Selasa, 18 Mei 2010

Kasih Sayang Bapak lbu

Oleh Toto Tasmara

Ada orang yang iseng-iseng menerjemahkan woman dengan sosok wanita tempat menampung benih lelaki. Karena woman merupakan gabungan dua kata: womb dan man (womb= kandungan, peranakan, tempat menampung benih dan man= lelaki). Arti man tidak spesifik diartikan husband, sehingga terkesan lelaki manapun bisa saja menebarkan benihnya pada wobrn-nya perempuan, walaupun lelaki itu bukan suaminya. Audzubillah.

Secara iseng pula, ada yang mengartikan bahwa perem­puan diambil dari kata "empu" yang artinya orang suci. Ditambah dengan imbuhan pe dan an, berarti pensucian. Sehingga perempuan adalah identik dengan lambang kesu­cian.

Bandingkanlah makna yang terkandung di dalam pengert­ian woman dan perempuan tersebut. Yang satu lebih menitikberatkan pada segi fisik bendawi sekadar tempat menam­pung sperma lelaki, sedang yang satu menempatkan makhluk wanita sebagai lambang kesucian.

Lantas bagaimana pandangan Islam terhadap perem­puan yang telah bersuami itu? Dia disebut sebagai umm (ibu), dan dari akar kata yang sama terambil kata umat (amma-yaummu,= arah tempat menuju, tumpuan harapan, keteladanan), juga diperoleh kata iman yang berarti pemimpin.

Umm atau ibu atau perempuan yang bersuami itu, meru­pakan lambang kepemimpinan, lambang kesejukan yang memberikan tumpuan harapan serta menjadi contoh ketauladanan. Kata umm, bukan hanya terasa bernuansa kearifan, memberikan efek batin untuk tampil sebagai pemimpin yang ditauladani, tetapi ada muatan cinta kasih tak berbilang. Mungkin itulah sebabnya kenapa kandungan ibu kita sebut sebagai rahim ibu (bandingkan dengan womb). Benar atau tidaknya, wallahu'alam

Terlepas dari semuanya itu, tulisan ini ingin menem­patkan makna penghormatan kita pada ibu, sebuah tatanan moral dan keimanan yang sangat luhur dan harus dijunjung tinggi oleh kita semua. Kedudukan ibu begitu pentingnya, sehingga tiga kali Rasulullah menyebutkan "ummuka", meminta agar kita bertakzim kepada ibu. Bahkan secara simbolis, Rasulullah mengatakan bahwa sorga ada di telapak kaki ibu.

Sebaliknya, sumpah yang terlontar karena rasa sakit hati seorang ibu karena dinista dan didurhakai anak, menye­babkan haramnya sorga bagi anak yang durhaka tersebut. Keberadaan ibu dan bapak, selaku orangtua yang menjadi tumpuan harapan adalah aset maha akbar untuk memba­ngun akhlak putra-putrinya. Tetapi alangkah nelangsanya anak, karena rumah telah sepi ditinggal orangtua yang sibuk mencari nafkah dan rezeki. Sibuk karena arisan dan resepsi.

Wahai ibu, engkau adalah lambang ketauladanan dan cinta kasih putra-putrimu. Wahai bapak, tidakkah engkau tahu, engkau adalah dambaan putra-putrimu, lambang kejantanan dan kejujuran. Sisihkanlah waktu, walau didera kelelahan tiada tara, kesibukan dunia yang tak menentu.

Ataukah putra-putri kita dibiarkan tanpa belaian cinta, sehingga mereka bertenak menyanyikan lagu tua dari The Beatles: Mama don't go... Daddy come home! n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar