Menghadirkan Hati
Oleh Didin Hafidhuddin
Dalam sebuah riwayat dikemukakan bahwa setiap kali Umar bin Khattab r.a. mendengar suara adzan menyerukan untuk shalat, beliau segera bergegas mengambil air wudlu dalam keadaan bergemetar tubuhnya. Seorang sahabat bertanya kepadanya, "Mengapa wajah Anda kelihatan pucat pasi dan bergemetar ketika berwudlu?"
"Bagaimana mungkin saya tidak pucat pasi dan bergemetar, padahal saya akan menghadapkan diri dan jiwa saya (untuk melakukan shalat) kepada Dzat yang menciptakan saya, yang memberikan rezeki dan yang menghidupkan serta mematikan saya?" jawab Umar bin Khattab.
Subhanallah, itulah sikap dan ucapan seorang hamba Allah yang ketika melakukan ibadah selalu menghadirkan hatinya. menghayati benar apa yang sedang dan yang akan dilakukannya. Shalatnya bukan sekadar ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, akan tetapi hatinyajuga hadir untuk selalu mengingat-Nya. Dalam kaitan dengan ini, Allah swt berfirman: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku" (QS. 20: 14)
Berusaha menghadirkan hati sambil menghayati makna bacaan yang kita ucapkan ketika kita melakukan ibadah, di camping akan menjadikan ibadah kita semakin khusuk, juga diharapkan akan semakin memperkuat kesadaran Tauhid yang kita aplikasikan setelah kita melakukan ibadah tersebut. Rasulullah saw menjelaskan: Sesungguhnya shalat itu adalah mir`aj-nya (pertemuan hamba dengan Tuhannya) orang yang beriman."
Atas dasar itu, kita harus semakin radar bahwa apa pun yang kita lakukan dalam kehidupan ini, tidak akan pemah terlepas dari pengawasanNya. Apa yang kita perbuat, balk atau buruk, pasti akan dicatat para malaikat-Nya yang selalu hadir bersama kita, untuk kemudian dibalas-Nya sesuai dengan amal yang kita lakukan.
Allah swt menjelaskan: Sesungguhnya bagi kamu ada malaikat-malaikat yang mengawasi pekerjaanmu, yang mulia d sisi Allah dan yang mencatat pekerjaan-pekerjaanmu itu; mereka mengetahui apa yang kamu lakukan. (QS 82: 10-12)
Dengan ibadah yang demikian itu, diharapkan dimensi ketakwaan yang kita lakukan akan semakin menyentuh dan mengikat semua akfivitas yang kita kerjakan. ini karena pada dasamya takwa itu harus kita hadirkan kapan pun di mana pun kita berada.
Rasulullah saw bersabda: Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada. Ikutilah pekelaan yang buruk dengan pekerjaan yang baik, maka pekerjaan yang baik itu akan menghapuskan kesalahan dari pekerjaan buruk tersebut, dan bergaullah dengan sesama manusia dengan pergaulan yang balk. " Wal lahu 'Alam bi AshShawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar