Jumat, 14 Mei 2010

H u j a n

Oleh Prof dr K H O Gadjahnata


Dalam suatu hadis Qudsi, Allah swt berfirman: "Sesungguhnya orang yang mengatakan 'Hujan telah turun kepada kita karena adanya bintang anu dan bintang anu' sebenarnya telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang yang disebutnya. Dan orang yang mengatakan 'Sesungguhnya Allah telah menyiram­kan air hujan kepadaku' sebenarnya dia telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang yang disebutnya."

Dulu, mungkin juga sekarang, banyak orang menggan­tungkan kehidupannya pada ahli nujum atau ahli perbin­tangan. Bangsa Arab zaman dulu, misalnya, percaya da­tangnya hujan disebabkan oleh terbit dan terbenamnya bintang. Kepercayaan pada selain Allah seperti ini jelas kufur dan inkar kepada Allah. Karena itulah hadis di atas secara tegas menyebutkan hukumnya.

Karena itulah para ulama menganjurkan hendaknya kita berhati-hati mengucapkan kalimat yang menimbul­kan kekeliruan dimaksud, apalagi menyangkut kekua­saan Allah.

Para ulama menerangkan kufur yang berlawanan dari iman ada empat macam. Pertama kufur inkaar, seperti kufumya kaum komunis yang mengingkari adanya Tuhan. Kedua kufur juhuud, seperti kufur iblis karena dia sebe­narnya kenal dan tahu Tuhan dalam hati sanubarinya namun tidak mengaku dengan lidahnya. Ketiga kufur inaad, yaitu inkar semata-mata karena keras kepada walaupun hati dan lidahnya mengakui Tuhan; dia tidak tunduk dan taat kepada-Nya karena iri dan dengki, atau menunjukkan pembangkangannya. Contohnya adalah Abu Jahl. Sedang keempat kufur nifak, yaitu mengakui adanya Tuhan dengan lidahnya tapi hatinya tetap inkar.

Menurut para ulama, seseorang digolongkan "kufur" bila mengingkari salah satu ketentuan Islam, tapi tidak digolongkan kepada orang yang tidak beriman. Termasuk dalam golongan ini ialah kufur nikmat, yang merupakan sebagian dari "kufur-'asyiir". Nabi saw pemah bersabda kepada Aisyah bahwa kaum wanita sering melakukan­nya. Kufur "Asyiir" artinya mengingkari budi baik yang pemah diterimanya. Misalnya seorang istri marah-marah kepada suaminya dengan berkata: "Engkau tidak pemah membawa aku berjalan-jalan."

Dalam hadis Qudsi di atas Allah swt memberitahukan bahwa ada sementara orang yang tidak atau kurang ber­hati-hati mengucapkan perkataan, sehingga terkadang tergelincir menjadi orang kufur kepada Allah. Misalnya itu tadi, ucapan "turunnya hujan karena bintang anu dan bintang anu."

Kini, musim hujan yang kita tunggu-tunggu telah tiba. Derasnya air hujan itu, selain menyuburkan tanah yang kerontang, juga memadamkan kebakaran hutan dan mengurangi asap akibat kebakaran itu.

Ini semua harus kita syukun bersama. Banyak ayat Al­quran yang menyatakan Allahlah yang menurunkan hujan itu. Simaklah firman-Nya: "Sesungguhnya pengetahuan tentang saat terjadinya qiamat itu ada di sisi Allah, dan Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim." (Q.31-34). Atau, "Dan Kami turunkan dari awan air yang tercurah karena dengan itu hendak menghasilkan tanaman yang berbuah dan tun-r buhan dan kebun yang nmbun.- (Q.78/14,15,16).

Semoga Allah swt mengaruniakan kita taufik-Nya untuk selatu mensyukuri nikmatNya. menaati-Nya, dan menetapkan iman kita dalam keadaan ikhlas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar