Tubuh mungil itupun terjerembab jatuh setelah didorong bapaknya yang sedang kesetanan. Tidak puas melihat anaknya menahan tangis, tongkat sapu pun dilayangkan hingga mengenai pantat anak kecil yang baru 6 tahun itu. Tiga pukulan yang keras akhirnya membuat tangis anak itu menggelegar. Tubuhnya terguncang menahan sakit dan tangisnya terdengar pilu. Setelah puas melihat anaknya menangis, sang bapakpun
berkata dengan kasar:
”Kenapa Ilman mencuri uang bapak?
Untuk apa uang 50 ribu itu? Bukankah selama ini Ilman diberi sehari 5 ribu untuk jajan di sekolah? Sementara anak lain tidak ada yang diberikan sebanyak itu.
Setiap tahun Ilman diberikan baju, tas, sepatu dan semua kebutuhan. Bapak bekerja siang dan malam untukmu Man!!!!”
Anak ini hanya bisa menangis tersedu. Dia tidak mampu menjawab pertanyaan dan kemarahan bapak yang dicintainya. Dia hanya bisa merintih menahan sakit di bagian kepala yang baru saja terbentur. Suasanapun berangsur mereda dan menjadi sunyi. Namun, tiba-tiba saja dari ruang tengah berdering telepon. Sang bapak yang sudah terlihat capek ini perlahan mendekati gagang telepon. Dikejauhan terdengar suara perempuan. Ternyata, ia adalah ibu guru anak ini. Setelah basa-basi sebentar bu gurupun bercerita,
”Bagaimana si Ilman pak?
Maaf saya menelpon bapak karena ada hal penting yang perlu bapak ketahui. Akhir-akhir ini si Ilman terlihat murung. Kira-kira sudah satu minggu ini. Tadi pagi dia datang menemui saya. Dia mengemukakan kebingungannya. Ia mengaku telah mencuri uang bapak. Dan saya lihat uang yang dicuri 50 ribu rupiah. Dia bertanya apakah itu berdosa. Saya mengatakan bahwa itu dilarang agama. Kemudian dia mengeluarkan uang sebanyak 30 ribu rupiah dari tasnya. Sayapun kaget dan bertanya apakah itu hasil dari mencuri. Dia menggelengkan kepala dan mengatakan tidak. Uang itu dikumpulkan dari uang jajan yang bapak berikan setiap hari. Jadi, selama ini dia tidak jajan selama seminggu.
Yang membuat saya iba dan sedih ketika Ilman bertanya apakah uang yang ia kumpulkan ini cukup untuk pergi ke Surga? Saya tanya kenapa? Katanya ia ingin bertemu ibunya yang sekarang di surga. Ia kangen sama ibu Pak. Ia ingin seperti teman-temanya yang masih bisa berkumpul dengan kedua orang tuanya. Ia kangen sekali sama ibu Pak. Kata Ilman ibunya telah menghilang setelah ketemu terakhir di rumah sakit. Maaf.....”.
Telpon itupun terputus.. Tidak kuat menahan tangis sang bapak berlari menuju Tubuh mungil itu. Tubuh kecil itupun diangkat dengan penuh kasih. Namun takdir berbicara lain, anak itu telah menyusul ibunya di surga....
Sahabat Kaskuser yang dirahmati Allah,
Anak adalah titipan. Ia adalah buah dari cinta kasih bersama pasangan kita. Allah SWT telah menganugerahkan anak itu untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, diajarkan kasih sayang, dididik agar taat kepada orang tua dan agamanya. Anak jugalah yang bisa mengangkat derajat orang tuanya di surga. Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT akan mengankat derajat seorang hamba yang shalih di surga. Kelak ia akan berkata, ’’Wahai Rabbku, bagaimana hal ini bisa terjadi padaku?’ . Dijawab,’karena permohonan ampunan anakmu untukmu”
Sahabat Kaskuser,
Sudahkah kita memperlakukan anak kita dengan baik? Sudahkah kita mengetahui harapan-harapannya? Impiannya? Keinginannya? Dan…yang terbaik untuknya? Ingatlah, anak yang shaleh adalah satu-satunya orang yang masih bisa berkirim kebaikan pada kita, disaat semua pintu amal telah terputus. Saat kematian bersama kita, ketika di alam barzah, menunggu hari Perhitungan.
"Merendahlah, engkau kan seperti bintang-gemintang Berkilau di pandang orang, Diatas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi Janganlah seperti asap yang mengangkat diri tinggi di langit padahal dirinya rendah-hina"
sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?p=153101085
Tidak ada komentar:
Posting Komentar