Maraknya kasus Aborsi belakangan ini menyusul meningkatnya sejumlah kasus kriminalitas merupakan suatu kezaliman yang nyata. Makna zalim, menurut para ulama, adalah 'meletakkan sesuatu bukan pada tempat yang semestinya', baik mengurangi, menambah atau mengubah waktu, tempat, dan letaknya. Dengan begitu, kata zalim diartikan sebagai penyimpangan dari ketentuan, baik besar ataupun kecil.
Ulama membagi kezaliman menjadi tiga, yaitu kezaliman manusia terhadap Allah swt, kezaliman manusia terhadap sesama manusia, dan kezaliman manusia terhadap dirinya sendiri. Kezaliman terbesar terhadap Allah swt adalah kufur(mengingkari Tuhan), syirik (menyekutukan Tuhan), dan nifa (mengaku beriman dengan lidah tetapi hatinya menolak). (QS 31: 13 dan QS 39: 32).
Kezaliman manusia terhadap manusia yaitu berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain rugi, seperti melanggar janji, membuat keonaran, menyakiti tetangga, mencuri, memfitnah, mengurangi timbangan, dan lain sebagainya. Alquran mengingatkan: Balasan terhadap yang jahat setimpal dengan kejahatannya. Barangsiapa yang suka memaafkan dan berlaku damai, pahalanya akan dijamin Allah, karena sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melakukan kezaliman (QS 42:40).
Kezaliman terhadap diri sendiri yaitu berbuat maksiat dan kedurhakaan, seperti berzina, menenggak minuman keras dan ganja, makan berlebih-lebihan, membiarkan diri celaka, melanggar larangan Allah, mengurangi atau menambah ketentuan yang ditetapkan Allah, dan sebagainya.
Ketiga macam kezaliman itu pada hakikatnya bersumber kepada satu kezaliman, yaitu kezaliman terhadap diri sendiri. Orang yang menzalimi orang lain, sebenamya telah menzalimi dirinya sendiri. Si zalim (pelaku kezaliman) itulah yang pertama kali menderita akibat perbuatan zalimnya, sedang orang lain hanya sebagai akibat sekunder dari perbuatan zalim orang itu. Sebab itu Alquran mengingatkan: Dan barangsiapa yang melakukan demikian (berbuat zalim), sesungguhnya ia telah menganiaya diri mereka sendiri (QS 2: 231).
Allah swt telah mewahyukan kepada Nabi Daud a.s. agar melarang orang berbuat zalim dengan mengatasnamakan perbuatannya itu atas nama Allah atau menyebut-nyebut salah satu sifat-Nya. Seringkali orang yang melakukan kezaliman berpura-pura zikir kepada Allah, seolah-olah hendak menipu Allah. Padahal orang yang berzikir dengan sesungguhnya, pasti akan menghentikan kezalimannya dan merasa enggan atau ngeri melakukan kezaliman. Orang yang seolah-olah berzikir itulah yang telah menipu dirinya sendiri tanpa disadarinya.
Allah berjanji akan selalu ingat kepada orang yang berzikir kepada-Nya dengan melimpahkan rahmat dan karunia serta ampunanNya. Namun bagi orang yang berpura-pura zikir kepada Allah di saat melakukan kezaliman, Allah akan ingat pula dengan melaknat dan mengutuknya, sesuai dengan perbuatan yang tidak diridoi-Nya itu.n
Tidak ada komentar:
Posting Komentar