Selasa, 18 Agustus 2009

sederhana Itu Indah

Artikel ini pernah terbit pada harian REPUBLIKA. aku lupa tanggal terbitnya, yang pasti isinya baik, karena mengajarkan nilai-nilai kesederhana-an yang mungkin sudah terlupakan oleh banyak orang. Semoga aku bisa mengikuti anjuran RASULULLAH...... Amien Yaa ROBBB



sederhana Itu Indah

Oleh Toto Tasmara

Sudah menjadi aksioma, apabila budaya kebendaan telah merasuki peradaban, seringkali diiringi pula dengan semakin menipisnya nilai-nilai moral. Kehidupan manusia dipilah-pilah berdasarkan kriteria kekayaan dan jabatan kekuasaan, sehingga kita menge­nal ada istilah kelas ekonomi, kelas bisnis, dan VIP alias manusia sangat penting.

Kita seakan dipojokkan pada situasi tanpa pilihan, menjadi piranti kehidupan yang harus menerima, seraya menampilkan sosok manusia berdimensi satu: manusia bendawi ! Tahta, harta, dan wanita menjadi asesoris kemewahan, sebuah mata rantai yang tidak terpisahkan untuk mereguk kenikmatan bendawinya tersebut. Bagi mereka, hidup adalah pesta, sanjungan, dan hura-hura. Persaingan sehat menjadi sebuah utopia dan khayalan. Moral dan etika semakin temaram dan kemudian lindap.

Mereka terlena dari zikir, mabok kepayang dibius keserakahan hawa nafsu. Mempertontonkan kemewah­an di tengah-tengah jentan kemiskinan. Menunjukkan arogansi kekuasaan di hadapan orang-orang yang telah terampas hak asasinya.

Dalam situasi seperti itu, para mujahid dakwah harus tampil ke depan untuk memberikan pelita kebenaran, mengingatkan dan mengajak mereka untuk tetap hidup sebagai manusia yang sederhana. Hidup bukanlah untuk menumpuk harta sehingga tidak produktif, tetapi justru menjadikan harta yang kita miliki mengalir dan beredar menjadi aset masyarakat, dan membersihkannya melalui Baitul Maalyang amanah. Sabda Rasulullah saw, "Kekayaan itu bukan karena banyaknya harta benda yang dimiliki, tetapi kekayaan jiwa." (HR Bukhari).

Sayidina Ali menyatakan, "Kalau engkau ingin menjadi raja, maka pakailah sifat qona'ah (puss). Kalau engkau ingin surga dunia sebelum surga akhirat, pakailah budi pekerja yang mulia."

Dalam satu kesempatan, Rasulullah saw bersabda: Tuhanku telah menawarkan kepadaku untuk menjadikan lapangan di kota Mekah menjadi emas. Aku berkata, “Jangan Engkau jadikan emas wahai Tuhan! Tetapi, cukuplah bagiku merasa kenyang sehari, lapar sehari. Apabila aku lapar, maka aku dapat menghadap dan mengingat-Mu, dan ketika aku kenyang aku dapat bersyukur memuji-Mu.' (HR Ahmad dan Tarmidzi).

Ucapan Baginda Rasul tersebut merupakan salah satu mutiara akhlakul karimah yang disebut dengan qona'ah. Yaitu sikap menerima apa yang ada, sambil terus ihtiar, sabar, dan tawakal, serta waspada agar tidak ter­perangkap oleh segala godaan yang menyesatkan serta tipu daya setan yang selalu menyelusup di hati manusia. Qana'ah seperti inilah yang kita sebut sebagai hayatan jamilah wa toyibah (hidup yang indah dan sejahtera).

Kita harus menjadi orang-orang yang kaya tetapi qona'ah. Kita harus tampil sebagai bangsa yang besar di mana sebagian besar para pemimpinnya adalah sosok manusia yang tampil sebagai uswatun khasanah dan bersikap hidup sederhana.

Menjalani hidup bersama dengan orang miskin walaupun kita kaya, mendengarkan jeritan kaum dhuafa dan hidup sederhana walaupun kita mampu, adalah ciri pemimpin yang qana'ah. Itu semua karena kita sadar bahwa sederhana itu indah! n




Tidak ada komentar:

Posting Komentar