Kamis, 11 Februari 2010

SANG WANITA TUA YANG MENGHARAP SURGA

Suatu ketika Rasulullah saw bertamu ke rumah seorang Baduy. Si Baduy ternyata orang yang baik dan santun. Ia menerima Rasulullah saw dengan baik dan menghormati beliau. Rasulullah begitu terkesan karena Baduy sangat memuliakannya. Melihat kondisi itu timbul di hati Rasulullah untuk membalas kebaikan si Baduy. Beliau mengundang si Baduy untuk mengunjunginya agar beliau juga bisa memuliakan sebagaimana ia dimu­liakan saat itu.

Benar saja, si Baduy pun menemui Rasu­hillah. Sungguh Rasul kita adalah Rasul yang tahu membalas budi. Tak hanya menerima dengan baik dan memuliakan tamu, Nabi SAW juga menanyakan si Baduy tentang hajatnya, apakah ia ingin sedikit harta. Si baduy kemudian meminta kepada Rasulullah seekor unta betina dengan pelananya sebagai tunggangan dan domba betina yang bisa diandalkan susunya.

Rasulullah merasa permintaan dan hajat Ai Baduy tersebut sangatlah remeh, karena yang menawari si Baduy merupakan Rasul Allah. Maka Nabi teringat akan sebuah kisah dan ingin menyampaikan kisah itu kepada si Baduy. Kisah itu tentang wanita tua Bani Israil yang mengutarakan satu permintaan besar kepada Nabi Musa as. Dia tidak mau memenuhi permintaan Musa sebelum Musa menyanggupi permintaannya. Dan permint­aannya itu merupakan satu hal yang sangat berharga dan bernilai tinggi, yakni menemani Musa ke surga!

Persyaratan yang diminta oleh wanita tua ini kepada Musa untuk bisa menemaninya di surga adalah karena dia mengetahui satu ilmu yang tidak diketahui oleh siapapun dari Bani Israil. Hanya ia seorang yang mengetahui ilmu itu, dan menjadi rahasia diri dan modal baginya untuk mendapatkan sesuatu.

Dia mengetahui keberadaan makam Nabi Yusuf as. Dan Yusuf telah mengambil janji kepada orang-orang yang ada di sekeliling­nya dari kalangan Bani Israil agar membawa tulangnya bersama mereka manakala rnereka keluar dari bumi Mesir ke tanah suci. Sebuah amanah yang telah dimakbulkan.

Ketika Allah mengizinkan Musa dan ka­umnya agar keluar dari Mesir, negeri Fir'aun, mereka tersesat dan tak tahu jalan keluar. Musa terheran-heran karenanya, sebab hal itu sungguhlah ganjil. Dia meyakini bahwa pasti ada rahasia dalam urusan ini yang ia tak ketahui.

Dia bertanya kepada orang-orang yang bersamanya tentang apa yang terjadi dan suatu rahasia yang menyelimutinya. Maka ulama Bani Israil menyampaikan kabar men­genai janji yang diambil oleh Yusuf kepada bapak mereka.

Mengenai hal ini, kitab Taurat juga menyebutnya. Yusuf meminta janji kepada Bani Israil agar membawa tulang-tulangnya bersama mereka ketika mereka keluar dari kota Mesir.

"Dia meminta sumpah Bani Israil dan berkata, "Allah akan membuat kalian hilang, lalu kalian mengangkat tulangku dari sini."

Perjanjian yang telah disepakati atas generasi umat yang pertama berlaku lazim bagi yang datang sesudah mereka. Perjanjian yang diambil oleh Yusuf atas orang-orang yang bersamanya mengikat orang-orang yang datang sesudah itu. Begitu pula janji-janji Bani Israil yang diambil atas generasi pertama mereka dari Allah atau dari rasul-rasul mereka adalah lazim atas mereka. Begitu pula janji-janji yang diambil atas Rasulullah saw dan sahabat-sahabatnya.

Maka, saat itu juga Musa bertanya tentang kubur Yusuf agar bisa melaksanakan permintaannya hingga ia dan kaumnya bisa menemukan jalan keluar untuk pergi dari Mesir. Tetapi tidak seorangpun mengetahui kuburnya kecuali seorang wanita tua Bani Israil.

Maka ditemuilah wanita tua dari Bani Israil itu. Musa meminta kepadanya untuk menunjukkan makam Yusuf.

Wanita tua ini menolak, kecuali jika Musa mengabulkan permintaannya.

"Apa permintaanmu?" ujar Nabi Musa as. "Sebuah perkara besar, wahai Nabiul­lah. Aku ingin bersamamu kelak di yaumil akhir dan memasuki surga-Nya, jika kau masuk surga aku harus menyertaimu," ujar si wanita tua.

Tentu saja, ini bukanlah permintaan yang main-main. Bahkan ada kesan berlebihan dan lancang dalam perkara ini. Musa tidak ingin mengabulkan permintaan wanita tua itu, apalagi perkara surga adalah sesuatu yang bukan wewenangnya. Namun, per­mintaan wanita tua itu ternyata satu azam yang tulus, lahir dari kebersihan hati dan kemuliaan jiwanya. Maka Allah mewahyukan kepada Nabi Musa as supaya mengabulkan tuntutan wanita tua itu. Sebab, siapa pun yang meminta kepada Allah atas perkara-perkara yang tinggi, niscaya Allah mengab­ulkan permintaannya, walaupun dia tidak mencapai derajat orang-orang yang berhak meraih derajat tersebut.

Orang yang mencari mati syahid dengan benar, niscaya Allah menyampaikan derajat orang-orang yang mati syahid, walaupun dia mati di atas tempat tidurnya.

Orang yang meminta derajat ulama atau orang yang dermawan, niscaya Allah menyampaikannya kepada derajat mereka, walaupun tidak beramal seperti amal mereka.

Demi mendapat petunjuk demikian, Nabi Musa mengabulkan permintaan wanita tua Bani Israil tersebut. Kelak, saat ia memasuki surga Allah maka si wanita bisa bersamanya. Setelah wanita tua ini mendengar persetu­juan tersebut dia mengantarkan Musa dan orang-orangnya ke sebuah danau.

"Jasad Yusuf ada di dalam danau itu, kalau kau ingin menemui jasad Yusuf maka danau itu harus dikeringkan airnya," ujar wanita tersebut menegaskan.

Tak ada jalan lain, danau tersebut harus dikuras. Maka pengikut Nabi Musa bergotong-royong menguras danau tersebut. Mereka bekerja sungguh-sungguh sampai danau tersebut sedikit demi sedikit menyusut airnya. Mulailah tampak dasar danau yang berpasir dan berbatu. Dan wanita tua tersebut menyuruh untuk menggali.

"Galilah pada bagian itu, " ujar si wanita wa sambil menunjuk ke suatu tempat.

Maka orang-orang pun mulai menggali bersama-sama. Benar saja, mereka pun menemukan jasad Yusuf. Mereka lalu mengang­katnya dan membawanya ke atas.

Demikianlah. Manakala mereka men­angkat jasad Yusuf dan membawanya bersama mereka, jalalan pun menjadi terang bagi mereka seterang Siang hari. Menjadi tahu tentang arah yang benar dan tak tersesat. Hingga dengan karunia Allah mereka bisa pergi dari negeri Fir'aun.

Hlkmah Rasulullah

Seperti inilah ambisi-ambisi tinggi, jiwa yang berhasrat meraih derajat-derajat tinggi. heberapa sahabat berambisi untuk meraih derajat tinggi seperti ini, dan di antara mereka adalah Ukasyah bin Mihshan. Dia memohon kepada Rasulullah agar termasuk lalam 70 ribu golongan manusia terpilih yang masuk surga. (tanpa hisab).

Wajah mereka seperti wajah rembulan di malam pumama. Mereka tidak kencing, tidak buang air besar, tidak meludah. Lalu Rasulullah menyampaikan kepada Ukasyah bahwa dia adalah satu dari mereka. Termasuk juga Abu Bakar yang berambisi dipanggil dari segala pintu surga. Termasuk pula sahabat yang memohon kepada Rasulullah agar bisa menemaninya di surga, lalu beliau bersabda, "Bantulah aku atas dirimu dengan memper­banyak sujud."

Wanita tua ini tidak menuntut emas dan perak dari Rasulnya, dan tidak meminta unta atau sapi atau kambing. Seandainya si Baduy itu meminta kepada Rasulullah seperti permintaan wanita ini saat Rasulullah mem­buka peluang meminta untuknya, niscaya dia sangatlah beruntung.

Doa Rasulullah sungguh mustajab (dika­bulkan). Sekiranya dia meminta doa kepa­danya untuk kebaikan akhirat, niscaya dia akan meraih banyak kebaikan.

Maka wajar saja jika Nabi saw berkata, "Mengapa kau tidak seperti wanita tua dari Bani Israil?" [Fri/ disarikan dari Shahih Qashashin karya DR. Umar Abdullah AL-Asyqar)



Sumber : Majalah HIDAYAH Juli 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar