Selasa, 18 Mei 2010

Ketaatan

Oleh Didin Hafidhuddin

Taatlah kalian-kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi apabila aku bermaksiyat kepada-Nya, maka tidak ada ketaatan kalian kepadaku." Kalimat ini merupakan salah satu bagian dari isi pidato Abu Bakar Shiddiq ketika ia ditunjuk menjadi khalifah pertama sepeninggal Rasulullah saw.

Bila kita mengamati isi pidato kenegaraan Khalifah Abu Bakar tadi, minimal terdapat dua kesimpulan pokok yang bisa kita ambil dari sana. Pertama. ketaatan itu merupakan unsur yang sangat penting, bahkan menen­tukan dalam kepemimpinan. seorang pemimpin tidak mungkin berhasil dalam mengemban misi kepemimpin­annya, jika tidak disertai dengan ketaatan dan kepatuhan pengikut maupun rakyatnya.

Betapa pentingnya ketaatan itu, sehingga dalam sebuah hadis nwayat Abu Daud, Rasulullah saw mene­gaskan, "Dengar dan taatlah kamu sekalian, walaupun yang menyuruh kamu (memimpinmu) seorang hamba sahaya."

Tentang ketaatan kepada pemimpin ini, bahkan Khalifah Umar bin Khattab menyatakan, "Wahai masyarakat Arab, bumi adalah bumi, tidak ada Islam kecuali dengan jamaah, tidak ada jamaah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan, kecuali dengan ketaatan." (Menuju Jama'atul-Muslimin, HIm. 23).

Kedua, Khalifah Abu Bakar Shiddiq ingin mengajak dan mendidik umat untuk mengembangkan ketaatan yang disertai sikap kritis. Artinya, ketaatan kepada pemimpin bukanlah ketaatan yang membabibuta, apa pun yang diperintahkannya harus diikuti. Tetapi ketaatan yang dimaksud adalah ketaatan yang berdasarkan logika dan rasio yang sehat, ketaatan yang tidak merendahkan martabat kemanusiaan serta ketaatan yang berlan­daskan kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Apabila pemimpin itu melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya atau mengajak dan menyuruh kepada sesuatu perbuatan yang merusak nilai-nilai moral dan ketentuan agama, maka tidak ada keharusan untuk mentaatinya. Terhadap pemimpin semacam yang terakhir ini, bahkan kita diperintahkan untuk menasihatinya.

Dalam sebuah hadis riwayat Abu Daud, Rasulullah saw menyatakan bahwa di antara tiga perbuatan yang rindhai Allah SWT, adalah memberikan nasihat kepada orang yang mendapatkan amanah untuk mengurus urusan dan kepentingan orang banyak. (Tafsier lbn katsier, 1:388).

Dengan demikian, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mendorong dan mengajak rakyatnya kepada kebaikan dan kemaslahatan, sekaligus mau menerima saran dan nasihat mereka. Sedangkan rakyat yang baik, adalah rakyat yang taat kepada pemimpinnya, atas dasar ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Wallahu A'lam bi ash-Shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar