Rabu, 22 Juli 2009

SURGA dan NERAKA

Artikel ini aku simpan lama banget dari Koran REPUBLIKA yang tanggal terbitnya aku lupa…… inti dari artikel itu menarik karena sering seorang khatib waktu ceramah menyebut kata surga dan neraka, dan kita biasanya berpikir dan berkata, Itu khotbah kolot?" Rasanya pertanyaan itu cukup menjadi barometer kebenaran iman kita……….. semoga ini bermanfaat buat sahabat zaameedhearts



Surga dan Neraka

Oleh Syarqawi Dhofir

Ceramah agama tentang surga dan neraka yang disampaikan para mubaligh di kampung-kampung sering dituduh tradisional, kolot, dan kampungan, oleh mereka yang biasa mendekati persoalan kemasya­rakatan secara empiris dan rasional. Lalu bagaimana de­ngan penyebutan Alquran yang tak kurang dari 150 kali untuk kata 'surga' dan 145 kali untuk kata 'neraka'?

Surga dan neraka adalah simbol yang menyatakan tempat terakhir yang abadi untuk setiap manusia, penen­tu akhir yang memberikan justifikasi tentang perbuatan sehari-hari kita ketika hidup di dunia, yakni apakah per­buatan kita itu betul atau salah.

Dengan demikian, surga bukan sekadar tabsyir (berita persuasif yang merangsang orang agar kembali ke jalan benar), demikian pula neraka bukan sekadar tabdzier (be­rita koersif yang menakut-nakuti), tapi benar-benar meru­pakan kenyataan dan nyata ada.

Bagi orang beriman, kesadaran terhadap keberadaan surga memberi dorongan kuat dan mendatangkan kerind­uan yang luar biasa, sehingga mampu mengalahkan se­mua harapan kepada yang lain. Sebaliknya, ingatannya kepada neraka membuat hatinya selalu bergetar, mata­nya menangis, sehingga enggan dan takut sekali me­nyentuh hal-hal yang subhat, apalagi yang jelas haram.

Kesadaran itulah yang pernah dialami Haritsah. Suatu ketika, Nabi Muhammad saw menanyainya tentang kebe­naran iman sahabatnya itu dan Haritsah pun menjawab, "Diriku tak terpikat dengan kelezatan duniawi, karena itu aku laparkan siangku dari dunia dan berjaga-jaga di malam hari. Seakan-akan aku melihat kerajaan Tuhanku bersinar terang dan aku lihat penduduk surga bersuka ria dan penduduk neraka menjerit-jerit,"

Nabi saw lalu berkata, "Seorang yang beriman hatinya disinari oleh Allah. Dan engkau, Haritsah, telah tahu Tu­han (sampai pada tingkat makrifat), karena itu biasakan­lah!"

Hal serupajuga dinyatakan oleh seorang pemuda pa­da zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Suatu hari, Khalifah menanyakan kepada pemuda itu tentang surga dan neraka. "Wahai Amirul mukminien! " jawab pemuda tadi, "Jiwaku enggan dunia. Dalam pandanganku emas dan batu adalah sama. Seakan-akan aku melihat penduduk surga saling berkunjung, sementara penduduk neraka menjeritjerit kesakitan."

Setelah itu sang pemuda menceritakan hadis Nabi Muhammad kepada Amirul Mukminin, bahwa seluruh langit menggema. Tak sejengkal pun kosong dari gema. Karena setiap selebar empat jari dari langit yang luas itu ada seorang malaikat bersujud kepada Allah. Sang pe­muda lalu mengutip sabda Rasulullah: "Demi Allah seki­ranya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian sedikit tertawa dan banyak menangis. Kalian tak akan bersukaria dengan wanita di atas lantai permadani kalian, bahkan kalian akan pergi ke tempat-tempat yang tinggi lari berebutan menuju Allah."

Masihkah hati kita bergetar ketika mendengar 'nera­ka' disebut oleh seorang khatib, atau masih sempatkah kita berkata, Itu khotbah kolot?" Rasanya pertanyaan itu cukup menjadi barometer kebenaran iman kita. n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar