Dalam suatu hadis Qudsi, Allah swt berfirman: "Sesungguhnya orang yang mengatakan 'Hujan telah turun kepada kita karena adanya bintang anu dan bintang anu' sebenarnya telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang yang disebutnya. Dan orang yang mengatakan 'Sesungguhnya Allah telah menyiramkan air hujan kepadaku' sebenarnya dia telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang yang disebutnya."
Dulu, mungkin juga sekarang, banyak orang menggantungkan kehidupannya pada ahli nujum atau ahli perbintangan. Bangsa Arab zaman dulu, misalnya, percaya datangnya hujan disebabkan oleh terbit dan terbenamnya bintang. Kepercayaan pada selain Allah seperti ini jelas kufur dan inkar kepada Allah. Karena itulah hadis di atas secara tegas menyebutkan hukumnya.
Karena itulah para ulama menganjurkan hendaknya kita berhati-hati mengucapkan kalimat yang menimbulkan kekeliruan dimaksud, apalagi menyangkut kekuasaan Allah.
Menurut para ulama, seseorang digolongkan "kufur" bila mengingkari salah satu ketentuan Islam, tapi tidak digolongkan kepada orang yang tidak beriman. Termasuk dalam golongan ini ialah kufur nikmat, yang merupakan sebagian dari "kufur-'asyiir". Nabi saw pemah bersabda kepada Aisyah bahwa kaum wanita sering melakukannya. Kufur "Asyiir" artinya mengingkari budi baik yang pemah diterimanya. Misalnya seorang istri marah-marah kepada suaminya dengan berkata: "Engkau tidak pemah membawa aku berjalan-jalan."
Dalam hadis Qudsi di atas Allah swt memberitahukan bahwa ada sementara orang yang tidak atau kurang berhati-hati mengucapkan perkataan, sehingga terkadang tergelincir menjadi orang kufur kepada Allah. Misalnya itu tadi, ucapan "turunnya hujan karena bintang anu dan bintang anu."
Kini, musim hujan yang kita tunggu-tunggu telah tiba. Derasnya air hujan itu, selain menyuburkan tanah yang kerontang, juga memadamkan kebakaran hutan dan mengurangi asap akibat kebakaran itu.
Ini semua harus kita syukun bersama. Banyak ayat Alquran yang menyatakan Allahlah yang menurunkan hujan itu. Simaklah firman-Nya: "Sesungguhnya pengetahuan tentang saat terjadinya qiamat itu ada di sisi Allah, dan Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim." (Q.31-34). Atau, "Dan Kami turunkan dari awan air yang tercurah karena dengan itu hendak menghasilkan tanaman yang berbuah dan tun-r buhan dan kebun yang nmbun.- (Q.78/14,15,16).
Semoga Allah swt mengaruniakan kita taufik-Nya untuk selatu mensyukuri nikmatNya. menaati-Nya, dan menetapkan iman kita dalam keadaan ikhlas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar