KIAI SADRUN
Oleh Nur Muhammad
Kiai Sadrun adalah sosok kiai desa yang sangat cerdik. la adalah panutan bagi warga desanya dan tempat memecahkan berbagai macam persoalan kehidupan. Tamu-tamunya, dari berbagai macam status sosial, dari, yang awam sampai para pejabat.
Penarnpilannya sangat sederhana namun bersahaja. Kemana-mana tak lepas dari sorban dan kemana-mana pula selalu memakai sarung dan bakiak. Sekilas, orang akan mengira sebagai kiai kampungan. Tetapi tidak demikian adanya: Kiai Sadrun adalah kiai yang cerdas dan berwawasan luas.
Suatu hari Kiai Sadrun kedatangan tamu dari Vanderplas. "Pak kiai, dapatkah Pak kiai memberikan penjelasan/dalil tentang_bahayanya minuman keras, tetapi dalil ini bukan untuk orang Islam, tetapi untuk orang yang sekuler dan berpikiran maju, sekiranya dapat diterima oleh mereka," demikian tanya Vanderplas.
"Ah, saya ini tidak tahu apa pak", ujar Kiai Sadrun sembari senyum. Saya ini
"Bisnis? Kiai ini apa-apaan, saya tanya tentang dalil minuman keras, pak kiai malah mau bicara soal bisnis".
Kebetulan saat itu Vanderplas sedang memakai cincin dari giok dan di jari manis pak Kiai melingkar sebuah cincin dari batu akik Yaman.
“Bagaimana kalau cincin bapak ditukar dengan cincin saya ini” ujar pak kiai sambil menunjukkan jari manisnya.
“Wah Pak kiai ini rupanya punya naluri bisnis juga," pikir Vanderplas.
"Tapi apa mungkin Pak kiai, batu giok yang semahal ini mau ditukar dengan batu akik Yaman itu? Ah, yang benar saja Pak kiai, nggak masuk akal," kata Vanderplas. "Nah begitu juga," tegas Kiai Sadrun, suaranya agak meninggi. "Akal yang sehat kenapa mau ditukar dengan yang merusak akal? Minuman keras itu!". Vanderplas langsung keok tetapi hatinya langsug puas.
Kiai Sadrun pemah dipusingkan oleh putera bungsunya. Pasalnya, putera bungsunya itu sudah menjadi wali dalam usianya yang sangat muda. Hal itu diketahuinya sewaktu Kiai Sadrun sengaja mengajaknya ikut menunaikan ibadah haji.,
Sejak menginjakkan kaki ditanah suci, putera bungsunya itu bertanya pada Abahnya dengan penuh kekaguman. "Abah! Abah!, bangunan apa yang menjulang kelangit?" dia bertanya.
"Mana, bangunan apa? mana ada bangunan?" jawab Kiai Sadrun penasaran sambil matanya menerawang jauh kearah atas yang ditunjuk oleh putera bungsunya itu. Tetapi sunyi, kosong dan hampa. Kiai Sadrun justru tidak melihat apa-apa.
Kiai Sadrun baru menyadari, kalau anak bungsunya ini sudah menjadi wali. Memang menurut seseorang yang sudah mencapai tingkat Maqam Arif Billal, bangunan Ka'bah itu pada hakikatnya menyambung kelangit, bukan buntung seperti yang kita lihat dengan mata telanjang, apa lagi tengan mata yang selalu berlumuran dengan dosa. Kalau tidak? Mengapa berjuta-juta malaikat bertawaf di Baitul Makmur. Pasti, Ka’bah yang ada di langit ada hubungannya dengan Ka'bah yang ada dibumi.
Setelah melintasi
Setelah makan dan minum, mereka keluar dari restoran itu. Beberapa langkah kemudian, tiba-tiba bangunan yang menakjubkan yang dilihatnya menjulang kelangit itu lenyap seketika dari pandangan mata putera bungsu Kiai Sadrun. Gara-gara makan di restoran. (Laporan info Halal Republika tanggal 20 desember 1996): "Tulisan 100% halal hanya taktik orang dagang" mungkin ada relevansinya dengan bagian akhir cerita ini, agar lebih berhati-hati kalau terpaksa makan direstoran. Tinggalkan yang ragu-ragu menuju pada yang tidak ada keraguan sama sekali, demikian Rasulullah bersabda. Lagi pula Rasulullah juga bersabda, "seburuk-buruk tempat adalah pasar . Artinya pola kehidupan pasar dan hukum-hukum bisnis pada umumnya cenderung manipulatif dan menghalalkan segala cara.
Yang jelas, kalau sebuah restoran ada, menjual minuman keras, pasti restoran tersebut sudah tidak steril dari syubhat yang harus ditinggalkan . Kalau anda lakukan ini dan bertaqwa kepada Allah, jangan kaget kalau anda melihat ka'bah menjulang kelangit, dan malaikat bertawaf di Arasy.
penuliis adalah : Peneliti sosial di Yayasan YAPIDA dan pernah mondok di Pesantren Sidogiri.
Kini tinggal di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar