Rabu, 10 Februari 2010

TAKDIR

Wanita itu ditinggal mati suaminya. Ia harus berjuang sendiri menghadapi kerasnya kehidupan dan bersusah payah demi kebaha­giaan putranya. Ia berjuang dan bekerja keras untuk putranya. Berkali-­kali ia menolak tawaran menikah. Ia menjadi ayah, ibu sekaligus teman bagi putranya. Bahkan, ia menunggunya di depan pintu setiap kali pulang dari sekolah.

Anak itu tumbuh dengan baik. Sang ibu mengajari dan men­didiknya agar berperilaku baik. Ia menjadi salah satu siswa berprestasi. Setelah lulus dari SLTA, ia ingin melanjutkan studinya di salah satu universitas di kawasan Arab. Akan tetapi, sang ibu menolak ide tersebut, karena ia merasa tidak sanggup berpisah dari anak tunggal­nya itu. Namun, kerinduan sang anak terhadap ilmu membuat dirinya mengirimkan berkas-berkasnya dan menyelesaikan segala prosedur perjalanan tanpa sepengetahuan sang ibu. Sampai pada malam menje­lang keberangkatannva, ia memberitahu ibunya bahwa dirinya telah memesan tiket pesawat ke Baghdad dan jadwal keberangkatannya adalah besok pagi.

Sang ibu sangat sedih. Tetapi ia menyembunyikan kesedihannya sambil berpikir tentang bagaimana caranya agar putranya tetap berada di sampingnya. Di tengah malam sang ibu menyembunyikan paspor dan tiket putranya, dan keesokan harinva sang anak berpamitan kepada ibunya untuk berangkat. Saat di bandara ia dilarang masuk oleh petugas kepolisian. Lalu ia pun tahu bahwa ibunya lah yang menyembunyikan paspornya. Ia pulang ke rumah dengan marah, ia masuk ke kamarnya lalu tidur.

Sang ibu mendengarkan radio sambil menyiapkan makanan dengan perasaan senang dan gembira, karena ia tahu bahwa putranya tidak akan pergi meninggalkan-nya. Namun, tiba-tiba ia mendengar siaran yang mengatakan bahwa pesawat terbang jurusan Baghdad jatuh dan semua penumpangnya meninggal dunia.

Sang ibu sangat gembira dan bermaksud memberitahu anaknya tentang berita tersebut. Namun, ia menjumpai anaknya sudah tak bernyawa di tempat tidurnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar