Selasa, 02 Februari 2010

Renungan untuk yang menghina Rasulullah SAW

Assalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Penghinaan atas diri pribadi nabi Muhammad SAW sudah terjadi sejak lama, bahkan saat beliau masih hidup, berulang kali hinaan, cacian, makian dan sumpah serapah telah beliau terima.

Terkadang masih ditambah lagi dengan tekanan pisik yang amat pedih. Pukulan, hantaman, lemparan batu bahkan percobaan pembunuhan oleh konspirasi perwakilan semua kabilah Quraisy.

Kalau kita perhatikan, semua bentuk penghinaan dan tekanan itu terjadi pada saat orang-orang kafir gagal membantah kebenaran agama Islam. Tuduhan bahwa nabi Muhammad SAW itu gila yang pernah mereka lontarkan, tidak terbukti. Sebab semua orang tahu bahwa beliau tidak gila. Tuduhan bahwa beliau penyihir, juga tidak terbukti, sebab sama sekali tidak ada kemiripan dengan penyihir.

Tuduhan bahwa Muhammad SAW adalah penyair, lagi-lagi tidak bisa terbukti. Sebab beliau bukan ahli syi''ir dan Al-Quran sangat berbeda dengan semua bentuk syi''ir arab.

Akhirnya, karena secara ilmiyah tidak bisa membantah kebenaran agama Islam dan kenabian beliau, orang-orang kafir itu mulai melakukan apa saja dengan segala cara, asalkan bisa membuat orang berpaling dari agama Islam.

Maka mulailah pelecehan mereka berpindah kepada hal-hal yang bersifat pribadi. Tapi karena ciri fisik beliau terlalu sempurna, maka dicari lagi sisi-sisi negatif lainnya. Syetan lalu membisikkan hati orang-orang kafir dan memberi ide segar, yaitu lewat pernikahan nabi SAW dengan beberapa wanita.

Celah sempit inilah yang dimanfaatkan oleh orang-orang yang hatinya penuh penyakit. Tidak peduli dengan fakta sejarah, buat mereka, apapun karangan, asalkan bisa memojokkan dan membuat berpandangan negatif terhadap pribadi beliau SAW, jadilah.

Padahal semua wanita yang beliau nikahi tidak lain adalah para janda, yang tidak bisa dikatakan muda, apalagi cantik. Satu-satunya isteri yang dinikahi dalam keadaan perawan hanyalah Aisyah ra. Meski pada usia yang masih muda, tapi ukuran usia nikah di semua peradaban dunia ini tidak bisa disamakan.

Misalnya, di Yaman kita sering mendengar pernikahan antara suami yang berusia 10 tahun dan isteri yang berusia 8 tahun. Ini adalah tradisi dan kebiasaan yang berkembang di suatu tempat. Mungkin berbeda dengan yang ada di tempat lain. Tetapi tidak bisa dijadika sebagai bahan untuk melecehkan pribadi orang yang dilahirkan dan dibesarkan di tempat tersebut.

Adapun nabi Muhammad SAW beristri banyak, bukan hal yang aneh. Kalau kita membaca sejarah para raja dan orang di masa lalu, tidak perlu jauh-jauh, seratusan tahun yang lalu pun, kita masih sering mendapati poligami. Bahkan tidak jarang mereka punya isteri sampai seratus.

Hanya di masa sekarang ini saja poligami menjadi tidak lazim, akibat penetrasi kebudayaan barat yang mengindung kepada kebudayaan Romawi kuno, yang konon kurang menyukai poligami.

Tentunya, amat tidak logis menghina nabi Muhammad SAW dengan hinaan-hinaan yang demikian, padahal umat manusia di masa lalu melakukannya, bahkan menjadikannya bagian dari kelaziman kehidupan.

Kalau nabi Muhammad umpamanya pernah melakukan pencurian, pemerkosaan, atau pembunuhan massal, ini hanya umpama, mungkin bolehlah dihina. Tapi kalau belaiu melakukan hal yang lazim di tengah suatu peradaban, bahan mayoritas bangsa-bangsa melakukannya, tidak mungkin kita menghinanya. Dan atas dasar apa?

Nabi Muhammad SAW tidak pernah melakukan hal-hal yang universal ditentang oleh etika kemanusiaan. Beliau hanya melakukan hal-hal yang di masanya sangat lazim. Karena itu para pemuka Quraisy tidak pernah menghina nabi dengan tuduhan seksmaniak hanya lantaran beliau beristri lebih dari satu. Mengapa? Karena poligami di masa itu merupakan suatu kelaziman.

Mengapa orang-orang kafir di masa sekarang ini tidak menghina Abu Jahal, Abu Lahab, Umayyah bin Khalaf, Syu''bah dan lainnya? Padahal mereka pun seks maniak juga karena punya isteri lebih dari satu?

Mengapa tidak menghina para raja dari Inggris, Spanyol, Portugal, Belanda dan lainnya yang juga berpoligami? Mengapa hanya Muhammad yang dihina?

Semua menunjukkan bahwa intinya mereka hanya tidak suka pada agama Islam, tapi kesulitan mencari titik lemahnya. Maka jadilah apapun bentuk penghinaan dilontarkan, meski salah alamat.

Aisyah Menikah Masih Muda
Benar bahwa Rasulullah SAW menikahi Aisyah radhiyallahu ''anha selagi masih muda. Dan kalau itu dianggap mengganggu, kita bisa bilang apa urusan anda meributkannya. Toh Aisyah bukan diperkosa, bukan juga dipaksa. Beliau dinikahi secara sah oleh Rasulullah SAW, meski saat itu terbilang masih belia.

Tetapi riwayat yang kuat menyebutkan bahwa meski sudah sah menjadi isteri Rasulullah SAW, namun beliau belum lagi berkumpul satu rumah, kecuali setelah beberapa lama kemudian, yaitu saat berusia 9 tahun.

Kalau ukuran tubuh wanitaIndonesia, jangankan 9 tahun, yang usianya 25 tahun pun terkadang tubuhnya kecil seperti anak kecil. Tetapi coba perhatikan anak wanita usia 9 tahun untuk ras lainnya, seperti orang arab atau eropa. boleh jadi tubuhnya sudah sangat besar dan secara biologis sudah mengalami haidh.

Jangan bandingkan ukuran tubuh wanita bangsa Indonesia yang umumnya memang irit dan mungil dengan tubuh wanita arab atau eropa. Karena itu kebeliaan Aisyah jangan diukur dari usianya. Untuk ukuran wanita arab, sama sekali tidak bisa dibilang sebuah ketidak-nomalan, justru beliau saat itu sudah besar dan berkemang secara biologis.

Selain itu kita juga harus tahu bahwabudaya tiap masyarakat dalam usia pernikahan bisa sangat berbeda. Salah seorang dosen kami yang berasal dari Yaman bercerita bahwa beliau sendiri menikah pertama kali di usia 10 tahun. Sementara isteri beliau saat itu berusia 8 tahun. Dan menurut beliau, usia yang menurut hitungan budaya zaman sekarang ini dianggap terlalu beliau, justru menurut budaya di negeri beliau merupakan sebuah hal yang biasa, wajar dan tidak menjadi masalah.

Sementara mungkin budaya di Mesir lain lagi. Di sana kebiasaan yang berlaku adalah ke balikannya. Para lelaki umumnya menikah di usia 40 tahun ke atas. Sehingga seorang Sayyid Qutub ketika wafat belum berstatus menikah, karena di sana memang demikian budayanya. Menikah hanya dilakukan pada saat seseorang sudah mapan dari segi finansial, pendidikan dan kemandirian lainnya. Dan hal itu terjadi setelah usianya di atas 40 tahun.

Di belahan muka bumi yang lain, ada budaya yang sama sekali tidak mengenal pernikahan. Sampai mati tidak pernah menikah dan berkeluarga. Tentunya masyarakat yang seperti ini adalah masyarakat yang tidak Islami. Dan buktinya, meski tidak mau menikah seumur hidupnya, mereka toh tetap melakukan hubungan seksual dengan ribuan orang yang berbeda.

Asal suka sama suka, tidak pandang apakah dia isteri tetangga, pembantu rumah tangga, rekan kerja, atasan bawahan, satpam, sopir bus, pengantar pizza, bahkan pekerja seks profesional, pokoknya mereka tetap melakukan kontak seksual.

Dan parahnya, seks bebas itu sudah mereka jalankan sejak mereka masih usia sangat dini, yaitu sejak sekolah dasar. Di Amerika, Eropa dan negeri sekuler lainnya, para peneliti mengeluarkan data yang mencengangkan dari angket di level murid-murid SD. Bahkan nyaris dalam prosentasi yang sangat besar anak-anak sejak usia SD sudah melakukan hubungan seksual layaknya suami isteri.

Yang lebih mencengangkan, pola itu kemudian menyebar ke negeri timur, seperti Jepang, Korea, China dan Indonesia. Para peneliti anak mengeluarkan hasil angket yang membuat bulu roma berdiri. Bahkan sebagian besar anak usia SD di Jakarta sudah terbiasa melakukan kegiatan seksual baik dari yang paling ringan sampai yang benar-benar hubungan suami isteri. Tidak terbilang hp mereka yang terkena razia dan ternyata berisi potongan klip atau jpg gambar porno.

Maka kalau orang-orang sekuler itu menghina nabi Muhammad SAW dengan tuduhan melakukan pelecehan seksual kepada anak kecil, naudzubillahi min zalik, sebenarnya masyarakat sekulier yang menuduh itu justru sudah melakukannya secara sah, lewat penyimpangan seksual di level anak-anak.

Dr. Said Hawwa dalam kitabnya, Al-Islam, menyebutkan bagaimana para anak sekolah yang masih beliau di Jerman dan Perancis merasa malu kalau masih punya selaput dara yang utuh, belum dirobek oleh teman laki-lakinya yang sama-sama masih kecil. Siswi sekolah itu akan terkucilkan dari pergaulan lantaran dianggap tidak hidup di alam nyata.

Adalah jauh lebih bermoral Rasulullah SAW ketika menikahi Aisyah radhiyallahu ''anha di usia dini, namun beliau belum langsung berkumpul dengannya. Karena ikatan nikah itu adalah ikatan yang suci, bertanggung-jawab, bermoral dan berperadaban.

Wallahu a''lam bishshawab, wassalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3220295

Tidak ada komentar:

Posting Komentar