Selasa, 18 Mei 2010

Zalim

Oleh Prof dr KH 0 Gadjahnata DABK


Maraknya kasus Aborsi belakangan ini menyusul meningkatnya sejumlah kasus kriminalitas me­rupakan suatu kezaliman yang nyata. Makna zalim, menurut para ulama, adalah 'meletak­kan sesuatu bukan pada tempat yang semestinya', baik mengurangi, menambah atau mengubah waktu, tempat, dan letaknya. Dengan begitu, kata zalim diartikan seba­gai penyimpangan dari ketentuan, baik besar ataupun kecil.

Ulama membagi kezaliman menjadi tiga, yaitu kezali­man manusia terhadap Allah swt, kezaliman manusia ter­hadap sesama manusia, dan kezaliman manusia ter­hadap dirinya sendiri. Kezaliman terbesar terhadap Allah swt adalah kufur(mengingkari Tuhan), syirik (menyeku­tukan Tuhan), dan nifa (mengaku beriman dengan lidah tetapi hatinya menolak). (QS 31: 13 dan QS 39: 32).

Kezaliman manusia terhadap manusia yaitu berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain rugi, seperti melanggar janji, membuat keonaran, menyakiti tetangga, mencuri, memfitnah, mengurangi timbangan, dan lain sebagainya. Alquran mengingatkan: Balasan terhadap yang jahat setimpal dengan kejahatannya. Barangsiapa yang suka memaafkan dan berlaku damai, pahalanya akan dijamin Allah, karena sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melakukan kezaliman (QS 42:40).

Kezaliman terhadap diri sendiri yaitu berbuat maksiat dan kedurhakaan, seperti berzina, menenggak minuman keras dan ganja, makan berlebih-lebihan, membiarkan diri celaka, melanggar larangan Allah, mengurangi atau menambah ketentuan yang ditetapkan Allah, dan seba­gainya.

Ketiga macam kezaliman itu pada hakikatnya bersum­ber kepada satu kezaliman, yaitu kezaliman terhadap diri sendiri. Orang yang menzalimi orang lain, sebenamya telah menzalimi dirinya sendiri. Si zalim (pelaku kezali­man) itulah yang pertama kali menderita akibat perbu­atan zalimnya, sedang orang lain hanya sebagai akibat sekunder dari perbuatan zalim orang itu. Sebab itu Alquran mengingatkan: Dan barangsiapa yang melaku­kan demikian (berbuat zalim), sesungguhnya ia telah menganiaya diri mereka sendiri (QS 2: 231).

Allah swt telah mewahyukan kepada Nabi Daud a.s. agar melarang orang berbuat zalim dengan mengatasna­makan perbuatannya itu atas nama Allah atau menyebut­-nyebut salah satu sifat-Nya. Seringkali orang yang melakukan kezaliman berpura-pura zikir kepada Allah, seolah-olah hendak menipu Allah. Padahal orang yang berzikir dengan sesungguhnya, pasti akan menghentikan kezalimannya dan merasa enggan atau ngeri melakukan kezaliman. Orang yang seolah-olah berzikir itulah yang telah menipu dirinya sendiri tanpa disadarinya.

Allah berjanji akan selalu ingat kepada orang yang ber­zikir kepada-Nya dengan melimpahkan rahmat dan ka­runia serta ampunanNya. Namun bagi orang yang berpu­ra-pura zikir kepada Allah di saat melakukan kezaliman, Allah akan ingat pula dengan melaknat dan mengutuk­nya, sesuai dengan perbuatan yang tidak diridoi-Nya itu.n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar