Minggu, 14 Februari 2010

Keadilan Pemimpin

Oleh Misbah Rasyad Abdullah

Sumber : Harian Republika Kolom Hikmah


Suatu ketika Kaisar Romawi mengutus seseorang untuk mengetahui keadaan dan aktivitas keseharian Amirul mu'minin Umar ibn al-Khattab r.a. Setibanya di Madinah, sang utusan bertanya pada penduduk Madinah. "Di mana Raja kalian bersinggasana?" Dengan polos mereka menjawab, "Kami tak punya Raja melainkan seorang Amir, orang yang mengurus kami. Dia sekarang sedang melakukan inspeksi di pinggiran kota".

Sang utusan kemudian mencari Umar ibn al Khattab menelusuri pinggiran kota. la hampir tak percaya penglihatan­nya ketika secara kebetulan menemukan Umar tidur pulas kelelahan di terik matahari, beralas tanah dan berbantal tongkat. Keringat mengalir membasahi kedua pelipisnya.

Setelah lama terkesima,,ia bergumam pada dirinya, "Beginilah keadaan sosok manusia yang ditakuti para raja dan kaisar. Dia telah berlaku adil pada rakyatnya, akhirnya ia merasa aman sehingga dapat tidur pulas.

Aku bersaksi atas kebenaran agamanya. Andai saja aku bukan utusan kaisar, niscaya aku menyatakan keislamanku sekarang juga. Sekarang aku harus melapor pada Kaisar untuk kemudian kembali ke sini menyatakan keislamanku."

Kisah Umar di atas menggambarkan bahwa keadilan adalah perisai yang ampuh melindungi penguasa sehingga jiwanya senantiasa merasakan keamanan dan kedamaian. Bersama keadilan ia tak pernah dihantui bayangan ketakutan dan ancaman yang merongrong kedudukannya. la tak lagi memerlukan pengawalan ketat.

Pemimpin yang adil adalah seorang yang mempunyai men­talitas pemimpin sejati. Baginya kekuasaan adalah amanat rakyat yang harus dijalankan seadil-adilnya. Tolok ukur keber­hasilannya dalam mempimpin bukanlah sejauh mana ia mampu membangun, melainkan sejauh mana kemampuan­nya mendistribusikan hasil-hasil pembangunan secara adil pada seluruh rakyatnya.

Pemimpin yang adil memandang kekuasaaan sebagai amanat vertikal llahiyah yang merupakan perwujudan amanat khilafah (menata kehidupan di bumi) 'Katakanlah, "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut ke­rajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang-orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang-orang yang Engkau kehendaki... " (QS:3:26)

Amanat itu suci karena bersumber dari Allah swt, Zat Yang Mahasuci. Setiap kasak kusuk menghalalkan segala cara meraihnya dan tindakan-tindakan kotor menjalankannya me­rupakan perbuatan keji yang harus dihindari. la tak akan se­mena-mena menyalahgunakan kekuasaan karena merasa selalu ada di bawah pengawasan Allah swt. Pemimpin yang adil adalah pemimpin berjiwa tauhid. Keyakinan yang kuat untuk meng-Esa-kan Allah swt harus mampu melahirkan tekad untuk memperlakukan masyarakat dengan sikap yang sama. Tak ada sikap diskriminatif. Ini tercermin dalam sikap tegas Nabi saw ketika dengan lantang bersumpah: "Demi Allah, kalau saja Fatimah anak Muhammad mencuri niscaya akan kupotong tangannya. "n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar