Selasa, 14 Juli 2009

MENCINTAI ALLAH dan RASUL

Artikel ini pernah terbit pada harian REPUBLIKA yang tanggal dan waktunya saya lupa…. Semoga saya pribadi dapat mencintai ALLAH dan RASUL seperti yang akan sahabat zaameedhearts baca………………… semoga bermanfaat buat kita semua…amien



MENCINTAI ALLAH dan RASUL

Oleh : Alwi Shahab

Abdullah ibnu Hisyam menceritakan bahwa suatu hari ia dan sejumlah sahabat melihat Nabi Muhammad saw sedang menjabat tangan Umar bin Khattab. Sambil berjabat tangan itu, Umar berkata, "Demi Allah wahai Rasulullah, engkau lebih aku cintai daripada segalanya, kecuali diriku sendiri."

Mendengar perkataan Umar itu, Nabi pun berujar, "Tidak beriman salah seorang dari kamu sampai aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri." Kemudian Umar pun me­nukas, "Kalau begitu, maka demi Allah, sekarang engkau le­bih aku cintai daripada diriku sendiri." Mendengar jawaban Umar, Rasulullah lalu menegaskan, "Sekarang iniliah (imam-mu telah sempurna), wahai Umar."

Dalam sejarah Islam, kita dapati begitu banyak sahabat , Rasulullah saw yang membela dan mencintainya melebihi dirinya dan keluarganya. Mereka rela berkorban, termasuk nyawanya dalam membela Nabi, seperti yang dialami oleh se­orang perempuan Anshar ketika Perang Uhud.

Dalam peperangan melawan kaum kafir Quraisi ini, perem­puan itu kehilangan suami, ayah, dan saudara lelakinya, yang sahid membela Islam. Ketika oleh beberapa orang berita itu disampaikan kepadanya, perempuan itu bertanya, "Bagaimanakah keadaan Rasulullah?" Mereka menjawab, "Beliau sebagaimana yang engkau cintai."

Setelah perempuan itu melihat sendiri Rasulullah saw, ia berkata, "Segala musibah sesudah engkau adalah kecil." Sayid Sabiq, ulama kontemporer dari Mesir menyatakan bahwa mencintai Rasulullah, merupakan fenomena kecin­taan kepada Allah. Sebab Beliaulah pembawa wahyu, pe­nyampai risalah, yang membimbing manusia kepada kebe­naran dan penunjuk kepada jalan yang lurus, yaitu jalan Allah, pemilik segala yang ada di langit dan di bumi.

Dalam hadis yang diriwayatkan Tirmidzi, Rasulullah saw mengatakan,"Cintailah Allah karena nikmat yang dianuge­rahkan-Nya, cintailah aku karena kecintaanmu kepada Allah."

Mencintai Allah dan Rasul-Nya, merupakan jenis cinta yang paling tinggi. Meskipun begitu, kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya tidak harus menghilangkan cinta kasih kepada istri, anak, keluarga, dan kerabat, mengingat kecintaan ke­pada mereka bersifat fitrah yang melekat pada hati dan pera­saan manusia.

Karena itu, mereka yang telah mencapai tingkat iman de­mikian tidak pernah merasa tergoyahkan oleh berbagai goda­an dan cobaan hidup yang bagaimanapun besarnya. Karena bagi mereka tidak ada kebahagiaan yang lebih hakiki daripa­da mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Karena nikmat iman demikian itulah, Nabi saw dan para sahabatnya selama 23 tahun tetap tegar dalam menghadapi berbagai rintangan dan kekejaman dari musuh-musuh Islam.

Allah sendiri dalam firman-Nya menyatakan, "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, niscaya Allah akan mengasihi kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ali lmran: 31).

Dalam kehidupan yang penuh tipu daya, bujuk rayu, dan ketidakjujuran, berbahagialah mereka yang imannya tidak tergoyahkan, karena menempatkan Allah dan Rasul-Nya di atas segala-galanya. n



Tidak ada komentar:

Posting Komentar