Selasa, 18 Mei 2010

Mekanisme Hati

Oleh Drs Agustiono M Ag


Hati merupakan piranti penting dalam diri manusia. Bila hati baik, baiklah manusianya, dan bila hati rusak, rusaklah manusianya. Hati merupakan da­ya penentu bagi aktivitas kemanusiaan. Hati berfungsi sebagai penerang akal ketika akal berada dalam keragu­an. Kalau akal dapat menghantar manusia kepada kebe­naran, hati memberi cara bijak mencapai kebenaran.

Hati juga adalah sumber moral dan etika manusia. Allah menyebut hati sebagai bagian ter-jujur yang tak per­nah bohong dengan apa yang dilihatnya. (QS 53:11). Ma­nusia boleh punya dua lidah, tetapi hatinya tetap satu, karena Allah tidak akan pernah membuatkan dua hati da­lam rongga manusia (QS 33:4). Meminjam syair Bimbo, "Hati adalah cermin tempat pahala dan dosa berpadu."

Mekanisme hati dalam wacana ini diartikan sebagai pekerjaan hati, yaitu bagaimana seharusnya hati bekerja dan berperan dalam mencapai kesempurnaan iman dan amal Oihad).

Dalam Alquran Allah berfirman, "Dia yang mencipta­kan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur."

Secara empiris, alat panca indra yang paling konkret dan tak ternilai harganya adalah pendengaran dan pengli­hatan. Dengan itu manusia mengamati, memantau, me­nilai, melakukan klasifikasi, membuat generalisasi, dan kesimpulan-kesimpulan. Dalam jargon metode ilmiah, orang melakukan riset (penelitian), menganalisis serta membangun teori dan konsep.

Dengan demikian, hasil pendengaran dan penglihatan akan memfungsikan akal dan daya pikir untuk melakukan penalaran. Sedangkan hati mewujudkan fungsi yang lebih utuh, yaitu untuk mematangkan tidak saja proses pena­laran tetapijuga perasaan rohaniah manusia; sehingga ia mengakui kemahakuasaan Tuhan dan mampu mensyu­kun nikmat Tuhan dalam bentuk amal saleh.

Hati yang telah tercemar oleh kotoran, tidak dapat ber­fungsi menuju kebaikan dan amal saleh. Tegasnya, me­kanisme hati menjadi kacau. Implikasinya, ilmu penge­tahuan yang telah diraih manusia lewat indra pendengar­an, penglihatan, dan proses penalaran, menjadi tanpa arah dan bebas nilai.

Proses buramnya hati diawali dengan masuknya noda hitam kecil akibat dosa kecil yang dilakukan. Dan akhir­nya hati menjadi sakit dan rusak. Dalam term Nabi Muhammad, noda kecil itu disebutnya dengan istilah "Ran". Jika manusia semakin menumpuk dosa-dosa, maka no­da-noda hitam semakin banyak dan tertutuplah seluruh hatinya dengan kabut hitam yang bernoda.

Bila hati manusia telah dibungkus penyakit hitam, ma­ka cermin hati tersebut tidak saja menjadi pudar cahaya­nya tetapi sirna sama sekali. Ketika hati telah seperti itu, maka hati selanjutnya menjadi keras seperti batu. Hati begini dalam terminologi Alquran disebut dengan istilah qaswatul Qulub, suatu gelaran yang pernah ditujukan Allah kepada Bani Israil (QS 2:74).

Upaya strategis untuk menghilangkan daki-daki kotor yang membalut hati, sehingga mekanisme hati menjadi aktif dan fungsional kembali, adalah dengan bertaubat secara benar dan sungguh-sungguh, dan memperbanyak zikir kepada Allah. n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar