Selasa, 18 Mei 2010

Cobaan

Oleh Irwan Kelana

Tahun 1997 merupakan tahun yang sangat berat bagi bangsa Indonesia. Cobaan demi cobaan, terutama di bidang ekonomi, datang bertubi-tubi. Bencana kekeringan dan asap menyengsarakan rakyat di berbagai wilayah. Ratusan orang, terutama di Irian Jaya, mati kela­paran.

Nilai tukar rupiah anjlok dan pemerintah member­lakukan kebijakan uang ketat. Rentetan akibatnya : bunga bank melonjak jadi dua kali lipat, cicilan rumah berlipat ganda, orang yang sudah bayar uang muka rumah tidak bisa segera memiliki rumah, dan biaya hidup membubung gara-gara harga hampir semua jenis barang kebutuhan sehari-hari meningkat. Bahkan ongkos naik haji pun naik tinggi.

Biaya operasional perusahaan meningkat tajam. Pada saat bersamaan pengusaha kesulitan dana untuk memutar roda bisnisnya. Produksi turun, jam kerja berkurang, sebagian karyawan terpaksa dirumahkan.

Musibah teranyar adalah likuidasi (pencabutan izin) 16 bank swasta yang diumumkan oleh pemerin­tah akhir pekan lalu. Likuidasi tersebut sudah pasti berdampak langsung kepada masyarakat. Puluhan ribu nasabah, termasuk pengusaha kecil yang me­nyimpan dananya di bank-bank tersebut, tidak bisa segera mencairkan dananya.

Padahal dana tersebut mungkin disiapkan untuk keperluan hidup sehari-hari, biaya pendidikan, modal usaha, bahkan untuk hajatan perkawinan. Likuidasi itu pun menimbulkan penganggur baru.

Gejolak moneter tersebut menyentuh seluruh lapisan masyarakat . Dari yang teratas — mereka - yang bingung mengelola uangnya — hingga ke lapisan terbawah (yang makin kelimpungan mencari sesuap nasi untuk hari ini).

Dalam kondisi yang sangat berat seperti ini ke mana lagi kita akan berpaiing kalau bukan kepada Allah swt? Cobaan, dalam pandangan Islam, adalah bagian dari romantika kehidupan.

Islam mendidik kita agar jangan galau meniti kesulitan-kesulitan hidup. Jangan mudah panik. Allah swt selalu mengingatkan, "Jangan cemas dan takut. Allah selalu bersedia menolong."

Ajaran Islam memberikan alternatif-alternatif untuk menghadapi kesukaran-kesukaran hidup. Pertama, segera mengingat Allah. Memperbanyak mohon ampun (istighfarj dan baca Alquran. Memperbanyak doa. Menambah shalat fardhu dengan shalat-shalat sunnat, seperti shalat Dhuha dan shalat Tahajjud.

Rasul Muhammad memberikan contoh. Tiap kali menghadapi kesulitan dalam suatu perkara, Beliau cepat-cepat mengerjakan shalat untuk mendapatkan semangat dan ketabahan dari Allah swt.

Kedua, menata kembali kehidupan, terutama menyangkut pengeluaran-pengeluaran agar lebih rasionai. Konsolidasi ini berlaku, baik untuk kehidu­pan pribadi, keluarga maupun bisnis. Ketiga, kalau memungkinkan mencari sumber-sumber pendap­atan baru. Bagi pengusaha, mencari pasar-pasar baru.

Keempat, yangtidak kalah pentingnya adalah kepasrahan yang dinamis kepada Allah swt. Kepasrahan yang mendorong seseorang untuk selalu berpikir positif, bertindak rasional, dan penuh optimisme. n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar