Kamis, 23 Juli 2009

Kekurangan Pangan

Artikel ini koleksi pribadiku yang aku lupa tanggal terbitnya, mungkin terbit sebelum tahun 2000 M, waktu itu aku langganan harian REPUBLIKA……. Isinya menarik dan masih up to date, karena banyak orang kaya kita yang sekalipun melaksanakan shalat, kurang peduli terhadap masya­rakat yang hidup miskin……. Saya harap artikel ini bermanfaat, dan saya hanya bisa berusaha mengingatkan ……….. Semoga ALLAH SWT memberi pahala kepada kita semua, sehingga kita dapat membangun apartemen di surga Firdausnya…..amien

Kekurangan Pangan

Oleh Alwi Shahab

Di suatu siang, ketika Nabi Muhammad saw dan para sahabat tengah berkumpul, datanglah rom­bongan dari Bani Mudhar. Mereka berpakaian compang-camping. Melihat keadaan yang demikian, wajah Nabi tiba-tiba berubah menampakkan kesedihan yang amat sangat.

Beliau pun serta merta menganjurkan supaya setiap orang mengeluarkan sedekahnya — sandang atau pangan. Maka berbondong-bondonglah para sahabat menyumbangkan apa yang mereka miliki. Melihat tumpukan pakaian dan makanan yang terkumpul, Rasulullah pun bergembira.

Bagi Nabi, lapar dan hidup dalam kemiskinan adalah satu hal yang biasa. Sebagai seorang pemimpin, Beliau selalu lebih mendahulukan kepentingan orang banyak, ketimbang diri dan keluarganya. Pernah, suatu ketika, Fatimah putrinya mengadu kepada Nabi bahwa ia tidak memiliki apa-apa untuk dimakan. Kepada putrinya, Nabi pun menunjukkan ikat pinggang di perutnya yang berisi batu untuk mengurangi rasa lapar.

Bagi Nabi, perih dan lapar yang diderita orang lain, terasa lebih menyusahkan hatinya, ketimbang kalau pen­deritaan itu menimpa dirinya. Karena kepeduliannya, mencakup rasa tanggungjawab terhadap orang lain, ter­hadap kesusahan, dan penderitaan sesama manusia.

Kita pun sebagai umatnya, yang oleh Allah diperin­tahkan untuk meneladaninya, seharusnya juga bersikap peka terhadap kesusahan dan penderitaan orang lain. Seperti sekarang ini, akibat musim kering berkepanjan­gan, banyak saudara-saudara kita di Tanah Air yang menderita kekurangan pangan.

Di Kabupaten Jayawijaja, Irian Jaya, ratusan orang meninggal akibat kelaparan. Lebih dari 50 persen murid-­murid tidak dapat ke sekolah, karena tak dapat berkon­sentrasi untuk belajar akibat kekurangan pangan. Bahkan Bupati Wenas mengingatkan bila bantuan pangan tidak secepatnya dikirimkan, ribuan orang di sana akan mati secara sia-sia karena kelaparan.

Sesuai dengan ajaran Islam yang sangat mementing­kan kesejahteraan masyarakat, menjadi tugas paling penting bagi kita semua untuk turut meringankan beban mereka.

Di masa sekarang ini, semakin banyak yang menya­dari, bahwa ketidakpedulian orang kaya terhadap pen­deritaan orang miskin, merupakan bahaya yang mengan­cam kelangsungan hidup masyarakat. Bahkan banyak yang mengaitkan, berbagai kerusuhan yang terjadi akhir­-akhir ini akibat kesenjangan dan kecemburuan sosial.

Karena itulah, Islam sejak lebih 14 abad lalu telah mengantisipasi bahaya ini dengan memerintahkan kepa­da orang berpunya untuk memberikan sebagian hartanya kepada kaum miskin, balk dalam bentuk zakat, sadakah maupun infak.

"Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebak­tian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan seba­gaian dari harta yang kamu cintai." (Ali Imran ayat 92). Tapi sayangnya, banyak orang kaya kita yang sekalipun melaksanakan shalat, kurang peduli terhadap masya­rakat yang hidup miskin. Karena itulah dalam surat AI-Maun mereka yang tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, oleh Allah dinilai sebagai mendusta­kan agama. Semoga kita dijauhkan dari sifat demikian, n



Tidak ada komentar:

Posting Komentar