Senin, 18 Januari 2010

Dan UMAR pun menangis ...

Pernahkah Anda membaca dalam riwayat akan Umar bin Khatab menangis? Umar bin Khatab yang terkenal bertubuh kekar dan gagah perkasa sehingga disegani lawan maupun kawan? Bahkan dalam satu riwayat, Nabi Muhammad saw menyebutkan kalau setan pun amat segan dengan Umar sehingga kalau Umar lewat di suatu jalan, maka setan pun menghindar lewat jalan yang lain. Subhanallah!

Yang jelas keperkasaan Umar r.a. sudah menjadi buah bibir di kalangan umat Islam. Karena itu kalau Umar sampai menangis tentulah itu menjadi peristiwa yang menakjubkan. Mengapa "Singa Padang Pasir" ini sampai menangis?
Umar r.a. pernah meminta izin menemui Rasulullah saw. Ia mendapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar. Sebagian tubuh beliau berada di atas tanah. Beliau hanya berbantal pelepah kurma yang keras. Umar berkata, ”Setelah aku mengucapkan salam, aku lalu duduk di dekat beliau. Aku tidak sanggup menahan tangisku ....”

Rasulullah Muhammad saw pun bertanya, "mengapa engkau menangis wahai Umar?" Umar menjawab, "bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuhmu. Padahal Engkau ini Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Kaisar dan Kaisar (Rumawi) duduk di singgasana emas dan berbantalkan sutera".

Dengan lembut, Nabi saw pun kemudian berkata, "mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga. Sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk Hari Akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang yang bepergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya."

Indah nian perumpamaan Nabi saw akan hubungan beliau dengan dunia ini. Dunia ini hanyalah tempat pemberhentian sementara. Hanya tempat berteduh sejenak, untuk kemudian kita meneruskan perjalanan yang sesungguhnya. Perjalanan menuju alam keabadian.

Ketika Anda pergi ke Eropa, biasanya pesawat akan transit di Singapura atau di kota lain. Ketika Anda pulang dari Saudi Arabia, biasanya pesawat anda mampir sejenak di Abu Dhabi. Anggap saja tempat transit itu, Singapura dan Abu Dhabi, merupakan dunia ini. Apakah ketika transit Anda akan habiskan segala perbekalan anda? Apakah Anda akan selamanya tinggal di tempat transit itu? Apakah anda akan begitu terpesona dan bersantai-santai di tempat transit tersebut sehingga melupakan perjalanan Anda yang sesungguhnya? Bukankah pesawat yang akan mengangkut Anda sudah menunggu dan Anda harus bergegas agar tidak ketinggalan pesawat?

Bayangkan, ketika Anda sibuk shopping di bandara transit dan ternyata pesawat telah memanggil Anda untuk segera meneruskan perjalanan anda. Sekarang bayangkanlah, ketika Anda sedang terlena dengan kenikmatan-kenikmatan semu duniawi, tiba-tiba Allah memanggil Anda pulang kembali ke sisi-Nya! Apa yang akan Anda bawa nanti untuk pertemuan dengan Allah di Padang Mahsyar?

Sisakan kesenangan Anda di dunia ini untuk bekal Anda di akhirat. Sisihkan 2½ persen dari rizki yang Allah limpahkan kepada dirimu untuk kebahagiaan mereka yang tidak berpunya. Dalam dua puluh empat jam sehari, mengapa tak Anda sisakan waktu barang beberapa menit untuk shalat lima waktu dan membaca firman-firmanNya. Mengapa Anda harus marah terhadap orang atau kelompok lain hanya karena perbedaan pendapat? Bukankah pelangi itu indah saat warnanya berbeda satu sama lain?


"Celupkan jari tanganmu ke dalam lautan," saran Nabi saw ketika ada sahabat yang bertanya tentang perbedaan dunia dan akhirat, "air yang ada di jarimu itulah dunia, sedangkan bentangan lautan luas tak bertepi itulah perumpamaan kebahagiaan akhirat".

Dan perliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kalian semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedangkan mereka sedikit pun tidak dianiaya. (QS Al-Baqarah (2): 281



sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?p=149115347

Tidak ada komentar:

Posting Komentar