Oleh Syaefudin Simon
Masalahnya, kapan kematian itu akan tiba? Inilah rahasia Allah. Allah menegaskan, tiada seorang pun yang tahu di bumi mana dia akan mati (QS 31:34).
Orang yang meninggal sesungguhnya hanya berpindah alam. Dari alam dunia ke alam barzakh. Begitu sampai di alam ini, manusia diinterogasi oleh malaikat. Jika selama menjalani kehidupannya berpegang pada kebenaran, dia akan selamat. Seberkas sinar akan menemaninya dengan kedamaian, la berada dalam situasi tenang dan menyejukkan bersama malaikat, menanti alam berikutnya: alam makhsyar. Tapi sebaliknya, jika selama hidupnya banyak melakukan dosa, maka bumi akan menghimpitnya. Malaikat Jibril melukiskan, bumi saat itu akan marah kepada mayat pendosa. Bagaikan gerigi besi, bumi akan menggilas dan meremuk sang pendosa, tanpa ampun. Meski dia sangat kesakitan, tapi bumi terus meremukkannya, tanpa henti.
Tak ada gunanya lolongan tangis dan penyesalan saat itu. Semuanya sudah terlambat. Hanya ada sedikit keringanan bagi orang yang tersiksa di alam kubur bila ia punya amal jariyah, punya ilmu yang bermanfaat, dan punya anak shaleh yang mendoakannya (Hadis).
Setelah itu, manusia dibangkitkan kembali dari kuburnya. la digiring ke alam makhsyar. Mahkamah Maha Agung akan mengadili manusia dengan seadil-adilnya. Agar keadilan itu benar-benar terjamin, lidah dikunci. Tangan, kaki, hidung, mulut, mata, perut, otak, dan anggota badan lain yang berbicara, mengatakan apa-apa saja yang pemah diperbuatnya.
Dari situlah manusia akan terseleksi — mana yang akan masuk surga dan mana yang masuk neraka. Hari itu, orang-orang beriman dan selalu melangkah dengan kebenaran, wajahnya berseri-seri. Di hadapannya, surga yang penuh kenikmatan menanti kedatangannya. Sedang orang kafir dan para pendosa, wajahnya muram. Di hadapannya, neraka yang panasnya tak terperikan menantinya. Saat itulah orang-orang kafir berkata, "Jika mungkin, jadikan kembali aku sebagai tanah seperti dahulu." (QS 78: 40).
Alam barzakh, hari kebangkitan, dan hari pengadilan besar pasti datang. Dan tak ada bekal yang bisa menolong di hari itu kecuali ketakwaan kita kepada Allah. Karena itulah, sebelum kematian menjemput kita di tempat dan waktu yang tak diketahui, kita harus mempersiapkan bekal untuk menghadapi hari-hari yang sulit dan melelahkan tersebut. Tanyakan kepada hati nurani kita: sudahkah kita menyiapkan bekal untuk hari itu?
Ketahuilah wahai manusia, kata Rasulullah, bekal terbaik adalah ketakwaan. Bekal terbaik adalah kebenaran. "Manusia yang bertakwa adalah manusia yang bemafas dengan kebenaran, berbicara dengan kebenaran, mendengar dengan kebenaran, bekerja dengan kebenaran, dan tidur dengan kebenaran," kata Malaikat Jibril. Dan semua petunjuk untuk mendapatkan kebenaran itu ada pada Alquran dan Sunnah Rasulullah saw. n
Tidak ada komentar:
Posting Komentar