Jumat, 19 Juni 2009

TERTAWA ITU SEHAT TERNYATA SALAH....

Ada kata-kata yang ajku dapatkan dari buku atau majalah kuno yaitu : WHEN I DIE, I WILL SURELY GO TO HEAVEN, FOR I SPENT MY TIME IN HELL ………………………. Dan aku suka tertawa bila ingat hal itu, setelah aku temukan membaca artikel ini, aku berusaha tidak tertawa terbahak-bahak… karena hal itu merupakan penghancur kelezatan.

Hal ini mungkin juga terjadi pada kebanyakan ummat manusia, semoga ini bias bermanfaat bagi zaameed, semoga usaha ku ini mendapatkan pahala dari ALLAH yang sangat kucintai……..AMIEN



TERTAWA TERBAHAK-BAHAK

OLEH SYARQAWI DHOFIR

Hasan Bashri yang dikenal sebagai tokoh halus sunnah wal jamaah menanyai pemuda yang sedang tertawa lepas, "Apakah kamu sudah menyeberangi shirat? Apakah sudah pasti kamu akan masuk surga atau neraka?" Pemuda itu menjawab semua pertanyaan dengan "belum". Lalu beliau bertanya lagi, "Lalu mengapa engkau tertawa sedemikian rupa?" Nasihat yang berbentuk pertanyaan itu ternyata meresap di hatinya. Dan sejak itu sang pemuda bertobat dari tertawa.

Konon, seorang mata-mata Jerman di zaman Nazi, berhasil diketahui sebagai agen mata-mata Setelah tertawa terbahak-bahak saat berkumpul bersama tentara Amerika. Karena logat Jermannya lepas. Padahal ia telah dilatih lama untuk berbicara bahasa Inggris dengan logat Amerika, dan telah menjalankan misinya bertahun-tahun. Secara psikolo­gis, orang tertawa lepas sangat mudah kehilangan kontrol kesadaran dan sehingga mudah pula ditimpa kelalaian. Alquran menyebutkan. "Apakah karena pembicaraan ini kamu kaget lalu tertawa dan tidak menangis, padahal pada saat semacam itu kamu sebenamya sedang lalai" (Al-Najm: 59). Dan bagi yang telah terbiasa, akan kehilangan kepekaan menangkap keprihatinan yang perlu direnungi dan dipikirkan serius, karena "tertawa terbahak-bahak itu mematikan hati".

Menurut riwayat lbnu Umar, ketika pergi ke masjid, Rasulullah bertemu dengan orang-orang yang sedang berbicara sambil tertawa. Setelah berhenti untuk memberi salam beliau menasihati mereka, "Perbanyaklah ingat penghancur kelezatan!" Seorang di antara mereka bertanya, "Apakah itu ya Rasulullah?". Dengan singkat beliau men­jawab, "Kematian".

Kemudian beliau meneruskan perjalanannya sampai bertemu lagi dengan sekelompok orang yang sedang tertawa terbahak-bahak, beliau pun berhenti. Setelah bersumpah atas nama Allah, beliau berkata, "Kalau saja kalian tahu apa yang saya tahu, niscaya kalian akan tertawa sedikit dan akan menangis banyak.

Mengabuli permintaan Nabi Musa, Khidzir menase­hatinya, "Ya Musa, jangan banyak bicara, jangan berjalan tanpa kepentingan, jangan tertawa tanpa kekaguman, jangan menjelek-jetekkan orang salah lantaran kesalahan­nya, dan menangislah karena dosa-dosamu wahai anak Imran! "

Ketika Khidzir berjalan bersama Nabi Musa bertemu dengan sebuah rumah yang sedang rusak. Khidzir lalu mem­perbaikinya, karena menurutnya, di bawah rumah itu terda­pat lempengan emas, warisan dari seorang ayah yang saleh untuk dua putranya yang yatim. Di atas lempengan emas itu tertera lima kalimat hikmah, empat di antaranya menun­jukkan keheranan ayah yang saleh itu pada orang yang yakin pada kematian tapi masih bisa bergembira, orang yang yakin pada keberadaan neraka tapi masih bisa tertawa, dan orang yang yakin pada takdir tapi masih berduka cita. Sedang yang satu lagi berisi, "Tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasul Allah".

Dalam riwayat orang-orang saleh terdapat pelajaran berharga. Mereka lebih banyak menangis daripada tertawa. Kalaupun tertawa, mereka lebih memilih tersenyum seba­gaimana dicontohkan banyak oleh Rasulullah. Mereka berbuat demikian biasanya karena tak memperoleh kepas­tian, apakah dosa mereka sudah diampuni, amal-amal keba­jikan mereka sudah diterima, nasib masa depan mereka di surga atau di neraka dan apakah mereka termasuk hamba yang dibenci atau dicintai oleh Allah. Itulah yang membuat mereka selalu berpikir sambil menangis dan berusaha sekuat tenaga meningkatkan kualitas pengabdian mereka kepada Allah. Pernakah kita menangis karena hal-hal tersebut? Dan berapa banyak?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar