Sabtu, 15 Mei 2010

Tontonan Jadi Tuntunan

Oleh Toto Tasmara


Tanggal 30 Maret 1981, dunia digemparkan oleh peristiwa penembakan terhadap Presiders AS Ronald Reagen oleh John Hinckley Jr. Keterangan yang dihimpun FBI dibantu para ahli psikologi, diketahui bahwa Hinckley Jr adalah pemuda yang tumbuh terisolasi yang sejak umur dini ditemani film-film kekerasan di televisi. Dari pengakuannya, penembakan tersebut diilhami oleh film Taxi Driver yang diton­tonnya sampai 15 kali.

Film itu dibintangi Robert de Neiro. la berperan sebagai Travis Bickle, seorang veteran perang Vietnam yang menjadi supir taksi. Antiklimaks film itu, Travis Bickle menyelamatkan seorang pelacur yang diperankan Jodi Foster dari cengkeram­an mucikari. Bickle menjadi hero karena mampu menyela­matkan pelacur, dan jiwanya merasa tersanjung karena mampu menembak calon presiden yang dianggap korup.

Berbagai adegan keras di dalam film temyata telah mem­pengaruhi perilaku penontonnya yang berjiwa labil, sehingga tayangan itu disebut sebagai Hypnotic Movie — tontonan yang mampu mempengaruhi pola tindak penontonnya. Kini, tontonan tidak lagi sekadar hiburan, tapi sudah berubah menjadi tuntunan.

Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa adegan keras yang ditayangkan film dan televisi Brat kaitannya dengan peningkatan tindakan kriminalitas. Dalam teori tingkah laku, seseorang akan bertingkah laku sesuai dengan model idolanya. Mereka membuat imitasi, intemalisasi, dan bertindak seakan-akan (as if).

Kini, tontonan tidak lagi berada di luar rumah, tetapi sudah masuk ke kamar tidur kita dengan sangat memikat melalui saluran televisi, bahkan diperkaya lagi dengan berbagai program melalui tayangan parabola. Seraya tidak lupa, jiwa kita digoda the hidden persuader (perayu tersembunyi) yang menawarkan berbagai komoditi, dari mulai kosmetik, kredit mobil mewah dan bungalow sampai obat kuat bagi lelaki loyo.

Menghadapi tantangan ini, serta berbagai akibat sampin­gan lainnya dari kemajuan ilmu pengetahuan dan dari semakin meningkatnya tingkat kemakmuran, umat Islam harus segera menentukan pilihan untuk berpihak kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan mengambil jalan yang mustaqi­im. Membangun tatanan rumah tangga yang damai dan berlu­luran mutiara cinta. Membiasakan dalam setiap kegiatan selalu bersama-sama. Menonton televisi bersama, kemudian mendiskusikannya dengan putra putri kita. Membiasakan makan malam bersama dan meminta kepada putra putri kita untuk secara bergiliran membacakan doa. Mendirikan salat subuh berjamaah di antara seluruh anggauta rumah tangga.

Ketika tontonan menjadi tuntunan dan hiburan menjadi panutan, atau sebaliknya, pada saat tuntunan menjadi ton­tonan dan panutan berubah menjadi tepukan, tidak terge­rakkah nurani kita untuk menampilkan seluruh tatanan rumah tangga sebagai bagian dari uswatun khasanah, keteladanan yang mampu mengalahkan berbagai film yang terus diproduk­si untuk mengubah wajah dan akidah kita? n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar