Buku ini tebalnya 605 lembar, menarik untuk dibaca untuk menambah keimanan, seperti cerita yang satu ini… mengapa Nabi Ibrahim AS minta agar Ismail AS menceraikan istri nya, dan many more interesting story. Beli aja deh buku nya, pasti ga rugi koq….. selamat membaca dan semoga bermanfaat
Pernikahan Ismail as
Burung-burung beterbangan di atas mata air Zamzam. Sekelompok dari mereka berkumpul di sekitar mata air. Kehidupan baru di
Utusan kaum jurhum pun berangkat. Saat sampai, air di depan mata. Maka dia langsung kembali dengan membawa kabar gembira kepada mereka. Kaum itu dengan suka cita berangkat menuju mata air dan sampailah mereka di tanah Mekah. Ketika mereka berada di dekat air, mereka menghampiri ibu Ismail. Mereka meminta izin untuk meletakkan sarana mukim di samping Hajar berada, dan mengambil air. Hajar mengizinkan mereka untuk menetap, dengan syarat mereka sebagai tamu-tamu yang patut dihormati. Bukan mereka singgah lalu merampas tanah ini.
Kaum jurhum setuju dengan keinginan Hajar dan menetap di
Ismail kini sudah dewasa dan matang. Namanya dikenal dan suaranya didengar. Sehari-hari dia hidup bersama kaum ini, bergaul dengan mereka dan belajar bahasa Arab kepada mereka. Kemudian dia menikah dengan wanita mereka. Dengan begitu, dia bercampur dengan mereka. Ikatan hubungannya dengan mereka menjadi kuat.
Sudah pasti Ismail bahagia dengan posisinya dan dia merasakannya. Tetapi masa bahagia berlalu dengan cepat, berganti duka sejak ibunya wafat. Kehilangan sang ibu, sangatlah berat dipikul di pundaknya. Hatinya sangat tertekan oleh beban duka ini. Sebab Hajar telah menjaganya di waktu ia bayi dan melindunginya. Di masa remaja pun kasih sayang ibu meliputi dirinya. Ibunya adalah penjaganya dalam setiap kejadian dan penolongnya dalam segala cobaan.
Tamu yang Sebagai Tuan Rumah
Adapun Ibrahim as meskipun jauh dari putranya, takkan melupakan perpisahannya di tanah Mekah. Dia takkan pernah melepaskan buah hatinya. Sering dia pergi ke tanah ini untuk menemui keluarga dan anaknya, dan ingin mengetahui keadaan mereka. Di salah satu safarnya ke Mekah, di rumah Ismail dia mendapati isterinya seorang diri. Maka beliau menanyakan keberadaan Ismail.
Isteri Ismail menjawab, "Dia sedang pergi mencari nafkah." Dia menceritakan tentang keadaan hidup mereka, dan berkata, "Keadaan kami kacau. Kami hidup miskin dan sengsara."
Ibrahim as mendapati sikap isteri Ismail, yang menunjukkan bahwa dia wanita tidak baik. Tidak pasrah pada kehendak Tuhan dan tidak rela pada takdir-Nya dan nasib (rumah tangga) mereka.
Ibrahim memandang wanita ini tak pantas sebagai isteri Ismail, sebab mengeluh hidup (berumah tangga) dan keadaannya dengan Ismail. Oleh karenanya, Ibrahim berpaling darinya dan ketika hendak pulang ia berkata, "Sampaikan salamku pada suamimu, dan sampaikan pesanku padanya agar dia merubah gerbang rumahnya." Kemudian dia meninggalkan tanah Mekah.
Maksud Ibrahim as mengubah gerbang rumah ialah, Ismail diberitahu dengan isyarat agar menceraikan isterinya, lalu memilih isteri yang baik.
Lama kemudian Ismail pulang ke rumahnya. Melihat keadaan di rumah, dia tahu kalau sebelumnya ada seorang tamu di rumah. Karena itu dia bertanya, 'Apakah tadi ada seseorang datang ke rumah kita?"
"Ya", jawab isterinya. "Hari ini seorang lelaki tua dengan ciri-ciri demikian datang ke rumah kita dan menanyakan keadaanmu. Maka aku terangkan keadaanmu padanya. Orangtua itu sayang kepadamu, dan sangat ingin mengetahui keadaanmu. Lalu dia mengetahui keadaanmu. Dia berkata padaku, "Kami menjalani hidup dalam kesulitan dan sengsara."
`Apakah tidak ada pesan untukku dari lelaki tua itu?" tanya Ismail. Isterinya menjawab, '
Ismail berkata, "Lelaki tua itu adalah ayahku, dan beliau menyuruhku supaya aku berpisah darimu." Tanpa menunda waktu, atas saran Ibrahim, Ismail bercerai dari isterinya.
Isteri yang Setia
Hari-hari telah berlalu. Di kesempatan lain Ibrahim kembali untuk menanyakan keadaan putranya, agar reda gejolak rindu dalam hatinya. Dia datang ke rumah Ismail. Tetapi dia pun tak melihat seorang kecuali isterinya yang baru. Ibrahim menanyakan keadaan Ismail. Isterinya menjawab, "Beliau sedang keluar rumah untuk mencari nafkah."
Ketika Ibrahim hendak pulang, dia bertanya tentang keadaan hidup yang dijalani Ismail. Wanita itu mengungkapkan, "Kami dalam kebahagiaan berkat kemurahan dan kasih sayang Allah. Kami nikmati karunia-Nya yang tak terbatas, dan kami hidup bahagia."
Ibrahim senang mendengarnya. Dia percaya pada sifat qana’ah dan keimanan isteri Ismail ini. Sebab nyata baginya bahwa menantunya ini seorang wanita yang qana'ah, rela, bersyukur dan beriman. Ibrahim tahu bahwa pasangan suami isteri ini hidup dalam kebahagiaan dan kelapangan. Karena itu dia berkata, "Sampaikan salamku kepadanya. Pesanku kepadanya, hendaknya ia memelihara gerbang rumahnya." Lalu berangkat pulang.
Sore harinya, sebagaimana biasa Ismail pulang ke rumah. Kemudian dia menyinggung soal kedatangan tamu. Sang isteri menjawab, "Hari ini seorang Lelaki lanjut usia berwajah tampan dan berwibawa ke rumah kita. Dia menanyakan soal kehidupan kita. Aku bilang padanya, kami dalam keadaan sehat wal afiat. Dia berpesan padaku, supaya aku menyampaikan salamnya kepadamu, dan agar kau pelihara gerbang rumahmu."
Ismail berkata, "Lelaki tua itu adalah ayahku. Dia berpesan supaya aku tidak melepaskanmu. " Dengan demikian, wanita ini hidup bersama Ismail sampai akhir hayat. Darinya semua, lahir putra-putra Ismail.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar