Jumat, 14 Mei 2010

Pembantu


Oleh Didin Hafidhuddin



Setiap kali kita membaca atau mendengar berita tentang pembantu rumah tangga, hampir bisa dipastikan, bahwa kesusahan, kesulitan, penderitaan, dan perlakuan sewenang-­wenang dari majikannya, itulah yang mereka terima. Dan itu terjadi, baik di dalam mauoun di luar negeri. Meskipun mungkin banyak juga pembantu yang berna­sib baik, tetapi kita jarang mendengamya. Nampaknya, baik dari segi citra maupun realita. mereka selalu berada pada posisi yang tidak diun­tungkan.

Dalam acara-acara di layar kaca, misalnya, jika ada peran pembantu rumah tangga, maka yang disuguh­kan adalah sosok manusia yang bodoh, lugu, dan harus menerima perlakuan apa pun dari majikan dan keluarganya. Tempat tidur, pakaian, dan makanan yang mereka terima, sangat kontras dengan apa yang terdapat pada majikannya. Harus diakui, persepsi masyarakat sudah terbentuk sedemikian rupa terhadap kelompok ini.

Padahal, hampir setiap keluarga, terutama keluar­ga 'sibuk'dan keluarga 'berada' selalu membutuhkan kehadiran mereka. Bahkan tidakjarang pula, peran mereka, menggantikan peran orangtua dalam menga­suh dan membimbing anak-anak. Betapa tergan­tungnya keluarga-keluarga tersebut terhadap para pembantu rumah tangga, nampakjelas misalnya pada saat Hari Raya'Idul-Fitri, ketika mereka ikut mudik bersama para pemudik lainnya.

Dalam sebuah hadis sahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw menyatakan bahwa khadam-mu (pembantumu) itu sesungguhnya adalah saudaramu, berikanlah kepada mereka makanan yang kamu makan dan pakaian yang kamu pakai.

Betapa indahnya sabda Nabi tersebut, karena mengajak kepada kita untuk memandang mereka dengan pandangan kasih sayang dan persaudaraan. Pandangan inilah yang menjauhkan kita dari perla­kuan zalim dan sewenang-wenang kepada mereka. Mereka adalah manusia terhormat yang memiliki cinta dan harga diri.

Dalam hadis lain riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda pula: 'Seorang muslim itu adalah saudara sesamanya, karena itu janganlah menzaliminya, janganlah mengN,- anya, janganlah mendustakannya, dan jangan pula meren­dahkan martabatnya. Taqwa itu di sini (Rasulullah saw sambil menunjuk pada dadanya tiga kali yang menun­jukkan betapa buruknya seorang muslim yang merendahkan martabat sesamanya. Setiap muslim itu ada­lah haram darahnya. harta bendanya, dan kehormatannya . Wallahu 'alam bi Ash-Shawab- n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar