Rabu, 10 Februari 2010

PENGKHIANATAN

Wanita itu mulai merenung sambil menutup kancing baju putih yang dipakai suaminya. Ia pandangi ghutrah (jaket ala Saudi) suaminya yang ia setrika dengan hati-hati hingga tampak rapi. Kemudian ia mulai mencermati dagu sang suami dan kumisnya yang melintang di atas bibirnya. Ia amati seluruh bagian tubuh suaminya dengan penuh kelembutan. Matanya tidak fokus ketika ia mencermati pundak suaminya yang sudah tertutup dengan ghutrah putihnya.

Nah, tangan sang suami memegang bagian belakang kainnya hingga mata istrinya bertemu dengan matanya yang menyimpan setiar partikel cintanya kepada sang suami. Laki-laki itu tersenyum, karena ia tahu betapa wanita itu sangat mencintainya. Sang istri pun tersenyum dan angannya melayang sejenak. Kemudian, ia segera mengenakan jubah panjang dan berkata kepada suaminya, "Demi Allah, engkau tampak lebih tampan dan semakin berwibawa di depan para pegawaimu." "Yang penting adalah bagaimana aku tampak di matamu," balas sang suami.

Wanita itu mengatakan, "Aku melihatmu dengan mata (cinta) yang artinya tidak diketahui oleh matamu." Mata wanita itu mengerjap-kerjap. Lalu suarninya pergi, sementara wanita itu bergegas membuat secangkir minuman untuk dirinya sendiri. Tapi tiba-tiba ia dikejutkan oleh sebuah suara. "Oh handphone-nya ketinggalan. Padaha dia sangat membutuhkan hari ini!" Ia pun memeriksa handphone itu tapi ia pun justru menemukan SMS yang berbunyi, "Anda terlambat Keluarga mempelai wanita menunggu anda." Saat itu juga ia merasakan sebilah pisau belati menusuk jantungnya. Rasa gemetar merayap ke seluruh tubuhnya, dan kekeringan memutus pita suaranya. la mulai memandangi tangannya yang telah membantu suaminya memakai bajunya. "Mengapa mata suamiku berdusta padaku?! Mengapa mataku percaya pada mata suamiku?!"

Pada hari kedua laki-laki itu pulang. Ia memanggil nama istrinya di mana-mana agar hatinya merasa tenteram. Sementara sang istri terbaring di atas ranjang dan di atas dadanya ada secarik kertas yang ia tancapkan dengan sebilah belati yang telah mengoyak dadanya. Kertas itu bertuliskan, "Aku telah menghukum mati jantungku. Aku membunuh jantungku yang mencintaimu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar