Minggu, 14 Juni 2009

PERUSAHAAN IDEAL

dari koleksi kliping pribadiku yang sangat berharga, artikel ini pernah ada di harian REPUBLIKA tanggal terbitnya saya tidak ingat..... tetapi yang cukup menarik adalah isi nya mengenai kondisi perusahaan yang meliburkan staffnya selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan, perusahaan sebesar Bakrie pun tidak dapat melakukannya, mulianya orang yang mempunyai seperti itu, semoga saja salah satu anak perusahaan ku ada yang bisa............ amienn


TENTANG NIKMATNYA PUASA


ANTARA KODEL, BAKRIE dan SARI BUNDO


Suatu hari Sugeng Saijadi (bos Grup Kodel) dan Aburizal Bakne (bos Grup Bakrie) ter­libat pembicaraan santai. "Mana yang lebih kuat: Kodel, Bakrie atau Sari Bundo?"

Keduanya sepakat bahwa yang terkuat adalah pengusaha restoran padang Sari Bundo. Bagaimana ti­dak, setiap bulan Ramadhan resto­ran mereka tutup, dan pemiliknya shalat tarawih di Masjidil Haram, Makkah Al Mukarramah. Setelah lebaran restoran mereka buka kembali, dan malah tambah maju. Mungkin itu berkah dan hasil doa mereka selama di Makkah.

Mana ada perusahaan industri yang menghentikan kegiatan pro­duksinya selama sebulan, kemudian beroperasi kembali, dan malah tambah maju? "Kalau Kodel dan Bakrie berhenti beroperasi sebulan, pasti bangkrut." cerita. Sugeng saat diskusi khusus Ekonomi Politik RAPBN 1987/1988 yang diadakan Indef dan Republika baru-baru ini.

Sari Bundo hanyalah satu dari sekian banyak contoh pengusaha yang memadukan religi dan bisnis. Hampir semua restoran padang tu­tup selama bulan Ramadhan. Pemilik dan karyawannya kebanyakan pulang kampung. Kalaupun tidak, mereka lebih senang memanfaat­kan waktunya untuk memperba­nyak ibadah puasa, membaca Quran dan shalat tarawih.

Nuansa religi seperti di atas tak hanya milik orang-orang Minangkabau. Kini makin banyak muslim yang menyadari betapa berharganya bulan Ramadhan dan mereka ingin memanfaatkannya untuk beramal ibadah sebanyak-banyaknya.


Mak Suroh, pedagang nasi di Rangkapan Jaya Baru, Depok, se­jak bertahun-tahun lalu sentantiasa tutup setiap kali datang bulan Ra­madhan. Selain karena ingin khusyu’ berpuasa temyata dia juga punya alasan lain. "Kalau kita buka pukul empat sore, ada saja orang yang datang untuk makan. Kalau enggak dilayani, kagak enak. Men­dingan tutup saja sekalian," tutur­nya.

Lalu bagaimana janda tua itu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ? Ada kiatnya: Selama. 11 bulan dia selalu menyisihikan pendapat­annya untuk ditabung. Uang ta­bungan itulah yang dipakainya untuk hidup selama bulan puasa.

Hampir sama, cerita Mas Agus, pedagang bubur ayam asal Jawa Tengah yang mangkal di Desa Rangkapan Jaya Baru juga. Pelanggannya tak hanya dari Depok dan sekitamya, tapi juga datang dari Ja­karta. Tak jarang kalau pagi hari ada satu, bus karyawan yang ber­henti dan membeli bubur ayamnya.

Pada hari Sabtu dan Ahad, orang-orang harus rela antri untuk dapat menikmati bubur ayam Mas Agus. Apa sih rahasianya? "Tiap malam saya. shalat Tahajjud, saya mohon kepada Allah agar orang­-orang membeli bubur saya," cerita­nya kepada Republika?.

Beberapa hari menjelang Rama­dhan, Mas Agus selalu pulang kampung bersama keluarganya. Selama di kampungnya, dia sengaja tidak bekerja mencari nafkah apa pun. Waktunya seutuhnya dicurah­kan untuk beribadah dan silaturah­mi. ika



Tidak ada komentar:

Posting Komentar