusia tak pernah belajar dari pengalaman sehingga hal buruk terjadi. Namun perlahan kenyataan ini coba saya terima dengan ikhlas. Masalah keluarga ini lantas saya serahkan kepada Allah, Tuhan yang Maha Pemaaf.

Saya mulai kembali proses kehidupan sebagai Muslim dari awal. Saya putuskan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Saya pun mulai mengubah cara hidup mulai dari berpakaian dengan mengenakan jilbab. Saya bertekad untuk mengubah seluruh hidup saya. Saya ingin membuktikan kepada Allah, kepada orang-orang yang saya cintai dan diri sendiri, bahwa saya sekarang telah benar-benar menjadi sosok yang baru.

Alhamdulillah, Allah kembali memberikan pertolongan. Usai tekad dilaksanakan Allah menggerakkan hati suami untuk kembali kepada diriku. Hanya dengan pertolongan Allah, kami bisa bersama kembali.
Red: Budi Raharjo
Rep: Reading Islam



http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/11/11/146143-vivian-espin-allah-mengabulkan-apa-yang-saya-inginkan

Selasa, 09 November 2010

Penyembelihan Hewan Cara Islam KEJAM ??? Ini Penjelasan ilmiahnya...


ini sifatnya universal ko gan. just for your information...
Quote:
Bismillahirrohmanirrohiim...
aga panjang nih gan... santai aja bacanya ya. supaya agan tau dan paham . dan ini sama sekali tidak ada unsur SARA, hanya penjelasan ilmiah


kalo nyembelih hewan (sapi, kambing ato ayam), lebih 'berprikehewanan' yg mana ? langsung disembelih pake pisau ato di pingsanin dulu br dipotong dgn asumsi hewan ga merasa kesakitan pd saat sembelih ?
ini dia jawabannya : (simak ya, abis itu bantu rate ***** biar yg lain ikut baca dan paham)
Quote:
Di bawah ini adalah tulisan yang disadur dan diringkas oleh Usman Effendi AS.,dari makalah tulisan Nanung Danar Dono, S.Pt., M.P., Sekretaris Eksekutif LP.POM-MUI Propinsi DIY dan Dosen Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta:
Quote:
Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?
Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.
Quote:
Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.
Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni: saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu: arteri karotis dan vena jugularis.
Quote:
Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.
Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati. Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!
Quote:
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa hal sbb.:

Penyembelihan Menurut Syariat Islam

Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:

Pertama :
pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.
Quote:
Kedua :
pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.
Quote:
Ketiga :
setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).
Quote:
Keempat :
karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.
Quote:
Penyembelihan Cara Barat
Pertama :
segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).
Quote:
Kedua :
segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).
Quote:
Ketiga :
grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.
Quote:
Keempat :
karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.
Quote:
Bukan Ekspresi Rasa Sakit!
kejang dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertai rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar…!
Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.
Quote:
Hadits Rasulullah tentang penyembelihan ini:

“........ dan apabila kalian menyembelih, maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih. (Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agar meringankan binatang yang disembelihnya.” (H.R. Muslim).
Quote:
nah, begono penjelasannya gan. jadi kesimpulannya tidak kejam, justru diperlakukan sebaik mungkin supaya tidak menyiksa hewan yg disembelih
sumber : http://hasbee.wordpress.com/2009/12/...riah-vs-barat/


http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5375020