Senin, 08 Juni 2009

Memaafkan Istri

Banyak kisah menarik dari buku yang dikarang oleh Ahmad Rofi Usmani, yang salah satunya adalah kisah mengenai memaafkan istri, sepertinya kisah ini bisa dijadikan bahan pelajaran bagi kaum muslim. Sebaiknya anda membeli buku ini untuk dijadikan bacaan yang baik di rumah, kantor atau dimanapun anda berada.
Semoga hal ini bermanfaat buat kita semua............................................................
Adapun kisahnya dan bukunya adalah sebagai berikut :



Memaafkan Istri Tercinta yang Bersikap Kasar

HARI itu ada seorang tamu mengunjungi 'Umar bin Al­-Khaththab, yang menjabat khalifah, untuk mengadukan keburukan perilaku istrinya yang acap berkata kasar dan keras kepada pria itu. Sebelum mendapat izin masuk ke tempat sang khalifah, orang itu berdiri di pintu menunggu sang khalifah keluar. Tiba-tiba terdengar olehnya suara istri `Umar mengeluarkan kata-kata kasar dan keras kepada sang khalifah. Ternyata, khalifah yang kala berpidato pertama kali selepas menjabat khalifah menyatakan, "Ya Allah Yang Mahakuasa. Aku seorang yang keras, karena itu jadikanlah aku berhati lembut, aku ini lemah, karena itu karuniailah aku kekuatan. Kini, orang-orang Arab bagaikan unta-unta binal, sedangkan kekang kendali mereka di tanganku. Li­hatlah, aku akan menjaga mereka agar tetap di atas jalan mereka," diam saja. Tanpa menjawab umpatan dan kata­-kata istri tercintanya. Walau sepatah kata pun.

Mengetahui hal yang clemikian itu, sang tamu tiba-tiba merasa malu dan beberapa saat kemudian ia lantas membalikkan langkah seraya bergumam, 'Jika demikian keadaan `Umar bin Al-Khaththab yang terkenal keras dan tegas, apa­lagi ia seorang khalifah, betapa pula dengan saya!"

Ketika orang itu sudah berbalik langkah hendak kembali ke rumahnya, ayahanda Hafshah, istri Rasulullah Saw., itu keluar dan melihatnya. Lalu, sang khalifah memanggilnya seraya bertanya, 'Apa keperluanmu, wahai saudaraku?"

"Wahai Amirul Mukminin," jawab orang itu selepas mengucapkan salam dan berbagi sapa sejenak dengan sang khalifah yang dihormatinya itu. "Sejatinya saya datang un­tuk mengadukan kepadamu perihal keburukan perilaku istri saya. Tapi, ketika saya sampai di sini, saya mendengar istri­mu ternyata bersikap demikian pula kepadamu. Maka, saya berucap dalam hati, Jika demikian keadaan Amirul Muk­minin dengan istrinya, betapa pula saya dengan istri saya.' Saya pun membatalkan niat saya tersebut dan bermaksud akan pulang."

"Wahai saudaraku! Saya memaafkannya karena bebe­rapa sebab: ia adalah juru masak makananku, membuat­kan roti untukku, mencucikan pakaianku, dan menyusui anak-anakku. Padahal, semua itu tidak wajib atas dirinya. Selain itu, ia menenangkan hatiku dari perbuatan haram. Karena itu, saya memaafkannya," ucap `Umar bin Al-Khath­thab menjelaskan.

"Wahai Amirul Mukminin! Demikian pula halnya de­ngan istri saya," ucap sang tamu.

"Maafkanlah dia, wahai saudaraku. Itu tidaklah lama kok!" saran khalifah yang kala remaja pernah bekerja se­bagai penggembala domba itu.

Betapa gembira sang tamu mendapat pengarahan de­mikian. Segera ia memohon diri kepada khalifah untuk kembali ke rumahnya. Dan, sejak itu, orang tersebut tak pernah bersikap dan bertindak keras terhadap istri tercintanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar