Selasa, 18 Mei 2010

ISTISQAK



Oleh A Ilyas Ismail MA


Musim kemarau sekarang ini, selain telah menim­bulkan kekeringan yang cukup parah, juga ditandai adanya kebakaran hutan yang cukup dahsyat di beberapa wilayah di Indonesia. Diperkirakan musim kering tahun ini masih akan berlangsung hingga November bahkan Desember 1997. Ini berarti, selama satu hingga dua bulan ini kita masih akan dilanda kek­eringan. Sebagian masyarakat kita pun mulai kesulitan mendapatkan air.

Tak dapat disangkal bahwa air merupakan kebutuhan pokok hidup manusia. Dalam Alquran disebutkan bahwa Allah swt menjadikan segala sesuatu yang hidup dari air (Al-Anbiya, 30). Ini berarti, air merupakan sumber hidup dan kehidupan.

Agama mengajarkan, bila terjadi kekeringan yang berkepanjangan kita dianjurkan untuk segera salat Istisqak, salat meminta hujan kepada Allah swt. Dalam suatu riwayat disebutkan, ketika terjadi kemarau panjang Rasulullah saw pernah mengajak umat Islam laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, bahkan remaja dan anak-anak — untuk shalat Istisqak.

Dalam khotbah Istisqak itu, Beliau berpesan dan mengajak umat Islam untuk melakukan tiga hal. Pertama, beristighfar, memohon ampunan kepada Allah swt. Kedua, bertobat dan melepaskan diri dari dosa­dosa. Ketiga, berdoa kepada Allah agar segera diturunk­an hujan.

Perintah istighfar dan tobat seperti disampaikan Nabi Muhammad saw di atas, pernah pula disampaikan Nabi Daud kepada kaumnya ketika mereka dilanda paceklik lantaran selama tiga tahun tidak turun hujan. Seperti diceritakan Alquran, Nabi Daud berkata, "Hai kaumku, memohonlah ampuh kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (Hud: 52).

Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa usaha mendapatkan siraman hujan dari Tuhan — baik dengan shalat Istisqak maupun dengan doa — harus didahului dengan penyucian diri, beristighfar, dan bertobat. Hal ini karena berbagai bencana dan malapetaka, termasuk bencana kelaparan dan kekeringan, pada dasarnya terjadi karena ulah dan perbuatan manusia itu sendiri. Allah berfirman, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar." (Rum: 41).

Dengan begitu, makna terpenting dari shalat Istisqak sesungguhnya terletak pada semangatnya agar manusia melepaskan diri dari berbagai tindak kejahatan dan dosa-dosa, baik dosa kepada Tuhan maupun dosa kepada alam dan lingkungan.

Dengan bertobat dan berhenti merusak lingkungan, maka shalat Istisqak yang kita lakukan insya Allah akan lebih potensial untuk dapat mendatangkan siraman hujan dari Allah swt. Minimal, ibadah yang kita lakukan lewat istighfar, tobat, dan Istisqak itu telah menyirami hati dan rohani kita yang gersang dan tandus karena
dosa-dosa yang setiap saat kita lakukan. n



Tidak ada komentar:

Posting Komentar