Minggu, 14 Februari 2010

Memakmurkan Masjid

Oleh Didin Hafidhuddin

Sumber : Harian Republika Kolom Hikmah


Masjid, secara harfiiyah berarti tempat sujud, tempat kita menundukkan hat!, pikiran, dan raga kepada Allah swt. Masjid juga berarti pusat dari segala kebajikan dan ketakwaan (Q. S. 9: 108).

Di zaman Rasulullah saw dan para sahabatnya, kedua fungsi utama masjid itu berjalan beriringan. la adalah tempat kaum muslimin melakukan berbagai kegiatan ritual, seperti salat berjamaah, ruku, dan sujud bersama, mengharapkan keutamaan dan rido Allah swt (Q. S. 48: 29). Selain itu, ia juga sekaligus merupakan tempat berkomunikasi dan bersil­laturahmi membina persaudaraan antar orang Islam .

Di dalam masjid juga, Rasulullah saw melakukan kegiatan belajar mengajar, menyampaikan pengetahuan, meluruskan persepsi dan pandangan, serta membina akhlakul karimah. Tak mengherankan bila kemudian dari masjid inilah lahir pribadi-pribadi muslim yang taat kepada Allah swt, penyayang kepada sesamanya, tegas dalam prinsip, luwes dalam penampilan. Mereka juga memiliki etos kerja yang tinggi, yang menjadikan dunia dengan segala perhiasannya sebagai alat dan sarana pengabdian kepada Allah swt dan untuk kesejahteraan hidup sesama manusia.

Allah menjelaskan: Bertasbih kepada Allah di masjid-­masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut asma-Nya, pada waktu pagi dan petang. (Mereka) adalah orang-orang yang bdak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) olehjual-beli dari mengingat Allah, dan dari mene­gakkan salat dan dari membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (dihari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Q. S. 24: 36-37).

Kita bersyukur kepada Allah swt, bahwa hampir di setiap komunitas di negara yang kita cintai ini terdapat masjid dan mushalla. Bahkan tidak sedikit pula yang bangunannya indah dan megah. Kini tinggal bagaimana aset yang besar ini dimakmurkan dengan berbagal macam kegiatan yang bermanfaat, menjadikannya sebagai tempat yang menye­nangkan dan menenangkan. Serta menjadikan pula sebagai tempat rujukan berbagai macam persoalan hidup, agar setiap hati orang yang beriman, dimana pun dan dalam posisi serta profesi apapun, selalu tertambah takwanya.

Untuk mencapai maksud itu, di setiap masjid mesti ada jamaah inti (pengurus DKM) yang mempelopori pemakmuran­nya. Mereka ini diharapkan dapat menjadi penghubung antara satu jamaah dan jamaah lainnya, antar jamah agh­niyaa (kaya) dengan jamaah fuqara (miskin), antara jamaah aqwiyaa (yang memiliki kekuatan dan kelebihan) dengan yang dluafa (lemah), dan antar jamaah yang berilmu dengan yang tidak.

Jamaah inti inilah yang dipuji oleh Allah swt sebagai orang yang akan selalu mendapatkan hidayah-Nya (Q. S. 9: 18). Said Hawwa menyatakan, kembali ke masjid, menghidupkan­nya dengan dzikir dan ilmu, dan menyemarakkannya dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat, adalah titik awal menghidupkan Islam. Wallahu A'lam; n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar