Minggu, 14 Februari 2010

Pesan dari Arafah

Olen Alwi Shahab

Sumber : Harian Republika Kolom Hikmah


AIhamdulillah, kemarin, sekitar tiga juta umat Islam dari berbagai penjuru dunia — termasuk lebih dari 200.000 jamaah haji Indonesia — telah melakukan wukuf di Padang Arafah. Momentum yang amat penting dari rangkaian pelaksanaan ibadah haji ini mengingatkan kita pada saat Nabi Muhammad saw menyampaikan pesan­-pesan kepada umat Islam pada haji terakhir atau haji wada'.

Begitu penting pesan-pesan Nabi itu, sehingga Beliau minta kepada yang hadir untuk menyampaikannya kepada yang tidak hadir. "Wahai manusia sekalian. Dengarlah kata­-kataku ini dan perhatikan! Setiap Muslim adalah saudara buat Muslim yang lain, dan kaum Muslim semua bersaudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu dari saudaranya, kecuali jika dengan senang hat! diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri sendiri."

Melalui pesannya itu, Nabi mengingatkan kepada umatnya untuk saling memelihara persaudaraan. Melalui persaudaraan insani ini, akan bertambah rasa cinta manusia satu sama lain.

Dalam Islam, rasa cinta demikian tidak hanya terhenti pada batas-batas tanah air tertentu. Karena itu manusia dari segenap penjuru dunia diminta untuk berkumpul di satu irama yang sama, tanpa diskriminasi. Dan tempat berkumpul terbaik untuk itu ialah di tempat memancarnya cinta ini, yakni di Baitullah. Dan itulah ibadah haji.

Ketika kita melaksanakan ibadah haji, kita diperintahkan untuk hidup Iuhur sebagai teladan iman kepada Allah. "Musim haji itu ialah dalam beberapa bulan yang sudah ditentukan. Barangsiapa sudah menetapkan niatnya dalam bulan itu untuk mengerjakan haji, maka tidak boleh ada satu percakapan kotor, perbuatan fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Segala perbuatan baik yang kamu lakukan, niscaya Allah mengetahuinya." (QS 2:197).

Di Tanah Suci inilah, di tempat orang-orang beriman menunaikan rukun Islam kelima, kita saling berkenalan dengan jamaah haji dari berbagai dunia untuk saling memper­erat persaudaraan. Mereka itu diminta untuk menghilangkan segala perbedaan dan diskriminasi. Karena di tempat yang suci ini mereka harus merasa bahwa di hadapan Tuhan mereka itu adalah sama.

Rasanya tidak ada kenikmatan yang lebih besar daripada nikmat iman akan keagungan Tuhan, karena Dia-lah sumber dari segala kebahagiaan. Menurut Muhammad Husein Haekal, penulis sejarah Nabi, di hadapan cahaya iman serupa ini, segala angan-angan kosong tentang hidup akan sirna. Segara kecongkakan dan kebanggaan karena harta, turunan, kedudukan, dan kekuasaan akan lenyap.

Itulah haji, suatu pertemuan umum yang luas dari orang­orang beriman yang memenuhi panggilan-Nya. Di dalam pertemuan itulah — dimana hanya Allah yang paling agung —kita dapat melaksanakan arti persaudaraan dan persamaan di antara semua orang beriman dalam bentuknya yang'paling luas, luhur, dan bersih. Semoga mereka yang menunaikan ibadah haji memperoleh haji mabrur.n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar