Selasa, 28 Juli 2009

MEMBERI NAMA YANG BAIK

Kolom tanya jawab ini pernah diterbitkan pada harian REPUBLIKA sekitar tanggal 07 Maret 1997…. Mudah-mudahan isinya kolom ini bisa menambah wawasan kita sebagai pengikut NABI MUHAMMAD SAW… selamat membaca dan semoga bermanfaat bagi kita semua……………………amien


MEMBERI NAMA YANG BAIK

Bapak Quraish Shihab.

Mohon penjelasan tentang pemberian nama kepada anak. Benarkah ada hadis yang menyatakan bahwa nama yang terbaik adalah nama yang mengisyaratkan penghambaan diri kepada Allah? Saya harap Bapak dapat memberikan empat pilihan nama yang islami untuk anak wanita saya. Semoga nama-nama itu dapat memberi semangat bagi mereka. Terima kasih.

Ahmad Karim, Biringkanaya Ujung Pandang,

dan Ridhwan Usman, Wates Yogyakarta

Nabi SAW menjelaskan bahwa,”Anak berhak memperoleh nama yang baik dari meluhurkan budi pekerti dari orangtua­nya." Karena itu pula tidak jarang Rasul mengubah nama-nama yang buruk menja­di nama baik, untuk kota maupun manu­sia.

Salah satu contoh nama kota yang diganti Rasul adalah Yasrib. Yasrib mak­nanya mengecam. Nama itu kemudian diganti menjadi Madinah yang bermakna harfiah tempat peradaban.

Ali bin Abhi Thalib menamai putranya Hareb (perang). Nama itu diubah oleh Rasullullah dengan Alhasan (yang baik). Sedangkan Umar bin Khatab RA menamai anak perempuannya Ashiyah (durhaka atau pembangkang) dan Nabi Muhammad SAW menggantinya menjadi Jamilah, yang artinya cantik.

seorang wanita bernama Barrah, dina­mai oleh Nabi SAW, Zainab. Nama tersebut diberikan kepadanya antara lain agar nama tersebut menjadi doa untuknya, atau mengingatkan sang anak kepada sesuatu yang berkaitan dengan namanya atau agar ia meneladani tokoh yang berna­ma seperti itu.

Ketika seorang memberi nama anaknya Muhammad, Sudirman, Aisyah, Khadijah, atau Kartini, maka yang diharapkan dari nama ini adalah agar sang anak meneladani sifat tokoh-tokoh tersebut.

Ketika seorang anak dinamai Hasan, Budiman atau Syifa (kesehatan kesempur­naan) Halimah (kelapangan dada), Aminah (yang selalu merasa aman), maka itu semua bisa merupakan doa agar sang anak menyandang sifat-sifat yang terkan­dung dalam namanya.

Rasul SAW kerap memperoleh kesan dari nama sesuatu. Misalnya, saat berlangsung perundingan Hudaibiyah yang alot. Pimpinan delegasi musyrik pun silih berganti berunding.

Tetapi ketika Sahel (mudah), tampil sebagai pimpinan delegasi musyrik, Nabi SAW berkomentar, "Telah dipermudah perundingan kita.'' Dan ternyata perun­dingan, yang menghasilkan perjanjian Hudaibiyah itu, berhasil dengan amat baik.

Sebelum berkecamuknya perang Badar, terjadi duel, tiga lawan tiga. Ali (yang ting­gi) putra Abu Thalib melawan Alwalid (si anak kecil) putra Utbah. Dan paman Nabi SAW Hamzah (singa) melawan Syaibah (si orang tua) putra Rabiah. Ali dan Hamzah berhasil membunuh kedua lawannya, tetapi Ubaidillah (si kecil hamba Allah) yang melawan 'Utbah (yang dikecam perbuatannya) imbang dalam duel. Memang akhirnya atas bantuan Ali dan Hamzah, tokoh musyrik ketiga ini juga terbunuh. Sementara kaum shufi menilai, nama-­nama yang mereka sandang itu di sam­ping menggambarkan sifat mereka, juga menjadi doa hingga wajar jika hasil duel itu seperti di atas.

Kita boleh setuju atau tidak dengan kesan di atas. Namun yang jelas nama dapat memberi kesan baik hingga menim­bulkan percaya diri atau kesan buruk yang menimbulkan rasa rendah diri — paling tidak kepada anak yang diberi nama.

Ada yang meriwayatkan bahwa Nabi SAW. menyatakan: Nama yang paling disukai Allah adalah apa yang dengan Dia disembah, diriwayatkan oleh At-thabrani. Juga ada riwayat lain yang menambahkan setelah "Dia disembah" kata "dia dipuji".

Kedua hadis ini dinilai dhaif (lemah), seperti dijelaskan oleh AI-Albany dalam bukunya Silsilah Al-Ahadist Ad-dhaifah jilid 1-586. Hadis yang dinilai sahih adalah yang menyatakan "Nama yang paling disukai di sisi Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman" Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud, dan Attirmizyd Ibnu Majah. n



Tidak ada komentar:

Posting Komentar