Jumat, 14 Mei 2010

Balasan Allah

Oleh Prof Dr Salman Harun

"Mereka melakukan tipu daya, Aku pun melakukan tipu daya." (QS. 86: 16).

Menurut al-Biqa'i dalam Dural-Mansur, yang dimaksud dengan 'tipu daya' sebagai terjema­han yakidu dalam ayat di atas adalah melancar­kan taktik-strategi untuk menghentikan dan memadamkan cahaya agama Allah, serta menghalangi, mengusir, mengucilkan, ataupun membunuh pembawa cahaya itu. Oleh karena taktik-strategi yang sifatnya cen­derung menghalalkan segalanya itu, maka yakidu itu lebih tepat diberi makna 'berpolitik'. Jadi, manusia berpolitik hendak mengenyahkan agama Allah, Allah pun berpolitik menegakkan kebenaran-Nya.

Yang dimaksud Allah pun berpolitik, menurut al-Biqa'i, bahwa Allah membiarkan mereka berbuat kejahatan, sehingga setelah kejahatan itu terakumulasi begitu rupa, la mempunyai alasan untuk menjatuhkan hukuman secara tiba-tiba tanpa mereka sadari. Jadi, membiarkan mereka jatuh karena perbuatan sendiri, itu adalah juga politik, sehingga pada akhirnya politik Allah jualah yang menang. Pendapat al-Biqa'i itu dapat kita terima karena sesuai dengan firman Allah, "Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami akan Kami lumpuhkah secara pelan-pelan tanpa mereka sadari. Dan Saya undurkan. Sungguh politik Saya kokoh." (QS. 7: 182-183).

Bukti yang sangat jelas bagaimana Allah menegakkan kebenaran-Nya dapat dilihat dari sejarah Nabi Yusuf. Saudara-saudaranya membuat skenario begitu rupa untuk mengenyahkannya, tapi Allah membuat pula ske­nario lain untuk memenangkan Nabi Yusuf. Skenano itu begitu panjangnya, sehingga saudara-saudaranya itu akhimya terpukul begitu telaknya di bawah kaki Nabi Yusuf (QS. 12: 1-76).

Ada pula taktik yang dipergunakan Nabi Ibrahim. Dalam menyadarkan kaumnya bahwa berhala itu bukan­lah Tuhan, Nabi Ibrahim menghancurkan semua berhala yang kecil dan ia tinggalkan satu yang terbesar, seraya mengatakan bahwa yang terbesar itulah yang melakukan­nya. Mereka pun sadar atas kekeliruan mereka, tetapi kemudian mereka merasa dikalahkan, lalu membakar Nabi Ibrahim. Tetapi Allah membuyarkan taktik mereka itu dengan memberikan mukjizat kepadanya, yaitu tidak terbakar oleh api (QS.- 21: 51-70).

Sebaliknya, taktik yang dilancarkan penentang-penen­tang agama Allah gagal total. Taktik setan tidak akan berarti apa-apa bila manusia tidak mengikuti ajakannya (S.4:76). Sebaliknya taktik yang dibuat para wanita bisa lebih dahsyat bila laki-aki tidak memiliki pertahanan mental/spiritual yang kuat (S.12:28), namun taktik-taktik curang seperti itu pada akhirnya akan gagal (S.12:52). Begitu juga tidak akan berhasil pada akhimya taktik para penyihir (S.20:29). Juga taktik Firaun yang begitu con­gkaknya sehingga memandang dirinya Tuhan (S.40:37).

Demikianlah, Islam adalah agama yang menyuruh kita melek politik. Politik yang secara lambat laun akan menang adalah politik yang bertujuan untuk mewujudkan kehendak Allah, yaitu peningkatan harkat manusia dan kemanusiaan serta kelestarian alam ini. n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar