Selasa, 30 November 2010

Bermodal Tekad Kuat, Pensiunan PNS Golongan II B Pun Bisa Berhaji

Bermodal Tekad Kuat, Pensiunan PNS Golongan II B Pun Bisa Berhaji
Seorang jamaah haji Indonesia menitikan air mata ketika berdoa usai melontar jumroh Nafar Awal di Jamarat, Mekkah, Arab Saudi, Kamis (18/11).
REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH--Akibat cerita hal-hal buruk, membuat banyak orang takut berangkat ke Tanah Suci. "Ada teman yang mengakui dirinya sebagai istri yang bawel terhadap suami. Karenanya, ia mengaku tak berani ke Tanah Suci, takut ditampar malaikat karena kebawelannya itu," ujar Mulyadi, jamaah asal Semarang yang tergabung di kloter 66 Surakarta.

Mulyadi mengaku hanya pensiunan pegawai rendahan. Ia pensiun tiga tahun lalu dengan golongan terakhir IIB. "Dalam ibadah haji, tak ada itu sebenarnya istilah panggilan.Yang penting adalah niat karena Allah," ujar dia.

Untuk bisa berangkat haji, Mulyadi mengaku harus menunggu berpuluh tahun hingga tabungannya mencukupi. Ia menabung mulai dari Rp 1.000, ketika masih menjadi pegawai negeri dengan golangan I. Semua itu ia lakukan karena niat berhaji.

Mulyadi menyebut ada temannya yang kaya, tapi belum berani berangkat ke Tanah Suci dengan alasan belum mendapat panggilan. "Panggilan itu hanya untuk dua hal. Panggilan untuk shalat dan panggilan meninggal. Kalau berangkat haji itu urusan niat, niat karena Allah," ujar Mulyadi.

Karena niat itu, Mulyadi yang pensiunan golongan IIB itu bertahun-tahun menabung. "Mulai dari nabung hanya Rp 1.000," ujar Mulyadi, petugas kebersihan di Dinas Pengairan di Semarang. Tahun ini ia bisa berangkat setelah tiga tahun pensiun. Teman-temannya yang kya itu bersedia menyokong dana untuk uang saku Mulyadi selama di Tanah Suci.

Dengan meluruskan niat, Mulyadi bersyukur akhirnya bisa berangkat ke Tanah Suci. Butuh keikhlasan dan kerendahhatian untuk bisa melaksanakan ibadah haji dengan melampaui dunia apa pun dalam diri. Hasrat kepada materi harus disingkirkan. Dimatikan.

Karena dunia yang belum dimatikan di dalam dirinya, seorang jamaah dari Banten, setiap tawaf selalu melambaikan tangan ke Kabah dengan ucapan, "Hai Kabah." Di putaran terakhir tawaf ia melambaikan tangan ke Kabah dengan mengucap, "Selamat tinggal Kabah."

Pulang ke Tanah Air ia berjanji akan menceritakan kisah-kisah baik tentang perjalanan hajinya. Hal-hal buruk adalah masalah pribadi dengan Sang Khalik. Ia mencoba ingin memenuhi nasihat gurunya, tentang hal itu.

Ia mencoba menjadi jamaah yang memakai hati dan akal dalam melihat sesuatu. "Tak ada itu malaikat diperintah Allah untuk menampar jamaah," kata dia. "Tak ada itu istilah panggilan untuk berhaji. Yang perlu niat. Panggilan hanya untuk dua hal, panggilan untuk shalat dan panggilan untuk mati," ujar dia.

Maka, saran dia, ketika kita berangkat ke Tanah Suci, hendaknya lupakan kehidupan masa lalu. Kita telah membuka lembar baru, memperbaiki hubungan dengan Allah.
Red: Siwi Tri Puji B
Rep: Priyantono Oemar dari Makkah



http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/umroh-haji/10/11/30/149732-bermodal-tekad-kuat-pensiunan-pns-golongan-ii-b-pun-bisa-berhaji

Kamis, 25 November 2010

Pelajari Islam di Makkah, Snouck Hurgronje Berpura-pura Menjadi Mualaf?

Pelajari Islam di Makkah, Snouck Hurgronje Berpura-pura Menjadi 
Mualaf?
Snouck Hurgronye berjalan disamping Pangeran Saud pada 1935
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Snouck Hurgronje. Nama itu tak asing lagi dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya di masa penaklukan Aceh oleh kolonial Belanda. Berkat informasi yang dipasok orientalis yang menguasai budaya Aceh dan Islam itu, pasukan kolonial Belanda berhasil menguasai Aceh.

Rupanya, kiprah warga Belanda itu tak hanya tercatat di bumi Serambi Mekkah saja. Jejak kaki Hurgronje (1857-1936) juga sampai ke Makkah yang sesungguhnya di Arab Saudi. Demi mempelajari Islam, ritual haji, dan kehidupan masyarakat di Makkah, lulusan jurusan teologi di Universitas Lieden, ini pernah tinggal selama sekitar tujuh bulan di Kota Suci itu.

Pria yang lahir di Oosterhout, Belanda, pada 1857 yang memiliki nama lengkap Christiaan Snouck Hurgronje, ini bahkan dikabarkan sampai mengubah keyakinan agamanya alias menjadi mualaf demi bisa menetap di Kota Makkah. Semua itu dilakukannya agar bisa mempelajari Islam langsung di jantungnya.

Saat ini foto-foto karya Hurgronje saat menetap di Makkah sedang dipamerkan di Dubai Financial Center dengan diberi judul 'Makkah, Sebuah Petualangan Berbahaya'. ''Dia terpesona dengan berbagai macam agama, tetapi secaa khusus tertarik pada ajaran dan sistem kepercayaan Islam. Dia juga fasih berbahasa Arab,'' ujar Elie Domit, seorang kurator galeri.

Pada 1880, Hurgronje menulis tesis doktornya berjudul "Het Mekkansche Feest" (Pesta Makkah) yang menggambarkan ibadah haji dan adat istiadatnya. Pada waktu itu, pemerintah di negara-negara Eropa mulai melihat dukungan yang diberikan penduduk Muslim bagi upaya kemerdekaan bagi wilayah koloni Eropa dan Belanda. Makkah dipandang sebagai tempat berkumpulnya para pejuang Muslim fanatik.

Pada 1884, berkat didanai pemerintah Belanda, Hurgronje dikirim ke Jeddah untuk meneliti kehidupan Muslim fanatik di Makkah. Namun dia juga memiliki kepentingan pribadi untuk memasuki Tanah Suci. Karena bukan seorang Muslim, dia pertama kali berangkat ke Jeddah dengan maksud mendekati kalangan elit di sana.

Demi bisa memasuki Makkah dan mendapatkan kepercayaan dari warga serta pejabat pemerintah di sana, Hurgronje secara terbuka mengumumkan keputusannya untuk menjadi pemeluk Islam. Bahkan kemudian dia dikenal dengan sebutan Abd Al-Ghaffar. Berkat cara itu, dia akhirnya diizinkan untuk memasuki Makkah dan perjalannya diatur pada 21 Januari 1885.

Selama tujuh bulan, Hurgronje tinggal di Makkah. Meski terbilang singkat, dia mengamati, mencatat, dan mempelajari kehidupan masyarakat lokal. ''Waktu itu, Makkah memiliki salah satu pasar budak terbesar di dunia, dan Hurgronje kagum dengan perlakukan manusiawi yang diberikan kepada budak karena budak-budak itu diperlakukan sebagai anggota keluarga,'' ujar Domit.

Hurgronje juga mengamati kehidupan wanita di Makkah. Persoalan status sosial, rasa mode, dan kebebasan yang diberikan kepada kalangan wanita ini dibandingkannya denagn wanita di kota-kota di Timur lainnya.

Minatnya yang begitu besar terhadap Makkah membuat curiga pemerintah negara Eropa yang lain. Setelah itu terungkap bahwa Hurgronje adalah seorang mata-mata, penipu, sekaligus sebagai sedikit dari kalangan orientalis kala itu. Tak lama usai menikahi wanita Ethiopia, dia dideportasi dari Arab Suadi atas permintaan pemerintah Prancis yang menuduhnya telah mencuri batu Taima.

Akibatnya, Hurgronje harus segera meninggalkan Makkah. Dengan tergesa, dia mengumpulkan catatan dan foto-foto yang diperolehnya selama tinggal di Makkah. Namun peralatan kamera ditinggalnya dan dititipkan kepada temannya yang seorang mahasiswa fotografi, Al-Sayyid Abd Al-Ghaffar.

Hurgronje kemudian balik ke Belanda dan mulai menulis berbagai artikel mengenai Makkah. Dia tetap menjalin kontak dengan temannya, Al-Sayyid untuk bertukar informasi dan mendapatkan foto-foto terbaru mengenai Makkah, termasuk foto-foto mengenai jamaah haji.

Sekembalinya di tanah kelahirannya, tak diketahui kabar selanjutnya, apakah dia masih memegang agama Islamnya, atau kembali ke agama asalnya. Namun, banyak karya yang dibuatnya mengenai Islam dan budaya Makkah. Mungkin karena itu pula, hubungan dia dengan petinggi Arab Saudi bisa terjalin baik. Sebagai pertanda eratnya hubungan itu, Pangeran Saud dari Kerajaan Saudi sampai tiga kali mengunjungi Belanda selama kurun waktu 1926-1935.
Red: Budi Raharjo
Rep: Arab News



http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/11/26/149078-pelajari-islam-di-makkah-snouck-hurgronje-berpurapura-menjadi-mualaf

Kamis, 18 November 2010

Mualaf Prancis Itu Mencari Pencerahan dengan Berhaji

AP Photo
Mualaf Prancis Itu Mencari Pencerahan dengan Berhaji
Jutaan jamaah haji memadati Masjidil Haram
REPUBLIKA.CO.ID,MINA--Usianya baru 25 tahun. Dia belum menikah dan lulusan sekolah manajemen di Selatan Prancis. Sejak lahir, seperti orang tuanya, dia seorang Kristiani. Namun berbagai pertanyaan yang menyesaki otaknya tentang agama lamanya itu justru membawanya mengenal Islam.

Pria yang enggan mengungkapkan nama lamanya ini, setelah menjadi mualaf berganti nama menjadi Abdul Aziz. Dia tampak enggan terlalu dalam mengungkap jati dirinya dengan alasan negaranya tidak terlalu toleran menyikapi perbedaan budaya dan agama, sebuah ironis bagi negara di Eropa dengan komunitas Muslim yang besar.

Aziz mengungkapkan awal perjumpaannya dengan Islam. Sejak lama dia rupanya sudah mempertanyakan ajaran Kristen yang dinilai banyak menyimpan pertentangan. ''Sejak remaja saya kerap berpikir apa yang terjadi setelah kematian,'' ujarnya kepada Arab News. ''Jadi saya banyak mempelajari hal itu dan saya tidaka menemukan jawabannya dalam agama saya yang dulu.''

Karena tak merasa puas, Aziz lantas menanyakan hal itu kepada teman-temannya yang berlatar belakang budaya dan agama beragam. ''Saya berdiskusi dengan teman yang beragama Yahudi dan juga teman-teman Muslim. Kami membahas masalah agama. Tapi jelas ada banyak perspektif sehingga saya memutuskan untuk mempelajarinya sendiri,'' tuturnya.

Aziz lantas banyak belajar dari buku-buku dan internet hingga akhirnya menemukan jawaban yang paling sesuai dalam Islam. ''Dalam Islam tak ada kontradiksi, semuanya logis,'' ujarnya. ''Dalam Kristen, saya menemukan beberapa hal yang kontradiksi.''

Akhirnya setelah melakukan pencarian sekian lama, Aziz memutuskan untuk menjadi mualaf di usia 17 tahun. Dia memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dihadapan teman-temannya. Sementara keluarganya, meskipun tidak terlalu mempertanyakan keputusannya ini, sedikit banyak ingin saling bertukar pikiran mengenai keputusan besar yang diambilnya itu.

''Mereka (keluarga) mengajukan beberapa pertanyaan karena mereka khawatir mengenai gerakan fundamentalis yang coba mempengaruhi orang lain untuk menjadi ekstrimis,'' ungkapnya.

''Saya jelaskan kepada mereka mengapa memilih Islam, karena saya takut mati. Setiap malam sebelum tidur, saya selalu bertanya-tanya apa yang akan terjadi kelak di akherat. Jadi saya menjelaskan hal ini kepada ayah dan dia bisa menerimanya.''

Dan kini, Aziz masih berada di Makkah usai menunaikan ibadah haji. Dia tak mampu mengungkapkan perasaan hatinya bisa memenuhi rukun Islam kelima ini. Dia berharap bisa menunaikan seluruh rukun Haji dengan benar sehingga mendapatkan pencerahan usai berkunjung ke tanah suci.
Red: Budi Raharjo




http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/11/19/147614-mualaf-prancis-itu-mencari-pencerahan-dengan-berhaji

Rabu, 17 November 2010

Seribu Lebih Warga Kamerun Menjadi Mualaf

Seribu Lebih Warga Kamerun Menjadi Mualaf
Sebagian warga Kamerun yang menjadi mualaf diberi kesempatan untuk menunaikan haji
REPUBLIKA.CO.ID,MINA--Uluran tangan yang diberikan Menteri Kesehatan Arab Saudi, Abdullah bin Abdulaziz Al-Rabeeah, untuk mengoperasi bayi kembar siam asal Kamerun berbuah manis. Tak di sangka, suku asal kembar siam itu yang berada di sebuah desa di Kamerun tersentuh melihat keberhasilan operasi pemisahan kembar siam itu dan kemudian memilih untuk menjad mualaf.

Bayi kembar siam itu, Rahima dan Hamidah, menjalani operasi pemisahan pada April 2007. Diperkirakan sebanyak 1.100 warga suku yang berada di Desa Banky dan sekitarnya telah mengucapkan syahadat usai keberhasilan operasi tersebut. Hal itu disampaikan oleh seorang tokoh Muslim asal suku itu, Sultan Omar, saat bertemu Al-Rabeeah, di di Rumah Sakit Darurat Mina, beberapa hari lalu.

''Operasi yang dilakukan atas bantuan Al-Rabeeah telah membuat kepala suku dan seluruh warga suku saya, dan beberapa orang dari daerah lain di Kamerun memutuskan untuk memeluk Islam secara spontan dan tanpa tekanan apapun,'' ujar Sultan Omar seperti ditulis Arab News.

Omar bersama 26 mualaf itu diundang oleh Raja Saudi untuk menunaikan ibadah haji yang baru saja berlangsung. Di sela-sela ibadah haji ini, mereka menemui Al-Rabeeah untuk mengucapkan terima kasih. ''Kami tidak hanya berutang budi pada Al-Rabeeah, tapi juga pada Raja Abdullah yang telah memerintahkan operasi pemisahan bayi kembar siam itu atas biaya pribadinya. Ini merupakan sikap kemanusiaan yang kita lihat semua,'' tuturnya.

Selain atas bantuan operasi itu, mereka juga menyampaikan terima kasih kepada Kerajaan Saudi karena banyak membantu pembangunan masjid, bendungan, dan membuat proyek gandum di Kamerun.
Red: Budi Raharjo


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/11/18/147314-seribu-lebih-warga-kamerun-menjadi-mualaf

Selasa, 16 November 2010

Setahun Menjadi Mualaf, Doanya Naik Haji Langsung Terkabul

Setahun Menjadi Mualaf, Doanya Naik Haji Langsung Terkabul
Israel Ponty Moletsane
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bulir air mata menyusuri pipi Israel Ponty Moletsane. Ia membiarkannya begitu saja. Tak ada upaya untuk mengusapnya.
Ia tak bisa menahan haru berada di hadapan Ka'bah. Ini pengalaman pertamanya dan membuatnya sangat terkesan. Emosinya terguncang hingga air matanya tak tertahankan. Moletsane mengungkapkan, perjalananya ke Arab Saudi untuk berhaji pada tahun ini sejak awal telah melahirkan beragam ketakjuban. Apalagi, saat matanya terpaku pada Ka'bah.
"Semoga Allah menerima haji saya. Semoga Allah juga melindungi semua orang yang membantu saya menempuh perjalanan menemukan agama yang benar ini," ungkapnya.

Lelaki berusia 29 tahun dari Johannesburg, Afrika Selatan ini adalah mualaf. Tahun lalu, ia memutuskan menanggalkan keyakinan Katoliknya dan beralih ke Islam. Pada tahun ini, kata Moletsane, ia berkesempatan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Inilah yang menjadi pangkal kian bertambahnya ketakjuban dan pengalaman rohaninya.

Perjalanan yang ditempuh Moletsane hingga akhirnya memeluk Islam cukup panjang. Selama lima tahun ia diselubungi teka-teki tentang keyakinan agama. Ia berkenalan dengan Islam saat ia bekerja di radio Channel Islam International, Johannesburg. Dan, semua pertanyaannya soal keyakinan agama terjawab setelah ia membaca Alquran.

Menurut Moletsane, ia awalnya beragama Katolik. Ia pun mempelajari segalanya dalam satu waktu. "Saya selalu melakukan perbandingan. Saat saya menemukan kontradiksi dalam kitab suci, saya terdorong untuk mempelajari lebih jauh tentang Alquran dan Islam," katanya seperti dikutip Arab News.

Pada akhirnya, ungkap dia, ia memutuskan menerima Islam. Namun, ia belum cukup berani mengungkapkannya di muka umum. Ada satu peristiwa pada tahun lalu yang akhirnya ia justru melakukan hal sebaliknya, yakni saat Channel Islam International mengirimkan Maulana Moosa Akoodie, penyiar cendekiawan, untuk meliput haji.

Saat itu, Moletsane dan satu rekannya menyiarkan liputan Akoodie yang sedang berada di Arafah. Ia meminta Akoodie mendoakannya. "Saya pikir ini adalah hal personal. Tapi, Akoodie menyebut nama saya dalam doanya saat siaran langsung itu," ujarnya.
Pada saat bersamaan, ratusan pendengar sedang menyimak siaran tersebut. "Saya terdorong suasana itu dan tiba-tiba saya menemukan semua keberanian untuk mengekspresikan apa yang telah saya yakini dalam hati. Satu jam atau setelah itu saya mengucapkan syahadat secara on air," tuturnya.
Di Arafah, melalui sambungan telepon, Akoodie mendengar pengucapan syahadat yang dilakukan Moletsane. Lalu, ucapan selamat pun berdatangan. Di antara ucapan itu berasal dari Yaqoob Vahed dari Al-Imdaad Foundation. Vahed dalam teleponnya mengatakan akan mensponsori perjalanan hajinya yang dilakukan pada tahun ini. "Begitulah hingga akhirnya sekarang ada di Tanah Suci," ujarnya.

Ia juga melaporkan perjalanan hajinya untuk Channel Islam International. Menurut Moletsane, bagi seorang yang baru masuk Islam, perjalanan ke Tanah Suci melahirkan kekaguman dan ketakjuban. Apalagi saat menatap Ka'bah. "Ketika menatap Ka'bah, saya dapat merasakan kehadiran Allah. Sebuah perasaan yang tak bisa digambarkan," tambahnya.

Sejumlah kejutan Moletsane temukan di Tanah Suci. Termasuk pengalamannya di Madinah. Ia tiba pada 18 Oktober lalu. Ia menemukan komunitas yang hidup berdampingan dalam ketulusan. Suatu hari, ia secara tak sengaja meninggalkan telepon selulernya di sebuah toko.

Hari berikutnya, ia menyadarinya dan kembali ke toko itu. Moletsane menemukan teleponnya dan si pemilik toko menyerahkan telepon itu kepadanya. Ia mengatakan, hal ini menunjukkan persaudaraan. Ia mengungkapkan, banyak warga Afrika Selatan dan orang tuanya sendiri memiliki persepsi yang salah tentang Islam.

Penyiar Channel Islam International, Ebrahim Moosa, mengatakan, laporan-laporan yang disampaikan Moletsane disimak oleh banyak pendengar di negara-negara stasiun radio ini dikenal.
Red: Budi Raharjo
Rep: Ferry Kisihandi


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/11/17/147154-setahun-menjadi-mualaf-doanya-naik-haji-langsung-terkabul

Al-Muraisi, Fitnah Kaum Musyrikin

Al-Muraisi, Fitnah Kaum Musyrikin
Ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Al-Muraisi adalah nama sungai yang terdapat di daerah Qudaid sampai as-Sahil. Sungai itu berada di kawasan Madinah. Jarak al-Muraisi dengan garis pantai sejauh 80 kilometer. Di daerah inilah tempat terjadinya perang antara kaum Muslim dan Bani Mushtaliq dari Khuzaah sekitar 6 Hijriah.

Sekalipun peperangan ini tidak berjalan lama dan berlarut-larut, tapi buntut dari peperangan ini sempat mengguncang dan meresahkan kaum Muslim. Akar persoalannya berasal dari ulah kelompok kaum munafik.
Peperangan al-Muraisi dimulai saat Rasulullah mendapat informasi bahwa pemimpin Bani al-Mushthaliq, al-Harits bin Abu Dhirar, sedang menghimpun kaumnya untuk memerangi kaum Muslim. Mendapat informasi ini Rasulullah mengutus Buraidah bin al-Hushaib al-Aslamy untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.

Setelah Buraidah melakukan pengecekan dan memang al-Harits bin Abu Dhirar sedang berupaya memerangi kaum Muslim, Rasulullah bertindak cepat dengan menghimpun para sahabat dan berangkat menuju al-Muraisi. Dalam pasukan kaum Muslim tersebut, terdapat segolongan orang-orang munafik yang ikut bergabung. Mereka tergiur oleh harta rampasan perang karena dalam perang-perang sebelumnya kaum Muslim selalu memperoleh kemenangan.

Setelah pasukan Rasulullah sampai di Qudaid, Muraisi, mereka bertemu dengan pasukan al-Harits bin Abu Dhirar.  Kedua pasukan itu pun saling melepaskan anak panah. Namun, beberapa lama kemudian Rasulullah memerintahkan untuk melancarkan serangan serentak, yang kemudian berhasil menundukkan pasukan al-Harits.

Pasukan musuh cukup banyak yang terbunuh, sementara korban dari kaum Muslim hanya satu orang saja. Di antara tawanan perang tersebut ada seorang wanita bernama Juwairiyah binti al-Harits, anak pemimpin mereka.

Dalam pembagian harta rampasan dan tawanan, Juwairiyah menjadi bagian Tsabit bin Qais. Namun, Tsabit ingin melepaskan dengan uang tebusan sehingga Rasulullah menebusnya lalu dinikahi. Dikarenakan perkawinan Rasulullah dan Juwairiyah ini, orang-orang Muslim membebaskan 100 dari keluarga Bani Mushthaliq yang telah masuk Islam.

Yang luar biasa dari peperangan ini adalah banyaknya fitnah yang dihembuskan kaum musyrikin. Antara lain, mengenai kabar bohong kaum Muhajirin akan menguasai kaum Anshar di tanah Madinah. Isu tersebut sempat menimbulkan ketegangan antara kedua penopang utama pasukan Muslimin.

Peristiwa ini berawal dari peristiwa senggolan antara kaum Anshar, Jahjah Al-Ghifary, orang upahan Umar bin Khatab dan Sinan bin Wabar Al-Juhanny, yang masuk kaum Muhajirin. Peristiwa senggolan di dekat mata air al-Muraisi setelah perang selesai itu berkembang menjadi adu mulut.  Sinan berteriak, "Hai orang-orang Anshar…" Jahjah juga berteriak, "Hai orang Muhajirin…"

Kejadian ini didengar seorang dari golongan kaum munafik, Abdullah bin Ubay. Dia kemudian menggunakan kesempatan itu untuk mengadu domba kaum Anshar dan Muhajirin dengan memunculkan kebencian kaum Anshar terhadap Muhajirin.

Hasutan Abdullah bin Ubay ini membuat Umar bin Khattab marah dan mengusulkan pada Rasullullah untuk membunuhnya. Mendapat usul tersebut Rasulullah menjawab, "Bagaimana wahai Umar jika manusia membicarakan bahwa Muhammad telah membunuh rekan-rekannya? Tidak. Tapi, suruhlah pasukan untuk berangkat."

Rasululullah sengaja mengajak pasukannya berjalan agar pasukannya bisa melupakan kejadian itu. Beliau mengajak pasukannya berjalan kaki selama dua hari dua malam hingga pasukannya kelelahan dan mengantuk.

Abdullah bin Ubay sendiri setelah tahu bahwa perbuatannya diketahui Rasulullah buru-buru menemui Rasulullah dan bersumpah tidak lagi berbuat seperti itu. Berkenaan dengan peristiwa ini, Allah menurunkan ayat suci dalam QS Al-Munafikun ayat 1-8.

Seperti diketahui, Abdullah bin Ubay sebelumnya memang sangat mendendam terhadap Islam dan orang-orang Muslim, terlebih terhadap Rasulullah. Dia menganggap Rasulullah telah merampas kekuasaan yang sudah ada di tangannya.

Hal ini karena sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, Aus dan Khazraj sudah sepakat mengangkatnya sebagai pemimpin dan telah membuatkan mahkota bagi dirinya. Sekalipun telah menyatakan masuk Islam setelah perang Badr, tetap saja dia menjadi musuh Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin.

Selain peristiwa itu, setelah perang singkat tersebut kaum munafik juga menyebarkan berita bohong mengenai Aisyah RA, istri Rasulullah SAW. Dalam peperangan dengan Bani Mushtaliq ini, Rasulullah memang didampingi oleh beliau.

Dalam perjalanan kembali ke Madinah setelah peperangan, Aisyah merasa kalungnya hilang. Ketika rombongan pasukan Rasulullah berhenti beristirahat, Aisyah keluar dari tandu mencari kalung tersebut. Ketika pasukan Rasulullah kembali bergerak, pengangkat tandu tidak tahu bahwa Aisyah belum kembali ke tandu.

Mengetahui telah tertinggal rombongan, Aisyah duduk di jalan yang menuju Madinah menunggu rombongan itu kembali menjemputnya. Kebetulan, pada saat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan Ibnu Mu'aththal, melintas di jalan dan menemukan Aisyah sedang tertidur sendiri. "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, isteri Rasul!". Aisyah pun terbangun, lalu dipersilahkan oleh Shafwan untuk mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah.

Kejadian itu akhirnya menimbulkan desas-desus yang dimanfaatkan kaum munafik untuk menghancurkan nama baik isteri Rasulullah SAW. Dalam kejadian ini, Allah kemudian berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab yang besar." (An-Nur ayat 11)

Rasulullah menghadapi semua itu dengan sabar dan lemah lembut, sementara orang-orang Muslim sudah tidak tahan dengan kejahatan orang-orang munafik, sebab mereka sudah tahu persis kelicikan mereka dari waktu ke waktu. Sebagaimana Allah berfirman,  "Tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun. Namun, mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran." (At-Taubah ayat 126).
Red: Budi Raharjo
Rep: Yasmina Hasni



http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/islam-digest/10/11/17/147133-almuraisi-fitnah-kaum-musyrikin

Senin, 15 November 2010

Jamaah Keluhkan Sistem Prasmanan Katering di Arafah

Makkah - Sejumlah jamaah mengeluhkan sistem prasmanan yang dipakai dalam katering saat berada di Arafah untuk wukuf. Mereka ada yang tidak kebagian dan ada yang terlambat mendapatkan makanan.

Jamaah dari kloter 8 Medan, Ny Sutaryo menyatakan banyak teman sekloternya yang tidak mendapat makan pagi. Mereka sudah mengantre makanan di Maktab 44, namun saat giliran mereka tiba, makanan sudah habis.

"Kami bukan terlambat datang, tapi kami mengantre. Saat tiba giliran petugas bilang sudah habis. Saya hanya mendapatkan nasi tanpa lauk tanpa sayur," kata Ny Sutaryo, di tenda kloter 8 Medan, Arafah, Makkah, Senin (15/11/2010).

Ny Sutaryo mengungkapkan sistem prasmanan merepotkan bagi jamaah yang berusia lanjut seperti dirinya. Jamaah berusia 58 tahun itu kelelahan jika harus antre dan kemudian habis harus mengantre kembali.

"Kita di sini ibadah tidak ingin mengekspose yang jelek-jelek. Tapi kami cuma ingin diperbaiki saja. Mudah-mudahan makan siang dan malam nanti sudah diperbaiki," kata Ny Sutaryo.

Ketua kloter 8 Medan Rajo Aman mengusulkan agar sistem prasmanan diganti dengan sistem makanan kotak seperti yang berlaku tahun lalu. "Kalau tidak bisa kembali ke sistem nasi kotak, persediaan harus banyak sehingga tidak ada jamaah yang kehabisan," kata Rajo.

Keluhan sistem prasmanan juga disampaikan Ngadiman, jamaah asal Kendal, Jawa Tengah. Pensiunan  itu mengaku tidak mendapat buah-buahan.

"Bagi saya mungkin tidak masalah, tapi bagi sebagian jamaah telatnya buah-buahan menjadi persoalan," kata Ngadiman.

Pengawas Katering Armina Sri Ilham Lubis sebelumnya mengatakan, untuk mengatasi kekurangan makanan seluruh perusahaan katering sudah diminta menyediakan tambahan.

"Jangan khawatir ada yang tidak dapat makan karena perusahaan katering akan selalu menyediakan berapapun jumlahnya," kata Sri.

(iy/mad) 




http://www.detiknews.com/read/2010/11/15/160300/1494690/10/jamaah-keluhkan-sistem-prasmanan-katering-di-arafah?991103605

Perjalanan Spiritual Pembantu Pendeta Menjadi Seorang Muslim

Perjalanan Spiritual Pembantu Pendeta Menjadi Seorang Muslim
Abdullah Delancey
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--"Saya tidak bisa menemukan jawaban-jawabannya di Alkitab. Begitu saya sadar bahwa Trinitas cuma sebuah mitos dan bahwa Tuhan cukup kuat untuk menyelamatkan seseorang tanpa membutuhkan bantuan dari seorang anak atau siapapun, atau apapun.

Semuanya kemudian berubah. Keyakinan saya selama ini terhadap ajaran Kristen runtuh. Saya tidak lagi mempercayai ajaran Kristen atau menjadi seorang Kristiani."

Jalan untuk meraih cita-citanya sebagai pendeta atau pemimpin misionaris terbuka lebar, namun jalan yang terbentang itu justru membawanya untuk mengenal Islam. Sehingga ia akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang Muslim dan melepaskan semua ambisinya, meski pada saat itu ia sudah menjadi pembantu pendeta.

Dia adalah Abdullah DeLancey, seorang warga Kanada yang menceritakan perjalanannya menjadi seorang Muslim. "Dulu, saya adalah penganut Kristen Protestan. Keluarga saya membesarkan saya dalam ajaran Gereja Pantekosta, hingga saya dewasa dan saya memilih menjadi seorang jamaah Gereja Baptist yang fundamental," kata DeLancey mengawali ceritanya.

Menurutnya, sebagai seorang Kristen yang taat, kala itu dia kerap terlibat dengan berbagai aktivitas gereja seperti memberikan khotbah pada sekolah minggu dan kegiatan-kegiatan lainnya. "Saya akhirnya terpilih sebagai pembantu pendeta. Saya benar-benar ingin mengabdi lebih banyak lagi pada Tuhan dan memutuskan untuk mengejar karir sampai menjadi seorang Pendeta," tutur DeLancey yang kini bekerja memberikan pelayanan pada para pasien di sebuah rumah sakit lokal.

Keinginannya, sebenarnya menjadi seorang pendeta atau menjadi seorang misionaris. Namun ia berpikir, jika menjadi seorang Pendeta maka akan memperkuat komitmen hidupnya dan keluarganya pada gereja secara penuh. DeLancey pun mendapatkan beasiswa untuk mengambil gelar sarjana di bidang agama.

"Sebelum mengikuti kuliah di Bible College, saya berpikir untuk lebih menelaah ajaran-ajaran Kristen dan saya mulai menanyakan sejumlah pertanyaan-pertanyaan serius tentang ajaran agama saya. Saya mempertanyakan masalah Trinitas, mengapa Tuhan membutuhkan seorang anak dan mengapa Yesus harus dikorbankan untuk menebus dosa-dosa manusia seperti yang disebutkan dalam Alkitab," ujar DeLancey.

Hal lainnya yang menjadi tanda tanya bagi DeLancey, bagaimana bisa orang-orang yang disebutkan dalam "Kitab Perjanjian Lama" bisa "selamat" dan masuk surga padahal Yesus belum lahir. "Saya dengan serius merenungkan semua ajaran Kristen, yang selama ini saya abaikan," sambung DeLancey.

Ia mengakui tidak mendapatkan jawaban yang masuk akal dan cukup beralasan atas semua pertanyaan-pertanyaan yang menjadi dasar ajaran Kristen itu. "Lantas, untuk apa Tuhan memberikan kita akal yang luar biasa jika kemudian kita tidak boleh menggunakannya. Itulah yang perintahkan agama Kristen, agama Kristen meminta kita untuk tidak menggunakan akal ketika menyatakan bahwa Anda harus punya keyakinan. Sebuah keyakinan yang buta," kata DeLancey, mengenang pengalamannya di masa lalu.

Sejak itu, DeLancey sadar bahwa selama ini ia sudah menelan ajaran Kristen dengan secara buta dan tidak pernah mempertanyakan hal-hal yang sebenarnya membuatnya bingung. "Saya sama sekali tidak pernah menyadarinya," ujar DeLancey.

"Saya tidak bisa menemukan jawaban-jawabannya di Alkitab. Begitu saya sadar bahwa Trinitas cuma sebuah mitos dan bahwa Tuhan cukup kuat untuk "menyelamatkan" seseorang tanpa membutuhkan bantuan dari seorang anak atau siapapun, atau apapun. Semuanya kemudian berubah. Keyakinan saya selama ini terhadap ajaran Kristen runtuh. Saya tidak lagi mempercayai ajaran Kristen atau menjadi seorang Kristiani."

"Saya meninggalkan gereja untuk selamanya dan istri saya mengikuti langkah saya, karena ia juga mengalami hal yang sama dalam menerima ajaran-ajaran Kristen. Inilah yang akan menjadi awal perjalanan spritual saya, ketika itu saya tanpa agama tapi tetap percaya pada Tuhan," papar DeLancey.

Hidayah Itupun Datang

DeLancey mengakui, saat-saat itu menjadi saat-saat yang sulit bagi dirinya dan keluarganya yang selama ini hanya tahu ajaran Kristen. Namun ia terus mencari kebenaran dan mulai mempelajari berbagai agama. DeLancey tetap menemui kejanggalan-kejanggalan dalam agama-agama yang dipelajarinya, sampai ia mendengar tentang agama Islam.

"Islam !!! Apalagi itu? Sepanjang yang saya ingat, saya tidak pernah mengenal seorang Muslim dan tidak pernah mendengar Islam, bahkan pembicaraan tentang Islam sebagai salah satu agama di tempat saya tinggal di Kanada kecuali cerita-cerita buruk tentang Islam. Ketika itu, saya sama sekali tidak mempertimbangkan Islam," tutur DeLancey.

Tapi kemudian, DeLancey mulai membaca-baca informasi tentang Islam dan mulai membaca isi Alquran. Isi Alquran itulah yang mengubah kehidupannya sehingga ia tertarik untuk membaca segala sesuatu tentang Islam. Beruntung, DeLancey menemukan sebuah masjid yang letaknya sekitar 100 mil dari kota tempat tinggalnya.

"Saya lalu membawa keluarga saya ke masjid ini. Dalam perjalanan, saya merasa gugup tapi juga dipenuhi semangat dan saya bertanya pada diri sendiri, apakah saya akan diizinkan masuk ke masjid karena saya bukan seorang Arab atau Muslim," kisahnya.

Setelah sampai di masjid, saya pun merasa bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ia dan keluarganya disambut hangat oleh seorang Imam dan sejumlah Muslim di masjid itu. "Mereka sangat baik. Tidak seburuk berita-berita tentang Muslim," aku DeLancey.

Di masjid itu, DeLancey diberi buku yang ditulis oleh Ahmad Deedat dan ia diyakinkan bisa menjadi seorang Muslim. DeLancey membaca semua material-material tentang Islam dan sangat menghargai pemberian itu, karena di perpustakaan di tempatnya tinggal hanya ada empat buku tentang Islam.

"Setelah mempelajari buku-buku itu, saya sangat syok. Bagaimana bisa saya menjadi seorang Kristiani begitu lama dan tidak pernah mendengar ada kebenaran? Saya akhirnya meyakini Islam dan ingin masuk Islam," kisah DeLancey.

Ia kemudian mengontak komunitas Muslim di kotanya dan pada 24 Maret 2006 saya pergi ke masjid dan mengucapkan syahadah beberapa saat sebelum pelaksanaan salat Jumat, dengan disaksikan komunitas Muslim di kotanya.

"Saya mengucapkan La illaha ill Allah, Muhammadur Rasul Allah, tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Saya pun menjadi seorang Muslim. Hari itu adalah hari paling indah dalam hidup saya. Saya mencintai Islam dan merasakan kedamaian sekarang," tukas DeLancey mengingat kembali saat-saat ia menjadi seorang Mualaf.

DeLancey mengakui, ia dan keluarganya menghadapi masa-masa sulit setelah memutuskan memeluk Islam terutama dari teman-temannya yang Kristen dan dari kedua orangtuanya. Ia tidak diakui lagi sebagai anak dan teman-temannya yang Kristen tidak mau lagi bicara dengannya. DeLancey dijauhi bahkan ditertawai.

"Saya senang menjadi seorang Muslim, tak masalah jika teman-teman saya sesama orang Kanada memandang saya aneh karena memilih menjadi seorang Muslim. Karena saya sendiri yang akan mempertanggungjawabkan perbuatan saya pada Allah setelah saya mati."

"Allah memberi saya kekuatan dan Allah yang Maha Besar menolong saya untuk melewati masa-masa sulit setelah saya masuk agama Islam. Saya punya banyak sekali saudara seiman sekarang," tandas DeLancey.

Setelah masuk Islam, DeLancey mengubah nama depannya dan jadilah namanya sekarang Abdullah DeLancey. menjadi orang pertama dan satu-satunya pembimbing rohani Islam yang dibolehkan bekerja di rumah sakit di kotanya. Ia juga mengelola sebuah situs Islam Muslimforlife.com yang dididirikannya.

"Saya seorang Muslim dan saya sangat bahagia menjadi seorang Muslim. Rasa syukur saya panjatkan pada Allah swt," tukas DeLancey mengakhiri kisah perjalanannya dari seorang pembantu pastor menjadi seorang Muslim.
Red: Budi Raharjo
Rep: Mualaf.com


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/11/15/146802-perjalanan-spiritual-pembantu-pendeta-menjadi-seorang-muslim

Minggu, 14 November 2010

Kendaraan Pembawa Amal Kebaikan

Kendaraan Pembawa Amal Kebaikan
Ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Salah satu problematika yang dihadapi kota-kota besar seperti Jakarta adalah kemacetan. Kendaraan seperti mobil dan sepeda motor di masa kini sama dengan kuda yang digunakan pada masa Rasulullah SAW, yakni sebagai alat transportasi. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah menjelaskan tentang tiga tipe kuda.

Rasulullah bersabda, "Kuda itu ada tiga macam: menjadi dosa bagi seseorang, menjadi tameng bagi seseorang, dan menjadi ganjaran bagi seseorang. Pertama, adapun kuda yang menjadi dosa bagi seseorang adalah kuda yang diikat dengan maksud pamer, bermegah-megahan, dan memusuhi penduduk Islam. Kuda itu bagi pemiliknya merupakan dosa."

"Kedua, adapun yang menjadi tameng bagi seseorang adalah kuda yang diikat pemiliknya untuk berjuang di jalan Allah, kemudian pemilik itu tidak melupakan hak Allah yang terdapat pada punggung dan leher kuda. Kuda itu menjadi tameng bagi pemiliknya (penghalang dari api neraka)."
  
"Ketiga, kuda yang menjadi ganjaran bagi pemiliknya adalah kuda yang diikat untuk berjuang di jalan Allah dan untuk penduduk Islam pada tanah yang subur dan taman. Maka, sesuatu yang dimakan oleh kuda itu pada tanah subur atau taman pasti dicatat untuk pemiliknya sebagai kebaikan sejumlah yang telah dimakan oleh kuda, dan dicatat pula kebaikan untuk pemiliknya sejumlah kotoran dan air kencingnya."

Hadis yang tercantum dalam kitab Sahih Muslim (nomor 1647) itu menjelaskan bahwa kendaraan yang dimiliki akan menjadi dosa manakala dibeli dan digunakan dengan tujuan untuk pamer kekayaan dan digunakan untuk maksiat. Terlebih, uang untuk membelinya hasil korupsi.

Pemilik kendaraan hendaknya menyadari bahwa kendaraan yang dimilikinya pada hakikatnya milik Allah. Wajib baginya untuk merawat dan membayar zakatnya. Sehingga, kendaraan yang digunakannya itu nyaman digunakan untuk bekerja dan bersilaturahim. Dan, di akhirat kelak menjadi tameng bagi pemiliknya dari api neraka.

Selain itu, pemilik kendaraan pun bisa memberikan tumpangan kepada orang lain, seperti saudara, tetangga, dan teman sekantor. Sehingga, kendaraan itu tak dibiarkan melaju dengan kosong. Kendaraan yang digunakan di jalan Allah, baik bahan bakar minyak, polusi, suara mesin, maupun kecepatan yang dikeluarkannya, akan berbuah pahala bagi pemiliknya. Mari mengatasi macet dengan berbagi dan peduli. Wallahu a'lam.
Red: Budi Raharjo
Rep: Oleh Faozan Amar

http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/11/14/146712-kendaraan-pembawa-amal-kebaikan

Jumat, 12 November 2010

Perjuangan Ibadah Haji Mualaf Panama

Smaller  Reset  Larger
Aljazeera
Perjuangan Ibadah Haji Mualaf Panama
Ray Henry
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menjadi Mualaf di Panama tidaklah mudah. Islam di negara yang terletak di Benua Amerika itu kerap diidentikkan dengan teroris dan selalu dipinggirkan.

Apalagi di Panama merupakan negara bekas koloni Spanyol yang terkenal dengan praktik inkuisisinya. Kesulitan itu pula yang dialami mualaf Panama, Ray Henry.

Tumbuh di Kota Colon, kota kedua di Panama, Ray mengucapkan syahadat empat tahun lalu. Awalnya, dia tak tertarik sama sekali dengan Islam yang di negaranya digambarkan begitu buruknya. ''Islam tidak menarik bagi saya karena banyak masukan negatif dari media massa,'' ungkapnya seperti ditulis Aljazeera.

Namun Allah SWT menuntut pria kulit hitam ini untuk menemui Islam secara perlahan. Diawali membaca sebuah selebaran mengenai kehidupan Nabi Muhammad SAW. Dari situ dia mengetahui betapa mulianya sosok sang Nabi.

Hingga suatu ketika, Ray mendatangi sebuah pertemuan besar yang diadakan umat Islam di negaranya. ''Saya mulai bertanya-tanya tentang Islam kepada mereka. Dan saya mulai memahami kebenaran Islam,'' ujar pekerja di Terusan Panama ini.

Meskipun terbilang masih baru memeluk Islam, Ray coba aktif dalam komunitas Muslim yang berkembang di Panama. Menurut Direktur Pusat Studi Islam Panama, Abdulkhaber Muhammad, Islam sebenarnya mempunyai akar panjang di Panama. ''Namun dalam sejarahnya, Panama tidak pernah mau mengakui kehadiran Islam,'' ungkapnya.

''Karena Panama merupakan koloni Spanyol, dan jika kita kembali ke masa inkuisisi, banyak Muslim dibunuh dan dipaksa mengubah nama Islam mereka. Di Amerika Latin, Islam merupakan hal yang tabu,'' ujar Abdulkhader.

Masjid yang pertama dibangun di Amerika Tengah diresmikan pada 1982. Masjid itu dibangun dengan didanai pemimpin Libya, Muammar Gaddafi. Sekarang terdapat 10 masjid di seluruh Panama.

Ray dipilih oleh Asosiasi Muslim negaranya untuk menjalankan ibadah haji tahun ini. Dia pun sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin sejak lama. Mulai dari mempelajari ritual haji, bahasa Arab, sampai meminta bimbingan haji dari tokoh Muslim setempat.

Namun keinginannya untuk segera melihat Ka'bah di Masjidil Haram tampaknya masih harus disimpan dulu. Sampai saat ini, visa dirinya untuk menuju Arab Saudi tak kunjung selesai. Tak semudah di negara lain yang mengurus visa di negara sendiri, di Panama, Ray harus menitipkan pengurusannya ke Caracas, ibukota Venezuela. Visa haji Panama memang dijamin oleh Caracas.

Nasib Ray tampaknya serupa dengan 30 jamaah haji asal Panama yang sampai sekarang masih menanti kedatangan visa itu. Ray tak bisa menyembunyikan kekecewaannya karena tak jadi menunaikan haji tahun ini.

''Saya akan terus berusaha mewujudkan haji tahun depan, Insya Allah. Ini berarti saya harus bekerja sedikit lebih keras untuk menyiapkan diri. Tetapi seperti yang saya katakan, saya memahami kehendak Allah, dan aku tidak mempertanyakannya,'' tuturnya.

Sementara jutaan Muslim akan memulai haji di Makkah, Ray akan berdoa, sholat, dan ikut menyembelih hewan kurban saat Idul Adha nanti di Colon. Dia pun berniat mencukur rambutnya seperti yang dilakukan jamaah haji untuk menghormati ritual haji di Makkah.

Ray tetap berpikir positip atas cobaan yang diberikan Allah SWT sehingga tak bisa menjalankan ibadah haji tahun ini. Mungkin Allah memandang dirinya belum siap menjalankan ibadah itu.

''Mungkin tahun depan Allah memandang saya sudah siap menjalankannya, dan saya akan datang bersama-sama dengan yang lain,'' ujarnya.

Red: Budi Raharjo


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/11/12/146459-perjuangan-ibadah-haji-mualaf-panama

Kamis, 11 November 2010

Republika OnLine » Dunia Islam » Islam Mancanegara Vivian Espin: Allah Mengabulkan Apa yang Saya Inginkan

Vivian Espin: Allah Mengabulkan Apa yang Saya Inginkan
Vivian Espin
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Hidup selalu memiliki saat-saat yang baik dan buruk. Begitu pula dengan saya, Vivian Espin (22) dari Ekuador. Terkadang ketika saya memikirkan masa lalu, teringat kenangan yang menyakitkan. Saya menginginkan hal-hal yang berbeda seperti keluarga yang normal, atau mungkin merawat kedua orang tua. Saya tidak tahu, tapi saya yakin semuanya memiliki alasan.

Masa kecil saya begitu keras. Ayah seorang yang keras, namun ibu sangat patuh. Kami memiliki masalah keuangan dan banyak persoalan lainnya yang mempengaruhi kakak dan mental saya sendiri. Di masa kecil, ibu kerap mengajarkan saya bahasa Inggris dan pelajaran lainnya di rumah. Sehingga pada usia empat tahun, ibu memutuskan untuk mengirim saya ke sekolah.

Orang tua mengirim saya belajar di sekolah Katolik. Alasannya, ibu menginginkan saya untuk mendapatkan keimanan yang lebih baik kepada Tuhan. Apalagi, sekolah Katolik ini merupakan salah satu yang terbaik di kota tempat tinggalku dan ayah juga bisa membanggakan dirinya bahwa anaknya mampu mengenyam pendidikan di sekolah itu.

Sejak awal, usia saya memang lebih muda dibandingkan teman-teman sekelas. Teman-teman kerap menjahili saya. Mereka menempelkan permen karet ke rambut, mencuri barang-barang, membuang makanan saya ke tempat sampah, dan keusilan lainnya. Karena itulah, kepala sekolah lantas memutuskan untuk melindungi saya.

Setiap waktu istirahat, saya tidak diizinkan bermain bersama teman-teman di halaman sekolah. Saya justru menghabiskan istirahat di ruang guru atau kepala sekolah. Karena sekolah Katolik, maka hampir semua guru, kepala sekolah, dan direksi adalah biarawati. Saya pun mulai menjadi sangat dekat dengan mereka dan mereka pun menyayangi saya. Bahkan, mereka kemudian membiarkan saya untuk menginap di rumah dinas mereka yang berada di lingkungan sekolah.

Orangtuaku bercerai ketika usiaku hampir delapan tahun. Kejadian itu menjadi peristiwa yang paling traumatis dalam hidup saya yang mungkin tak akan pernah saya ceritakan kepada orang lain sekarang hingga masa nanti. Saya menjadi kerap menghabiskan waktu seorang diri. Pikiran terkadang mulai melayang. Memikirkan sesuatu yang yang tak ada jawabannya.

Usai bercerai, ibuku menjadi lebih relijius. Ibu pun mulai banyak mengontrol saya. Memang terkadang itu baik bagiku, tapi kadang sebaliknya. Akibatnya, saya seperti dibesarkan dengan rasa takut, ketidakamanan dan keraguan.

Saya menjadi suka menyendiri di tempat-tempat yang tenang. Satu-satunya tempat yang cocok untuk melakukan itu adalah di halaman sekolah yang luas dengan rumput hijaunya. Saya kerap berbaring di sana sambil memandang langit dan merasakan sejuknya hembusan angin. Semuanya terasa begitu damai.

Para biarawati begitu menghargai saya. Begitu banyak waktu yang dihabiskan bersama mereka. Saya juga merasa bahwa satu-satunya cara untuk bisa melarikan diri dari persoalan di rumah adalah dengan mencari perlindungan pada Tuhan. Sehingga pada usia 12 tahun, saya mengatakan kepada ibu bahwa saya merasa lebih suka tinggal di biara dengan para biarawati dan ingin menjadi bagian dari mereka.

Namun ibu tak mengizinkan. Ibu senang saya ingin dekat dengan Tuhan tapi saya diharapkan kelak bisa memberikan cucu bagi dirinya. Jadi, ibu tak membiarkan saya menjadi biarawati.

Setelah tak diizinkan menjadi biarawati, saya memutuskan untuk lebih dekat kepada Tuhan dengan mempelajari dan memahami isi Alkitab. Namun setelah saya banyak membaca isinya ternyata yang muncul dalam benak justru segudang pertanyaan. Saya merasakan banyak hal yang tak masuk akal, kontradiksi, dan di beberapa bagian pesan yang disajikan Alkitab tidak lengkap. Hal itu membuatnya bertambah penasaran untuk menemukan jawaban logisnya.

Saya lantas mulai membaca buku agama dan internet sangat membantu untuk melakukan itu. Banyak informasi mengenai Yudaisme, Buddhisme, Agnostisisme, Hindu, dan Kristen sendiri serta sekte-sektenya. Namun tak satu pun penjelasan yang diberikan oleh agama-agama itu yang memuaskan logikaku.

Sementara untuk mempelajari Islam, saya tidak tertarik karena sebelumnya saya kerap mendengarkan hal buruk mengenainya. Tetapi karena saya tak kunjung menemukan penjelasan logis atas berbagai pertanyaan di dalamdiri, akhirnya saya memutuskan untuk coba mengetahui tentang Islam. Mungkin, Islam bisa menjadi opsi terakhir untuk menemukan jawaban logis itu.

Ajaran Trinitas dalam Kristen tak pernah jelas bagi saya. Ketika saya mulai membaca penjelasan Islam mengenai esensi Tuhan, penjelasan logis mulai didapat. Pertanyaan berapa banyak sebenarnyakah Tuhan itu yang selama ini menghantui pikiran mulai terkuak. Islam mengatakan hanya ada satu Tuhan. Penjelasan ini bagi saya lebih bisa diterima akal.

Sejak itu, saya juga mulai membaca secara singkat tentang Nabi Muhammad. Saya mendapatkan ternyata Nabi sangat dekat dengan Musa. Ternyata Muhammad membawa pesan yang sama dengan semua nabi sebelumnya yang datangnya dari Tuhan. Penjelasan Islam ini membuat saya merasa telah menemukan agama yang benar.

Dalam hidup, saya mempunyai dua keinginan besar, yaitu pergi ke Mesir dan menikah dengan lelaki baik yang sungguh-sungguh mencintai dan menjaga saya. Mungkin usia saya 17 atau 18 tahun, saya tidak ingat pastinya, ketika saya mengungkapkan keinginan pindah agama menjadi Muslim kepada ibu. Saya katakan kepadanya bahwa saya suka pergi ke Islamic Center di kota dan mempelajari Islam.

Kontan, keinginanku itu membuat ibu marah. Dia mengatakan hanya orang-orang Kristen yang boleh tinggal di rumahnya. Ibu juga mengatakan jika aku serius menjadi Muslim maka harus pergi meninggalkan rumah. Karena tak ingin melukai perasaannya, saya lantas mengatakan bahwa itu hanya candaan.

Namun ibu menganggap keinginanku itu serius. Karena itu, dia meminta bibi unutk membawakan sebuah buku tentang Islam. Buku yang isinya ternyata menceritakan keburukan tentang Islam. Hal itu membuatku sempat merasa takut dan ragu terhadap Islam. Sehingga saya sempat menghentikan niat untuk menjadi Muslim. Namun saya juga tak ingin kembali ke Kristen karena merasa sudah tak nyaman dengan agama yang dianutnya sejak lahir itu.

Suatu hari, ibu mengubah agamanya dari Katolik menjadi Evangelis setelah mukjizat menghampiri salah seorang saudara lelakinya. Paman divonis menderita kanker dan dokter mengatakan usianya mungkin tinggal sepekan atau sebulan lagi. Namun dua tahun berlalu, dan paman masih tetap bersama kami.

Hingga beberapa bulan kemudian, saya bertemu dengan seorang yang luar biasa dari Arab Saudi. Dia seorang Muslim. Kami saling jatuh cinta. Kami pun sama-sama berkeinginan bertemu dan menikah di Mesir. Ini seperti sebuah mimpi besar yang akan menjadi kenyataan. Saya membayangkan bakal mendapatkan suami yang baik, penuh cinta, melindungi, romantis, seperti pangeran yang kerap dimimpikan oleh kebanyakan gadis.

Tapi saya menyadari tak mudah mewujudkan itu. Saya tak memiliki cukup uang untuk menempuh perjalanan ke Mesir. Saya berpikir lelaki idaman seperti itu tak mungkin ada di mana pun kecuali dalam mimpi saja.

Namun Tuhan berkata lain. Tuhan memberikan jalan bagi saya untuk mewujudkan mimpi ke Mesir dan bertemu dengan lelaki yang saya cintai. Saya pun menikah di sana. Tuhan memberikan semua apa yang saya inginkan.

Setelah datang ke Mesir, saya tak mau tergesa-gesa menjadi mualaf. Saya merasa belum yakin 100 persen. Sehingga suamiku memperkenalkan seorang wanita yang memiliki pengetahuan, kesabaran, dan keimanan. Wanita bernama Raya itu membantu saya untuk mengatasi semua keraguan dan kesalahpahaman tentang Islam.

Akhirnya, saya mengucapkan syahadat pada hari Sabtu, 30 Agustus 2009. Saya mau menjadi Muslim hanya karena sudah betul-betul meyakini keberadaan Allah yang Maha Esa dan Muhammad sebagai Rasulnya. Meski sudah menjadi Mualaf, namun dalam kehidupan sehari-hari saya belum bisa meninggalkan kebiasaan lama. Saya hanya berjanji kepada suami akan mulai menjalani kehidupan yang Islami bila waktunya sudah tepat. Hingga akhirnya itu membuat marah suamiku.

Akibat diriku yang tak kunjung mempraktikkan kehidupan Islam, suami lantas menceraiku. Saya merasa dunia seperti hancur berkeping-keping. Dalam putus asa, saya tak tahu kepada siapa lagi meminta bantuan selain kepada Raya. Untungnya, Raya mau menolong dan mengangkatku sebagai anaknya.

Mendengarkan kabar itu, ibu justru menyalahkan diriku. Dia katakan manusia tak pernah belajar dari pengalaman sehingga hal buruk terjadi. Namun perlahan kenyataan ini coba saya terima dengan ikhlas. Masalah keluarga ini lantas saya serahkan kepada Allah, Tuhan yang Maha Pemaaf.

Saya mulai kembali proses kehidupan sebagai Muslim dari awal. Saya putuskan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Saya pun mulai mengubah cara hidup mulai dari berpakaian dengan mengenakan jilbab. Saya bertekad untuk mengubah seluruh hidup saya. Saya ingin membuktikan kepada Allah, kepada orang-orang yang saya cintai dan diri sendiri, bahwa saya sekarang telah benar-benar menjadi sosok yang baru.

Alhamdulillah, Allah kembali memberikan pertolongan. Usai tekad dilaksanakan Allah menggerakkan hati suami untuk kembali kepada diriku. Hanya dengan pertolongan Allah, kami bisa bersama kembali.
Red: Budi Raharjo
Rep: Reading Islam



http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/11/11/146143-vivian-espin-allah-mengabulkan-apa-yang-saya-inginkan

Selasa, 09 November 2010

Penyembelihan Hewan Cara Islam KEJAM ??? Ini Penjelasan ilmiahnya...


ini sifatnya universal ko gan. just for your information...
Quote:
Bismillahirrohmanirrohiim...
aga panjang nih gan... santai aja bacanya ya. supaya agan tau dan paham . dan ini sama sekali tidak ada unsur SARA, hanya penjelasan ilmiah


kalo nyembelih hewan (sapi, kambing ato ayam), lebih 'berprikehewanan' yg mana ? langsung disembelih pake pisau ato di pingsanin dulu br dipotong dgn asumsi hewan ga merasa kesakitan pd saat sembelih ?
ini dia jawabannya : (simak ya, abis itu bantu rate ***** biar yg lain ikut baca dan paham)
Quote:
Di bawah ini adalah tulisan yang disadur dan diringkas oleh Usman Effendi AS.,dari makalah tulisan Nanung Danar Dono, S.Pt., M.P., Sekretaris Eksekutif LP.POM-MUI Propinsi DIY dan Dosen Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta:
Quote:
Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?
Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.
Quote:
Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.
Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni: saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu: arteri karotis dan vena jugularis.
Quote:
Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.
Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati. Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!
Quote:
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa hal sbb.:

Penyembelihan Menurut Syariat Islam

Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:

Pertama :
pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.
Quote:
Kedua :
pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.
Quote:
Ketiga :
setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).
Quote:
Keempat :
karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.
Quote:
Penyembelihan Cara Barat
Pertama :
segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).
Quote:
Kedua :
segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).
Quote:
Ketiga :
grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.
Quote:
Keempat :
karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.
Quote:
Bukan Ekspresi Rasa Sakit!
kejang dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertai rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar…!
Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.
Quote:
Hadits Rasulullah tentang penyembelihan ini:

“........ dan apabila kalian menyembelih, maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih. (Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agar meringankan binatang yang disembelihnya.” (H.R. Muslim).
Quote:
nah, begono penjelasannya gan. jadi kesimpulannya tidak kejam, justru diperlakukan sebaik mungkin supaya tidak menyiksa hewan yg disembelih
sumber : http://hasbee.wordpress.com/2009/12/...riah-vs-barat/


http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5375020

Minggu, 07 November 2010

Ratusan Jamaah Nonkuota Terlantar di Bandara Jeddah








Jeddah - Ratusan jamaah calon haji dari Indonesia nonkuota terlantar di Bandara King Abdul Azis, Jeddah. Sejumlah jamaah menangis dan mengaku menyesal sudah membayar mahal-mahal tapi diterlantarkan.

Hingga Senin (8/11/2010), jamaah nonkuota terus berdatangan di Bandara Jeddah. Menjelang penutupan kedatangan (closing date), Rabu (10/11/2010) jamaah nonkuota yang datang makin banyak.

Sayangnya, mereka terlantar tidak ada yang mengurus begitu tiba di bandara. Mereka tidak bisa keluar dari bandara karena penjemput datang terlambat, rata-rata hingga 5 jam baru dijemput. Bahkan ada jamaah yang tidak dijemput sama sekali oleh penyelenggara.

Jamaah tampak bingung, sampai ada yang menangis karena mengira dirinya jamaah ONH plus. Mereka rata-rata membayar Rp 50 hingga Rp 60 juta.

"Saya menyesal, saya kira saya ikut ONH plus. Sudah bayar Rp 60 juta, kok seperti ini," kata Satrina asal Sampang Madura.

Satrina ke Jeddah dengan penerbangan Royal Brunei. Dari Surabaya, ia  naik kereta ke Jakarta. Di Jakarta, ia juga menginap di pondokan. "Tapi saya nggak tahu nama pondokannya. Terus ke Brunei baru ke Jeddah," kata Satrina.

Jamaah nonkuota tidak hanya terdiri dari orangtua tapi ada juga jamaah yang masih berusia 8 tahun dan 14 tahun yang ikut bersama orangtuanya.

Bocah 8 tahun bernama Lusi Cintia Nugraha yang bisa jadi merupakan jamaah termuda. Lusi bersama orangtuanya, Sudaryanto, menggunakan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Al Bayan Jakarta Timur.

Lusi harusnya tidak boleh ikut berhaji karena sesuai Peraturan Pemerintah dalm UU Nomor 13 tahun 2008 tentang ibadah haji, batas usia untuk menunaikan ibadah haji adalah 18 tahun.

Jamaah haji nonkuota mudah dikenali karena biasanya tidak memakai gelang ataupun koper resmi pemerintah. Mereka juga kebingungan karena tidak ada yang mengurus saat berada di bandara.

Mendekati wukuf di Arafah, tercatat hampir 15 kelompok perjalanan ibadah haji dan umroh yang memberangkatkan jamaah nonkuota per hari. Jumlah rata-rata jamaah per hari 300-500 orang.

(iy/aan)

http://www.detiknews.com/read/2010/11/08/135357/1489334/10/ratusan-jamaah-nonkuota-terlantar-di-bandara-jeddah?991102605
 

Julius Germanus, Orientalis Pembela Islam Sejati

Julius Germanus, Orientalis Pembela Islam Sejati
Julius Germanus
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bila Allah telah berkehendak dan memberikan hidayah kepada seseorang, tak ada seorang pun yang mampu menolaknya. Dan bila Allah tidak menghendakinya, seberapa pun baiknya akhlak orang itu, tetap saja ia tidak akan beriman.

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (QS Al-Qashash [28]: 56).

Hal itu pula yang dialami oleh Julius Germanus, guru besar bahasa Arab asal Hungaria. Kendati intens mempelajari agama yang dianutnya terdahulu, tetapi atas hidayah Allah, ia pun akhirnya memeluk agama Islam dan menjadi pembelanya yang sejati. Ia pun kemudian mengganti nama baptisnya dari Julius Germanus menjadi Abdul Karim Germanus.

Awalnya, ia adalah seorang orientalis terkemuka asal Hungaria dan juga seorang akademisi yang telah mendunia. Perjalanan spiritual Germanus dalam mencari Islam menyita hampir separuh perjalanan hidupnya. Dia  menggambarkan kisah keislamannya itu sebagai 'bangunnya sebuah kehidupan baru'. Dengan kata lain, ia bagaikan seekor singa yang telah lama tertidur dan kemudian bangkit.

Dalam buku "Islam, Our Choice", diungkapkan awal perkenalan Germanus dengan Islam. Ia mulai mengenal Islam pada saat masih menjadi mahasiswa di Turki. Pria kelahiran Budapest, Hungaria, pada 1884 ini dibesarkan dalam nuansa agama Kristen yang sangat taat. Kedua orang tuanya memberikan nama Julius Germanus.

Setelah lulus dari Universitas Budapest, dia memutuskan untuk mengambil spesialisasi bahasa Turki. Pada 1903, dia pergi ke Istanbul untuk melanjutkan sekolah. Dia diterima di Universitas Istanbul dan mengambil program studi bahasa Turki. Saat di Istanbul, Germanus juga mempelajari Alquran terjemahan bahasa Turki. Itulah awal perkenalannya dengan Islam. Dengan kemampuannya yang tinggi dalam membaca terjemahan Alquran berbahasa Turki, membuatnya mudah memahami Islam langsung dari sumber aslinya. Tak hanya itu, dia juga membandingkan terjemahan Alquran itu dalam beberapa bahasa lainnya.

Setelah mempelajari Alquran terjemahan ini, mulailah timbul rasa ketertarikan terhadap Islam. Termotivasi dengan kebenaran agama Islam, dia memutuskan untuk melakukan penelitian guna menelusuri apa saja yang telah ditulis oleh orang-orang Kristen tentang Islam dan membandingkannya dengan sumber aslinya, yaitu Alquran dan Sunah Nabi Muhammad SAW. 

Saat liburan musim panas, Germanus berkesempatan mengunjungi Bosnia. Di sana ia menyaksikan secara langsung kehidupan kaum Muslimin yang sesungguhnya. Sikap ramah dan bersahabat yang ditunjukkan warga Muslim Bosnia kepadanya, telah membukakan pandangan baru dalam diri Julius Germanus mengenai Islam dan para pemeluknya.

Selepas menamatkan pendidikan di Universitas Istanbul, Germanus kembali ke Hungaria dan mengabdikan diri di almamaternya sebagai dosen. Ia kerap berjumpa dengan beberapa mantan guru besarnya (profesor-Red) di Universitas Budapest dulu. Para profesornya ini sering menyampaikan pemikiran-pemikiran yang menurut Germanus menyimpang tentang Islam. Maka, dengan berbekal pengetahuannya tentang Islam yang seadanya, Julius Germanus berusaha untuk meluruskan pemikiran-pemikiran tersebut.

Karenanya, ia sering terlibat diskusi yang sangat intens dalam menjawab berbagai pertanyaan kelompok non-Muslim mengenai Islam. Minatnya terhadap Islam makin bertambah setiap harinya. Dan, di sela-sela kesibukannya mengajar, ia menyempatkan diri mempelajari bahasa Arab. Dalam bidang yang satu ini, Germanus memang memiliki bakat yang besar. Buktinya, dalam jangka waktu singkat dia sudah mahir berbahasa Arab. Belum puas dengan yang diperolehnya, Germanus juga belajar bahasa Persia.

Pada 1912, Germanus diangkat sebagai profesor bahasa Arab Persia dan Turki di Hungarian Royal Academy di Budapest. Dia juga mengasuh mata kuliah Sejarah Islam. Selanjutnya, dia dipercaya untuk memimpin Department of Oriental Studies di Universitas Budapest.

Keinginan Germanus yang kuat untuk mendalami Islam dan menyelami sifat-sifat khas Muslim telah mempertemukannya dengan salah satu pujangga Muslim tersohor asal Pakistan, Muhammad Iqbal. Keduanya sering terlibat pembicaraan hingga berjam-jam lamanya. Topik-topik yang mereka bicarakan beragam, mulai dari mengenai Islam hingga berdiksusi tentang aktivitas para orientalis dan misionaris Kristen.

Mengenai misionaris Kristen, Germanus dan Iqbal punya pandangan yang berbeda. Menurut Germanus, propaganda yang disebarkan oleh para misionaris Kristen di Eropa sebagai sebuah masalah pelik yang mengkhawatirkan. Sementara Iqbal justru melihat masalah sesungguhnya ada pada orang Islam sendiri. Iqbal menyebut, persatuan dan kesatuan Muslim yang lemah telah membuat umat Islam mudah diombang-ambing.

Bersyahadat di India
Atas undangan sastrawan dan penerima Nobel terkemuka asal India, Rabindranath Tagore, pada 1928 Germanus pergi ke India untuk mengajar sekaligus memimpin program Islamic Studies di Visva-Bharati University. Ia bermukim di India selama beberapa tahun. Di sana pula dia akhirnya menemukan cahaya Islam yang sesungguhnya.

Tepat pada hari Jumat, bertempat di Masjid Agung Delhi, Germanus menegaskan pilihannya untuk menjadi seorang Muslim. Di hadapan jamaah shalat Jumat yang memenuhi Masjid Agung Delhi, Germanus berikrar dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia lalu mengganti namanya menjadi Abdul Karim.

Germanus menikah dengan seorang perempuan Eropa yang dulunya beragama Kristen. Setelah beberapa lama, sang istri akhirnya memutuskan untuk memeluk Islam dengan disaksikan oleh Syekh Ahmed Abdul Ghafur Attar, seorang penulis dan akademisi Islam terkenal.

Keputusannya untuk masuk Islam, tidak membuat ia mendapat perlakukan diskriminasi dari pihak universitas tempat ia bekerja. Bahkan, dia mendapat kelonggaran, misalnya untuk menunaikan shalat Jumat ke masjid. "Islam memiliki kelebihan yang mampu mengangkat derajat manusia dari sikap kebinatangan menuju peradaban yang mulia. Saya berharap, Islam bisa mencapai mukjizat tertinggi itu di saat kegelapan sedang menyelimuti kita," ujarnya.

Pada 1935, ia memperoleh kesempatan menunaikan rukun Islam kelima dan menjadi satu dari sedikit Muslim Eropa yang berangkat ke Makkah pada masa itu. Kemudian pada 1939, dia menunaikan ibadah haji untuk kali kedua. Kisah perjalanan rohaninya ke Makkah telah dituliskan dalam sebuah buku berbahasa Hungaria yang cukup terkenal berjudul, Allahu Akbar! Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.
Red: Budi Raharjo
Rep: Nidia Zuraya/Syahruddin El-fikri



http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/11/08/145291-julius-germanus-orientalis-pembela-islam-sejati

Sabtu, 06 November 2010

Ibu Hajah Harus Antre Mandi dari Jam Satu Pagi

Makkah - Ini sudah 9 hari Hajah Nurmian bersabar di Makkah. Tahun 2010 ini Hajah Nurmian naik haji untuk yang kedua kali. Tapi haji yang kedua ini, ibu hajah benar-benar harus sabar.

Soal bersabar tentu Hajah Nurmian sudah sangat paham. Jamaah kloter 9 Batam ini tahu melaksanakan ibadah haji akan menemui banyak ujian termasuk dalam hal kesabaran.

Maka ketika Sabtu (6/11/2010) siang, kloter 9 embarkasi Batam, berdemo di Kantor Haji Indonesia Makkah, Hajah Nurmian tampak tenang meski tidak bisa menyembunyikan kekecewaan yang sudah dipendam satu minggu lebih.

Jamaah asal Riau termasuk Hajah Nurmian datang ke Daker Makkah untuk memprotes kondisi pemondokan mereka yang buruk. Di Daker, sebagian dari mereka duduk di lantai, di kursi dan beberapa tempat ruang kerja staf PPIH Daker Mekkah. Mereka kembali datang karena sudah sepekan keluhan mereka  tidak ditanggapi.

Sejumlah jamaah laki-laki marah dan berteriak-teriak memprotes Kepala Daerah Kerja Mekkah Cepy Supriyatna. Tapi Hajah Nurmian memilih tidak emosional.

Saat ditanya wartawan, baru dengan suara yang tenang, Hajah Nurmian menuturkan kondisi buruk pemondokannya. Ia juga menceritakan, perjalanan dari pemondokan menuju Masjidil Haram sungguh tidak ringan terlebih bagi nenek seusia Nurmian.

Hajah Nurmian tinggal di rumah 313 Aziziah Samaliah, yang jaraknya sekitar 6 kilometer dari Masjidil Haram. Rumah itu dihuni sekitar 2.000 jamaah. Kondisi pemondokan menyedihkan, air sering macet dan fasilitas MCK tidak memadai. Satu kamar dihuni 7-9 jamaah. Sementara fasilitas kamar mandi hanya ada dua untuk 30 jamaah.

"Kami harus bangun jam satu pagi untuk antre  mandi. Subuh air sudah mati, nak," tutur Hajah Nurmian dengan suara datar.

Setelah bersabar mengantre mandi sekitar satu jam, nenek 69 tahun ini pun harus kembali sabar mendapatkan angkutan. Nenek kurus ini berjalan sekitar 200 meter dari pemondokan untuk mendapatkan bus.

"Bus tidak mau masuk karena pemondokan kami ada di dalam gang. Kami naik bus dua kali dan berdesak-desakan dan sering harus berdiri," curhat Ibu Hajah ini.

Turun dari bus, nenek-nenek ini berjalan lagi 1 kilometer lebih untuk sampai di Masjidil Haram.

Selain perjalanan yang berat dari pemondokan ke Masjidil Haram, Hajah Nurmian juga mengeluhkan tentang kesulitan makanan. Di pemondokan memang disediakan dapur dengan kompor gas, tapi gasnya tidak ada dan ia tidak tahu harus kemana bila ingin membelinya.

"Yang kami sedihkan ada orang Indonesia jualan nasi, tapi kemarin saat  datang diburu polisi. Bagaimana kami bisa makan?" kata Nurmian.

Menurut Katua Rombongan (Karom) 2 kloter 9 Batam, Jamal, separuh dari  jamaah di kloternya merupakan jamaah usia lanjut. Jamal meminta kloternya bisa dipindah ke pemondokan yang lebih dekat.

Sementara Cepy berjanji akan meninjau pemondokan jamaah dan meminta pemilik pemondokan agar memperbaiki fasilitasnya terutama air.

"Kami akan panggil pemilik rumahnya agar memperbaiki fasilitas," kata Cepy.

Para jamaah laki-laki tetap tidak terima dengan penjelasan Cepy. Mereka meminta agar mendapat pengembalian uang untuk ganti transportasi.

"Selesaikan hari ini. Atau kalau tidak bisa kembalikan uang kami. 1.200 riyal per jamaah. Pondok di sekitar situ harganya 2.200 riyal, sementara pondok 313 yang kami tempati harga yang harus dibayar 3.400 riyal," kata Jamal.

Hajah Nurmian menyatakan ia ikut datang memprotes Daker Mekkah bukan berarti ia tidak bersabar. Ia mengaku ingin tahu kenapa jamaah Indonesia yang jumlahnya besar mendapatkan pemondokan yang jauh dan buruk dibandingkan jamaah negara lain.

"Kenapa jamaah Indonesia mendapatkan pemondokan yang paling jauh? Jamaah Iran dan Irak yang jumlahnya sedikit bisa mendapat pemondokan di tengah," ujar Hajah Nurmian.

(iy/rdf)


http://www.detiknews.com/read/2010/11/07/080653/1488442/10/ibu-hajah-harus-antre-mandi-dari-jam-satu-pagi?n991102605 

Kamis, 04 November 2010

Surat Terbuka Lauren Booth: Mengapa Saya Memilih Islam

Surat Terbuka Lauren Booth: Mengapa Saya Memilih Islam (2)
Lauren Booth
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Belum sebulan menjadi mualaf, ipar mantan perdana menteri Inggris Tony Blair,  Lauren Booth, kembali menjadi bahan berita. Kali ini ia disebut menganut Islam syiah garis keras. Tudingan itu, dilatari perjalanannya ke Iran yang mengantarkannya menjadi Muslim.

Publikasi lain menyebut, ia menjadi Muslim hanya demi mencari popularitas. "Ia ingin diperhatikan," demikian sebagian orang mengomentari.

Alih-alih menanggapi semua tudingan, ia malah membuat surat terbuka tentang rasa syukurnya menjadi seorang Muslim. Suratnya itu dimuat di harian Daily Mail edisi awal pekan ini. Berikut ini bagian dua dari petikan suratnya yang sebelumnya dimuat di Republika Online edisi rabu (3/11):

Bagaimana tentang perjalanan spiritual? Itu tak pernah terjadi pada saya. Meskupun, saya suka berdoa dan sejak kecil sudah mendengar cerita tentang Yesus dan para nabi sebelumnya. Saya dibesarkan dalam keluarga yang sangat sekuler.

Mungkin apresiasi saya atas budaya Islam, terutama pada perempuan Muslim, yang menarik saya untuk mengapresiasi Islam. Perempuan Islam yang saya lihat di Inggris adalah yang menutup seluruh tubuhnya dari kepala hingga ujung kaki, kadang berjalan di belakang suami mereka, dengan anak-anak berbaju panjang di sekitar mereka.

Ini sungguh kontras dengan kondisi wanita profesional Eropa yang umumnya sangat memperhatikan penampilannya. Saya, misalnya, sangat bangga dengan rambut pirang saya, dan ya, belahan dada saya. Ini seolah menjadi "jualan" utama kami.

Saat bekerja di dunia broadcast televisi, betapa hal itu makin jelas terasa: presenter wanita menghabiskan waktu hingga satu jam untuk merias wajah dan penampilan mereka, hanya untuk membahas satu topik "serius" yang memakan waktu tak lebih dari 15 menit. Apakah ini sebagian bentuk liber-ation? Saya mulai bertanya-tanya seberapa banyak penghormatan bagi gadis-gadis dan perempuan dalam masyarakat "bebas" kita.

Pada tahun 2007 saya pergi ke Libanon. Saya menghabiskan waktu empat hari bersama para mahasiswi di sana, sebagian dari mereka mengenakan cadar. Mereka tetap tampak menawan, mandiri, dan bebas berpendapat. Mereka semua bukan gadis yang pemalu, atau mereka akan segera dipaksa untuk menikah, seperti yang sering kita dengar di Barat.

Suatu waktu mereka menemani saya mewawancarai seorang syekh yang disebut-sebut dekat dengan milisi Hizbullah. Saya sangat terkejut ketika melihat bagaimana syekh itu memperlakukan pada gadis yang menemani saya ini. Saat Syekh Nabil  yang mengenakan surban dan jubah cokelat berbicara tentang topik yang "menantang" -- tentang pertukaran tawanan -- mereka tergelitik untuk angkat bicara. Mereka bebas bertanya dan menyatakan apapun, termasuk angkat tangan untuk menyela sang Syekh yang tengah berbicara.

Ada hal lain yang berubah kemudian dalam diri saya.  Semakin banyak waktu saya habiskan di Timur Tengah, semakin sering saya minta diantar ke masjid. Hanya untuk kepentingan pesiar, begitu saya selalu meyakinkan pada diri saya. Walaupun faktanya, saya mendapatkan lebih dari sekadar "wisata" belaka.

Bebas dari aneka patung dan bangku, saya melihat mereka duduk begitu saja dengan anak-anak bermain di sekitarnya, beberapa memakan bekal mereka, dan wanita tua duduk di atas kursi roda mereka membaca Alquran. Mereka membawa "kehidupan" mereka ke masjid, dan membawa "masjid" ke dalam rumah-rumah mereka.

Dan tibalah suatu malam saat saya mengunjungi kota Qom, di bawah kubah emas yang disebut Fatimah Mesumah (Fatimah Sang Teladan), sama seperti perempuan lainnya di sana, tiba-tiba saya bergumam nama Allah beberapa kali, ketika memegang pagar makam Fatimah.

Ketika saya duduk, sebuah kenikmatan spiritual menyergap saya. Bukan kenikmatan yang seolah mengangkat kita dari tanah, tapi kenikmatan yang memberi kedamaian penuh. Saya duduk di sana untuk waktu yang lama. Seorang wanita muda di samping saya membisikkan, "Suatu keajaiban tengah terjadi pada Anda".

Ya, seketika saya tahu. Saya bukan lagi "turis dalam Islam", tapi telah menjadi umat, bagian dari komunitas Muslim, dan terkait dengan seluruh Muslimin.

Untuk pertama kalinya saya merasakan ingin lari dari situasi ini. Ada beberapa alasan; Apakan betul saya telah siap berpindah agama? Apa yang akan ada dalam pikiran teman-teman dan keluarga kalau saya menjadi Muslim? Apakah saya siap untuk mengubah banyak hal dalam perilaku keseharian saya?

Dan yang terjadi kemudian adalah hal yang benar-benar aneh. Saya tidak merasa khawatir tentang hal-hal itu, karena entah bagaimana menjadi seorang Muslim sangat mudah - meskipun masalah yang akan saya hadapi sangat berbeda, tentu saja.

Untuk memulai, Islam menuntut banyak belajar, namun saya ibu dua anak dan bekerja penuh waktu. Anda diharapkan untuk membaca Alquran dari awal hingga akhir, ditambah dengan bertemu imam dan segala macam aturan bagi orang yang sudah tercerahkan. Kebanyakan orang akan menghabiskan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sebelum menyatakan keislamannya. Saya bisa melewatinya.

Kini saya menjalin hubungan dengan beberapa masjid di North London, dan saya pergi ke sana setidaknya sekali seminggu. Saya tidak mengkotakkan diri saya apakah saya seorang Syiah atau Sunni. Bagi saya, hanya ada satu Islam dan satu Allah.

Mengadopsi pakaian, harus saya akui, lebih sulit dari yang Anda pikirkan. Menggunakan jilbab artinya saya berubah secara lebih cepat lagi. Dan, saya melakukannya beberapa pekan lalu. Untunglah, cuaca di luar dingin, jadi hanya sedikit orang yang memperhatikan.

Beberapa orang di tempat kerja saya bisa menerima, sebagian lain mencibir, bahkan menganggap palsu konversi keyakinan saya. Tapi sekarang, saya mulai bisa mengabaikan komentar-komentas negatif mereka. Beberapa orang mungkin tak bisa paham tentang perjalanan spiritual, dan berbincang tentang itu justru membuat mereka ketakutan.
Lepas dari semua itu, satu yang menjadi perhatian saya saat ini adalah: saya akan tetap profesional. Beberapa aktivias lama akan tetap saya lakukan. Saya akan tetap menjadi aktivis pro-Palestina, dan tak akan berhenti. Inggris adalah negara yang lebih toleran, setidaknya dibanding Prancis dan Jerman.

Saya beruntung bahwa saya mempunyai hubungan yang kuat dengan orang-orang di sekitar saya. Reaksi dari teman-teman saya yang non-Muslim lebih pada penasaran daripada bermusuhan. "Apakah itu akan mengubahmu?" Mereka bertanya. "Bisakah kita tetap berteman? Bisakah kita pergi minum?"

Jawaban atas dua pertanyaan pertama adalah: ya. Yang terakhir kemungkinan besar adalah, tidak.

Hubungan saya dengan ayah saya mungkin memang tidak bagus, dan susah memintanya memahami konversi keyakinan saya. Saya dan ibu saya memiliki hubungan yang buruk sejak saya menginjak dewasa, namun kami membangun sebuah "jembatan" hubungan dan dia selalu mendukung saya. Ketika saya bilang saya menjadi Muslim, dia menjawab, "Bukan menjadi itu (Muslim). Kudengar tadinya kau menjadi Budha." Namun kini dia memahami dan menerimanya.

Suatu saat jika harus menikah lagi, saya ingin suami saya seorang Muslim. Jika ditanya apakah anak-anak saya akan menjadi Muslim juga, saya tak bisa menjawabnya. Semua terserah mereka. Anda tak bisa mengubah hati seseorang bukan? (Selesai)

Catatan: Beberapa bagian suratnya kami penggal, tetapi tidak mengurangi arti secara keseluruhan.
Red: Siwi Tri Puji B



http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/11/04/144639-surat-terbuka-lauren-booth-mengapa-saya-memilih-islam-2