Rabu, 15 Juli 2009

BUKANKAH TUHAN PASTI MELIHAT KITA?

Ada suatu kisah menarik mengenai kejujuran dari buku pesan indah dari Makkah dan Madinah yang mesti di ikuti oleh muslimin dan muslimah….. bagi muslimah siapa tahu bisa seberuntung wanita dalam kisah ini… yang diangkat menjadi menantu Umar bin Al-Khaththab. Maka dari itu jujurlah….hai para wanita…………….. semoga bermanfaat.


Bukankah Tuhan Pasti Melihat Kita?

MALAM itu `Umar bin Al-Khaththab, didampingi Aslam bin Zaid, berkeliling di seputar Kota Madinah untuk mengetahui dari dekat situasi dan kondisi kota itu dan warganya. Selepas berjalan lama dan merasa kelelahan, dia pun duduk bersandar di dinding luar sebuah rumah. Dalam keadaan de­mikian, dia mendengar seorang perempuan di dalam ru­mah itu berucap, 'Anakku! Ambilkanlah susu itu dan cam­purlah dengan air!"

Mendengar ucapan demikian itu 'Umar bin Al-Khath­thab, yang sebelumnya telah mengeluarkan larangan men­campur susu dengan air dengan tujuan untuk diperdagang­kan dan mendapatkan keuntungan besar, merapatkan teli­nganya ke dinding. Tak lama kemudian, dia mendengar sang putri menjawab, "Ibu! Apakah Ibu belum mendengar peng­umuman dari Amirul Mukminin `Umar bin Al-Khaththab?"

"Pengumuman tentang apa, anakku?" tanya sang ibu.

"Dia mengeluarkan larangan mencampur susu dengan air untuk meraih keuntungan yang besar," jawab sang putri.

"Campur saja susu itu dengan air! Amirul Mukminin kan jauh dari kita. Dia toh tak akan melihat kita!" perintah sang ibu.

"Tidak, Ibu!" jawab sang putri menolak perintah ibun­danya. "Demi Allah, aku bukanlah macam orang yang patuh ketika berada di hadapannya, tapi melanggar perintahnya ketika jauh darinya. Andaikan 'Umar tidak tahu, bukankah Tuhannya Amirul Mukminin tentu melihat kita?"

Mendengar percakapan antara sang ibunda dan sang putri yang demikian itu, 'Umar bin Al-Khaththab pun berkata lirih kepada Aslam bin Zaid, `Aslam! Coba besok pagi engkau teliti siapa kedua perempuan itu. Juga, apakah mereka mempunyai suami?"

Esok harinya Aslam bin Zaid kemudian pergi mencari tahu tentang kedua perempuan itu. Selepas itu, dia kembali menemui 'Umar bin Al-Khaththab, dan memberi tahu kepada sang khalifah bahwa anak perempuan itu masih gadis dan tinggal bersama ibundanya yang telah tidak bersuami lagi.

Setibanya di rumah, 'Umar bin Al-Khaththab kemudian memanggil putra-putranya. Selepas mereka berkumpul, mertua Rasulullah Saw. yang memeluk Islam pada tahun keenam dakwah Islam itu pun menyatakan niatnya untuk menikahkan putranya yang belum menikah, yaitu 'Ashim, dengan gadis yang dikaguminya karena kejujurannya dan sikapnya yang teguh dalam memelihara amanat.

Ashim pun menerima tawaran sang ayahanda. Kelak, dari perkawinan antara Ashim dan gadis itu lahir seorang anak perempuan bernama Laila Ummu Ashim binti Ashim bin `Umar bin Al­Khaththab yang kelak menjadi ibunda seorang khalifah yang terkenal bijak dan jujur: 'Umar bin 'Abdul 'Aziz". []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar