Oleh Muhammad Sulthoni Yusuf MA
Kejujuran menempati kedudukan istimewa dalam ajaran Islam, karena ia merupakan penopang jalan kebaikan bagi manusia. Menurut Al-Qusyairi, kejujuran menempati kedudukan setingkat di bawah kenabian, sebagaimana firman Allah SWT, ''Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dan orang-orang yang menetapi kebenaran.'' (QS An-Nisa [4]: 69).
Alquran memuji orang-orang yang jujur lebih dari lima puluh kali. Salah satunya yang termaktub dalam surah al-Ahzab [33] ayat 24, ''Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang-orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka.''
Kejujuran yang bagaimanakah yang dimaksud oleh Alquran itu? Salah satu cirinya adalah jika batin seseorang serasi dengan perbuatan lahirnya. Sebagaimana diriwayatkan Abu Qilabah bahwa Umar bin Khathab RA melarang umat Islam menilai dan melihat puasa atau shalat seseorang, tetapi hendaknya melihat kejujuran ucapan seseorang jika ia berbicara, amanahnya jika ia diberi tanggung jawab, dan kemampuannya meninggalkan apa pun yang meragukan jika mendapat kenikmatan dunia.
Sementara itu, Al-Junayd menyatakan bahwa inti kejujuran adalah jika seseorang berkata benar dalam situasi-situasi di mana hanya dusta yang bisa menyelamatkannya. Pernyataan senada juga diutarakan Imam Thabari. Ia menekankan pentingya seseorang berkata dan berbuat jujur dalam kehidupan sehari-hari, walaupun kejujuran itu akan membunuh atau membinasakannya.
Contoh ideal dalam hal ini tentunya Rasulullah SAW. Kejujuran beliau yang mencerminkan ketinggian akhlak dipuji oleh Alquran, ''Dan engkau sungguh mempunyai akhlak yang agung.'' (QS al-Qalam [68]: 4). Berlaku jujur sama halnya membangun keluhuran moral dan mental untuk menciptakan suasana sosial yang lebih harmonis dan tenteram.
Oleh karena itu, kejujuran mesti tertanam dalam jiwa semua orang yang beriman. Berkata bohong, berkomentar kontroversial, justru akan menyebabkan fitnah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selayaknyalah kita sama-sama menjaga kebersamaan dengan menjunjung tinggi kejujuran demi terciptanya bangsa yang bermartabat.
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/04/01/109190-kaidah-menggapai-kejujuran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar