Minggu, 23 Agustus 2009

Puasa dan Kemiskinan

Artikel ini pernah terbit pada kolom HIKMAH pada harian REPUBLIKA pada beberapa tahun lalu. Semoga isinya masih bisa bermanfaat buat sahabat zaameedhearts semua…… amien



Puasa dan Kemiskinan

Oleh AM Shahab

Wamo adalah salah seorang dari mereka yang kini semakin banyak berurbanisasi ke kota-­kota besar. Dia terpaksa melakukannya, karena sudah tidak memiliki apa-apa lagi di desanya, termasuk pekerjaan. Meninggalkan seorang istri dan dua orang anaknya di sebuah delta di Jateng, Warno dalam mengadu peruntungan di pinggiran Jakarta, Depok, tidak punya pilihan selain menjadi penarik becak.

Sebagai penarik becak, dia tidak pernah tahu tentang berbagai kemelut di Tanah Air. Yang dia risaukan adalah, bagaimana harus mendapatkan uang setiap hari guna membiayai keluarga dan dirinya, di tengah persaingan dengan rekan­-rekannya. Warno merupakan salah satu gambaran dari kemiskinan yang banyak didapati di negeri ini.

Islam sangat menganjurkan untuk membela nasib dan meng-angkat derajat orang miskin, karena hal ini berarti melanjutkan tugas Rasul SAW. Beliau pernah mengatakan, “Segala sesuatu ada kuncinya, dan kunci ke surga adalah mencintai orang-orang miskin. Carilah aku di antara mereka."

Banyak ayat dan hadis berbicara tentang kewajiban membebaskan kaum dhuafa, menyantuni anak-anak yatim, fuqara, masakin, dan sebaliknya mengecam keras mereka yang melalaikan kewajiban ini. Menurut Fazlul Rahman, seorang ulama kontemporer dari Pakistan, di antara misi penting Islam adalah membela, menyelamatkan, membebaskan, melindungi, dan memulihkan kelompok yang lemah atau yang dilemahkan, yang menderita dan yang dibikin menderita.

Tapi sayangnya, masih banyak di antara kita, termasuk mereka yang disibukkan dengan ibadah mahdlah, kurang peduli pada kemiskinan, kebodohan, kesulitan hidup yang diderita saudara­saudaranya. Betapa mudahnya jutaan bahkan miliaran rupiah dihabiskan untuk pesta-pesta, sementara ribuan anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena tiadanya biaya tidak dipedulikan

Dalam, suasana bulan suci Ramadhan yang marak dengan kegiatan amal saleh sekarang ini, sebaiknya ulama dan tokoh agama lainnya lebih mempertajam lagi upaya-upaya meningkatkan perhatian orang‑orang berpunya terhadap kaum fuqara dan masakin. Nabi selalu menyuruh kita untuk mengikuti ulama, selama mereka tidak mengikuti hawa nafsunya. Ketika ditanyakan para sahabat, apa tanda ulama yang mengikuti hawa nafsu? Beliau menyatakan, "Mereka meninggalkan fuqara dan masakin, dan mengetuk pintu-pintu para sulttan.

Nabi SAW juga menyatakan, "Semua orang beriman bersaudara. Dan iman seseorang belum sempuma, sebelum mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri."

Menurut Mohamad Husain Haekal, kewajiban zakat dan sedekah terikat oleh kewajiban ini. Karena segala sesuatu yang terikat oleh persaudaraan, terikat pula oleh iman, dan itu merupakan ibadah. Itu sebabnya zakat menjadi salah satu rukun Islam yang lima. n



Tidak ada komentar:

Posting Komentar