Oleh Alwi Shahab
Sumber : Harian Republika Kolom Hikmah
Membicarakan kejelekan orang lain dan mencelanya disebut menggunjing jika kejelekan itu memang benar, dan disebut fitnah jika tidak benar. Islam menilai kedua-duanyanya sebagai perbuatan tercela.
Kita menyadari bahwa Allah swt tidak menciptakan seorang manusia pun yang bebas dari dosa dan kesalahan. Tak ada manusia yang sempurna. la bisa khilaf dan melakukan kesalahan.
Itulah sebabnya mengapa Allah melarang membicarakan kejelekan orang lain. Kita pun, tentu saja, juga tidak suka bila ada orang yang membicarakan keburukan dan aib kita. Karena itu, alangkah baiknya jika kita juga bisa menghindari dari mempergunjingkan aib orang lain.
Allah memperingatkan, .....dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?"' (AI-Hujarat: 12).
Imam AI-Ghazali mencatat 20 macam kelemahan lidah, yang disertai dengan perincian-perinciannya. Di antaranya dusta, berguncing, memberi kesaksian palsu, membicarakan kelemahan orang lain, dan omong kosong.
Banyak ayat maupun hadis Nabi Muhammad saw yang memperingatkan kita tentang akibat buruk ketergelinciran lidah. Kata Nabi saw, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaknya ia berbicara yang baik-baik atau diam,"
Namun bukan berarti kita harus mengunci mulut atau bungkam seribu Bahasa, karena Allah memerintahkan kepada setiap manusia untuk beramar ma’ruf nahi munkar, yang antara lain lewat perkataan. Dengan begitu yang dimaksudkan diam dalam hadis Nabi itu adalah kita diminta untuk berbicara soal-soal yang baik dan di ridhoi Allah.
Kita sering mendengar dan membaca di berbagai media
Di antara bahaya lidah itu, yang sering diingatkan oleh Nabi saw, adalah dusta dan tidak menepati janji. Banyak di antara kita yang seenaknya saja memberikan janji-janji, tanpa menyadari bahwa apa yang kita janjikan itu harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Firman Allah, "Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf: 18).
Karena itu, orang yang sadar bahwa ucapannya sama dengan perbuatannya, yakni akan diperhitungkan (dihisab) kelak, ia tentu akan berbicara hal-hal yang baik dan bermanfaat. la tak akan mau sesumbar memberikanjanji-janji,demi hanya untuk kepentingan diri, kelompok, dan golongan. "Hai orang-orang beriman, penuhilah segalajanji." (QS.AI Maidah: 1).
Nabi saw memperingatkan kepada umatnya untuk selalu menepati janji. "Janganlah kamu berbantah-bantahan dengan saudaramu dan jangan pula menjanjikan dengan dia satu janji lalu engkau menyalahi janji itu," kata Beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar