Selasa, 18 Mei 2010

Shaf Salat

Oleh Fuad Rumi

Abu Mas'ud r.a., seorang sahabat Nabi Muhammad saw, menyampaikan sebuah kisah. Katanya, "Suatu ketika, saat hendak salat berjamaah, Rasulullah Muhammad saw menyentuh bahu-bahu kami sembari ber­sabda: Luruskan shaf kalian, jangan bengkok-bengkok. Shaf yang bengkok akan menyebabkan hatimu terpecah-belah." (HR. Muslim).

Hadis tersebut ternyata mengandung makna yang sangat dalam yang patut kita renungkan. Yakni adanya hubungan yang sangat erat antara keadaan shaf umat Islam ketika sa­lat berjamaah dengan keadaan hati mereka. Padahal hati itu­lah yang menentukan rasa persaudaraan, persatuan, dan ke­satuan umat.

Bahkan Alquran menyatakan, bila hati bercerai-berai, kendatipun kelihatannya ada persatuan, ia hanya persatuan semu. Allah mengatakan, "Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka bercerai-berai." (Q.S. Al Hasyr 14).

Sayangnya, di antara sekian banyak pembicaraan menge­nai persatuan umat Islam dewasa ini, hampir-hampir tidak pernah kita temukan ulasan atau analisis yang menghubungkannya dengan shaf salat. Padahal, jika ketidak­sempurnaan shaf salat saja bisa mengakibatkan hati umat Islam terpecah-belah, tentu akan lebih besar lagi pengaruh­nya jika salat jamaah itu sendiri memang tidak ditegakkan oleh umat Islam.

Dari sejarah Nabi Muhammad saw, kita tahu bahwa sejak salat wajib lima waktu diperintahkan Allah swt, Beliau selalu berupaya untuk mengerjakannya secara berjamaah. Bahkan dalam keadaan genting sekalipun, misalnya dalam suatu peperangan, Beliau tetap menegakkan salat berjamaah. Untuk itu, Nabi Muhammad saw teiah mengajarkan tata-caranya, yang kita kenal dengan Shalat Khauf. Salat berjamaah ini, ju­ga tetap dipelihara oleh para sahabat Nabi saw sesudah Be­liau wafat, dan kemudian diteruskan oleh umat Islam sesu­dahnya.

Lalu bagaimana dengan kita sekarang? Jawaban per­tanyaan tersebut dapat kita lihat di masjid-masjid setiap waktu salat. Masjid seringkali hanya penuh dengan jamaah ketika salat Jumat, salat Tarawih, dan salat led. Sedang pada saat salat lima waktu, kebanyakan masjid kita hanya terisi, dua hingga tiga shaf, terutama pada saat salat Subuh.

Mungkin ada yang berkata, "Salat sendirian juga sah." Memang itu benar menurut fikih. Tapi salat tidak hanya urusan fikih belaka. Buktinya, Nabi Muhammad saw sendiri menghubungkan shaf dengan masalah sosial kemasyarakat­an.

Alhasil, ketika kita sering prihatin karena mudah dipecah ­belah dan diadu domba, salah satu sumbernya memang mungkin kita sendiri. Yakni, ketika kita tak lagi menegakkan salat jamaah seperti dicontohkan Nabi Muhammad saw.

Beberapa orang di antara kita mungkin merasa punya da­lih. Misalnya, tuntutan jam kerja era moderen membuat kita harus sibuk.

Jawaban untuk dalih ini adalah sebuah pertanyaan: Adakah yang melebihi kesibukan dan kegentingan perang? Padahal pada saat seperti itu, Nabi Muhammad saw tetap menegakkan salat berjamaah? n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar