Oleh : Alwi Shahab
Sumber : Harian Republika Kolom Hikmah
AIhamdulillah, saat ini kita memasuki awal Rabiul'awal. Sebagaimana tradisi, umat Islam di berbagai wilayah Tanah Air memperingati bukan kelahiran Nabi Muhammad saw itu. Tapi agar peringatan maulid Nabi dapat bermakna, hendaknya kita dapat menghayati dan mengambil suri tauladan dari hidup, perilaku, dan perjuangan Beliau. Nabi dalam mengasihi manusia tidak hanya dalam pengertian mencoba mengurusi orang-orang miskin dan menolong para yatim. Beliau sangat dermawan kepada setiap orang. Kepada siapa pun yang memerlukan pertolongan, Beliau mengulurkan tangannya lebar-lebar.
Pernah seorang datang kepadanya dan berkata: "Berilah aku sesuatu. Aku tidak punya apa-apa untuk kumakan". Nabi memperhatikan orang itu dan nampak ia seorang pemuda yang sehat. Nabi kemudian memberikan sebuah kayak dan tali, seraya berkata: "Pergilah dan tebanglah kayu. Engkau bisa mencan nafkah dengan ini".
Demikianlah kasih sayangnya sangat praktis sehingga memungkinkan orang hidup di dunia ini bukan hanya dari hasil sedekah. Nabi akhirnya berhasil mendorong anak muda tersebut menjadi orang yang berguna bagi masyarakat. Sejarah Islam juga mencatat sejumlah budak dan orang-orang miskin, yang berkat dorongan Beliau, berhasil menjadi muslim yang tangguh dan diandalkan.
Disamping kasih sayang dan penyantun, Nabi juga dikenal sebagai seorang yang adil. Beliau memperlakukan manusia sederajat dan menentang segala bentuk diskriminasi ras dan golongan. Perlakuan ini juga dilaksanakan di bidang hukum, dengan mengatakan:."Kalau puteriku Fatimah mencuri, akan kupotong tangannya".
Nabi juga memiliki sifat yang luwes dan tenggang rasa. Kalau Beliau dihadapkan pada dua pilihan, yang keduanya dapat diterima dari sudut pandang agama, yang selalu dipilihnya adalah cara yang lebih mudah. "Jangan menjadikan agama sesuatu yang sulit bagimu. Karena Tuhan tidak memaksa seseorang di luar kemampuannya," sabda yang sering diucapkan.
Nabi pernah menegur sejumlah sahabat yang telah larut sedemikian rupa dalam ibadah.
Nabijuga tidak pernah memberikanjanji-janji, apabila merasa belum tentu dapat melaksanakannya. Beliau mengajarkan kepada umatnya bahwajahji merupakan amanah yang harus dipertanggunoawabkan kepada Allah. Ticak menepati janji tanda kemunafikan, ujar Beliau.
Bukankah konsep dan gagasan Nabi itu, yang merupakan prinsip-prinsip Alquran, seperti keadilan, kejujuran, dan kerja keras merupakan gagasan yang sampai saat ini masih relevan dan menjadi cambaan masyarakat dimana-mana.
Karena itu, dalam memperingati Maulidnya, hendaknya kita tidak kehilangan dinamisme yangtelah dicontohkan secara cemerlang oleh Nabi. Hingga Maulid yang kita peringati bukan sekadar rutinitas dan ticak berkesan. "Allah dan para malaikat memberikan salam kepada Nabi. Wahai orang-orang beriman, benkan selawat dan salam kepadanya~'. (QS 33:56). n
Tidak ada komentar:
Posting Komentar