Rabu, 29 Juli 2009

DIA MEMBUAT IBUNYA MENGEMIS DI DEPAN MASJID

Cerita nyata ini mengisahkan mengenai istri yang jahat (seperti di banyak sinetron INDONESIA) yang disebut ular betina……. Semoga para sahabat MUSLIMAH zaameedhearts tidak seperti itu, yang memberi banyak tuntuntan kepada pasangannya dan orangtua nya. Kisah ini terdapat pada buku”Malam pertama, setelah itu air mata” yang disusun oleh Ahmad Salim baduwailan. Di dalamnya banyak kisah yang mengharukan yang penuh pelajaran keimanan dan pelembut hati. Zaameedhearts sarankan agar para sahabat membeli buku itu, karena top abisssssskisahnya ………………….. semoga bermanfaat yaaa……………...


DIA MEMBUAT IBUNYA MENGEMIS DI DEPAN MASJID

Beberapa bulan lamanya wanita itu bertanya tentang putranya kepada para tetangganya. Dia ingin tahu apakah putranya baik-baik saja? Apakah dia sakit? Apakah dia sudah punya anak?

Wanita itu berpindah-pindah dari tetangga yang satu ke tetangga lainnya. Dia tinggal di rumah tetangga yang satu selama beberapa hari, lalu di rumah tetangga yang lain selama satu bulan, dan di rumah yang lain lagi lebih lama. Dia mulai merasa malu sekali dengan sedekah yang mereka berikan kepadanya. Dia merasa seperti menelan bara api yang merah menyala.

Ibu itu mendengar bahwa anak laki-lakinya masuk rumah sakit. la pun langsung naik taksi untuk melihat keadaan anaknya di rumah sakit itu. Tapi, di depan pintu kamar inap anaknya, dia malah bertemu dengan ular betina. Ular betina itu memprovokasi para dokter dan perawat agar mengusir wanita tersebut. Dia mengatakan bahwa wanita tersebut adalah orang gila yang dapat membahayakan peralatan medis. Akhirnya, mereka mengusirnya. Dia terus menangis dengan histeris, "Aku ingin melihat keadaannya. Dia anakku... Sayangku... Belahan jiwaku. Semoga Allah memelihara kalian. Jangan halangi aku untuk melihat keadaannya."

Sampai laki-laki itu keluar dari rumah sakit, ia tidak diberitahu bahwa ibunya sempat mengunjunginya. Dia menghabiskan sebagian besar hartanya untuk pengobatannya, bahkan seluruh hartanya. Dia juga menjual sebagian perabotan rumahnya.

Suatu hari ular betina berbintik-bintik itu berdiri di hadapan laki-­laki tersebut. Mereka bertengkar karena terlalu banyak tuntutan yang dibebankan kepadanya. Ketika tuntutannya tidak terpenuhi, maka dengan ketus ular betina itu berkata, "Aku sudah bersabar terhadapmu dan terhadap ibumu sebelumnya. Kamu sekarang -dan sangat disayangkan- bukan lagi seorang laki-laki. Aku tidak sanggup lagi hidup bersama orang melarat seperti kamu. Ceraikan aku! Apakah kau dengar! Ceraikan aku!"

Laki-laki itu mengatakan, "Seolah-olah dia menampar wajahku dengan tangan besi. Dia membuangku di tengah padang pasir yang luas dalam keadaan telanjang."

Laki-laki itu pun menceraikannya dan pergi mencari kenangan lama yang hilang. Yakni, "Ibunya yang tercinta, terhormat dan teraniaya".

Dia ketuk setiap pintu rumah di kampungnya yang lama. Dia menanyakan tentang keberadaan ibunya, tapi hasilnya nihil.

Dia mencari ibunya di kamar mayat rumah sakit, juga di kantor polisi tapi, hasilnya tetap nihil.

Dia merasa sangat lelah, hingga mengira bahwa ibunya telah tiada. Dia pergi tak tentu arah untuk mencari ibunya. Tanpa hasil.

Suatu hari, dalam perjalanan pulang, dia singgah di masjid kampungnya untuk melaksanakan shalat Maghrib. Dan dia berpikir, siapa tahu dia akan memperoleh kabar tentang ibunya dari tetangga-­tetangganya. Tiba-tiba dia melihat sebuah pemandangan yang bisa membuat orang kafir menjadi mukmin dan membuat orang yang maksiat menjadi taubat. sebuah pemandangan yang bisa memotong tali-tali jantung, mencabik-cabik usus, dan mengucurkan air mata dengan kuat.

Apa yang anda bayangkan?!

la melihat ibunya yang tercinta dan terhormat sedang meminta-­minta di atas trotoar masjid. Dahulu di masa kecilnya sang ibu memberinya 1 real, 5 real dan 10 real. Dan, sekarang hal yang sama terjadi. Ibunya menerima 1 real, 5 real dari orang-orang yang shalat. Dahulu di masa kecilnya sang ibu sangat menyayanginya dan sangat bersedih karena jauh darinya saat dirinya sudah dewasa, tetapi kini ia melihat ibunya mengemis untuk mempertahankan hidup. Ibu itu sudah bosan dengan pemberian dan sedekah paratetangga.

Dia merasa jadi beban bagi mereka. Dia juga merasa telah menistakan diri terlalu banyak, sehingga dia memutuskan untuk meminta belas kasih Allah di dekat rumah Allah.

Laki-laki itu bersimpuh di hadapan ibunya sambil mencium kaki dan tangannya, sambil meletakkan kedua kaki ibunya di pipinya. Tangisnya memecah langit Nejed.

Sebuah pemandangan yang bisa membuat seorang penyantun merasa kebingungan.

Dia menggendong ibunya di hadapan orang-orang yang hendak shalat. Dia membawa ibunya berjalan kaki menuju rumahnya. Dan dengan suara gemetar dan tersedu-sedu, dengan air mata dan penyesalan, dan dengan dialog yang memenuhi jalan, dia terus bergumam, "Semoga Allah mengutuk istri yang jahat, dokter, rumah gedongan, gaji, harta dan sernua orang yang memisahkan aku dan ibuku."

Dia pergi sambil menggendong ibunya dengan kedua tangan­ma, sementara ujung surbannya menggaris di tanah. lqal'(lingkaran yang mengikat surban di keapala)-nya berada di tangan kirinya, dan dia memberikan punggungnya kepada dunia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar