Sabtu, 25 Juli 2009

MARI BERHEMAT

Artikel pribadi ini pernah terbit di harian REPUBLIKA pada kolom Hikmah….. yang terbitnya mungkin pada saat terjadi krisis moneter tahun 1998. Isinya masih up to date untuk di amalkan…….. ada contoh kasus nya, seperti sewaktu seseorang ber­pacaran dia terlalu pemurah, tetapi setelah menjadi istri atau suami berubah menjadi pelit……. Semoga ini bermanfaat buat sahabat-sahabat zaameedhearts…….


MARI BERHEMAT

Oleh Fauzan All-Anshari

Gejolak moneter yang tengah melanda kita dewasa ini sungguh merupakan batu ujian, bukan saja buat pemerintah, melainkan buat seluruh rakyat Indonesia. Nilai tukar mata uang kita terhadap dolar Amerika yang mencapai Rp 6.000 per dolar adalah depresiasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Semua ini bagi kita, sekali lagi, harus menjadi pelajaran berharga untuk masa-masa mendatang.

Sebagai umat Islam yang memiliki pedoman hidup berdasarkan Alquran dan Sunnah Rasulullah saw, ba­rangkali kita sudah sejak dini bisa mengantisipasi berba­gai gejolak yang sedang maupun akan terjadi sewaktu­waktu. Setiap Muslim pantang terjebak ke dalam lobang yang sama untuk kali kedua. Salah satu tindakan antisi­pasi itu adalah seruan dari Alquran untuk tidak melaku­kan berbagai pemborosan alias ajakan untuk berhemat. "Hemat pangkal kaya," ujar satu pepatah.

Dalam firman-Nya pada Surat Al-Isra: 27, Allah swt memberi label pada para pemboros sebagai mitra setan. "Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-sau­dara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya."

Kita mengetahui bahwa kelak setan akan masuk ke dalam neraka jahanam selama-lamanya karena perbuat­an mereka ketika di dunia tidak ada satu pun yang mem­beri manfaat, baik kepada diri mereka apalagi untuk makhluk lain. Bahkan setan memang minta kepada Allah agar diberi umur panjang sampai kiamat sehingga dapat menggoda umat manusia untuk berbuat dosa, di anta­ranya dengan membelanjakan hartanya secara boros atau mubazir.

Kata Nabi saw, cukup dikatakan bahwa orang itu bo­ros kalau selalu menuruti keinginan hawa nafsunya, tanpa sanggup mengerem sedikit pun. Semua makanan ingin dibeli,-walaupun tidak dimakan — tepatnya mem­beli sesuatu bukan karena kebutuhan, melainkan sekadar untuk pamer.

Selain itu, si pemboros ini selalu mencari kesempatan untuk menghambur-hamburkan uang, misalnya meraya­kan Tahun Baru dengan mabuk-mabukan dan segala se­suatu yang memberi 'kepuasan' sesaat.

Padahal, kalau ia mengaku seorang Muslim, maka hendaknya dia takut dengan ancaman Allah di atas. Bahkan dalam ayat sebe­lumnya secara tegas Allah swt melarang perbuatan bo­ros . .....dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros." (QS. Al-Isra:26).

Sebaliknya dari sifat boros, yakni pelit, juga sama ha­ramnya. "Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbe­lenggu pada lehermu (pelit) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (pemurah) karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal." (QS-Isra:29).

Memang, perbuatan yang baik adalah yang sedang­-sedang saja alias berimbang. Pengeluaran yang terlalu boros biasanya menyangkut sesuatu yang dicintai, se­hingga tanpa disadari terjadi high cost economy, yang membuat penyesalan di kemudian hari. Sedangkan pe­rilaku pelit cenderung terhadap sesuatu yang kurang disukai.

Contoh sederhananya, sewaktu seseorang berpacaran dia terlalu pemurah, tetapi setelah menjadi istri atau suami berubah menjadi pelit. Maka perbuatan per­tama akan membuahkan penyesalan dan perbuatan kedua sungguh tercela. n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar