Selasa, 18 Mei 2010

Gema Talbiyah


Oleh A Ilyas Ismail MA



Bacaan talbiyah " Labbaik Allahumma Labbaik...... meru­pakan sesuatu yang khas dalam ibadah haji. Bacaan ini tiada henti-hentinya dikumandangkan jamaah haji, meng­iringi setiap langkah pelaksanaan manasik haji. Gema dan suara talbiyah yang terus mengalun bersaut-sautan itu, bukan hanya indah di telinga, tapi juga menyentuh dan menggetarkan tali jiwa dan religiusitas kaum beriman.

Para pakar hukum Islam sependapat bahwa talbiyah adalah diperintahkan agama (masyru'ah). Mereka berselisih hanya dalam status hukumnya. Menurut Imam Syafi'i dan Ahmad, tal­biyah adalah dianjurkan (mustahabb). Sedang ulama dari mazhab Hanafi menetapkannya sebagai salah satu syarat ihram. Sementara Imam Malik menetapkannya sebagai salah satu kewajiban haji yang harus dibayar dengan dam bila diting­galkan. (Kitab Fiqh al-Sunnah, 1/558).

Secara harfiah,ungkapan Labbaik itu, berarti "aku datang untuk memenuhi panggilan-Mu, ya Tuhan." Menurut Muhammad Ghazali, ulama Mesir kontemporer, dalam kalimat talbiyah itu terkandung dua makna yang amat dalam. Pertama, ia merupakan jawaban terhadap 'undangan' Nabi Ibrahim a.s., ketika ia berseru kepada umat manusia agar menunaikan ibadah haji. (QS al-Haj: 27). Kedua, ia merupakan pernyataan dan deklarasi tauhid. Sebagai deklarasi tauhid, talbiyah merupakan ekspresi dan manifestasi dari ketundukan manusia secara tutus kepada Allah swt. (Kitab Hadza Dinuna, 126).

Ini berarti, talbiyah dapat diidentifikasi sebagai komitmen para hujaj untuk meneruskan perjuangan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam menegakkan Kalimat Tauhid dan mengenyahkan kemusyrikan dalam segala bentuk dan manifestasinya.

Hal ini, Menurut Ghazali, karena kalimat talbiyah itu sendiri semakna dengan komitmen Nabi Ibrahim dalam Alquran ketika ia berkata, "Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan." (QS al-An'am: 78). Juga sepadan dengan komitmen Nabi Ismail ketika berkata, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang Sabar" (QS al-Shaffat, 102).

Para hujaj, dengan talbiyah yang terus mengalun, sesung­guhnya Sedang mengidentifikasi diri dalam sebuah komunitas yang seluruhnya tunduk dan patuh kepada Allah swt. Tak ada ucapan dan kata-kata di situ selain takbirdan tahmid.

Dalam suasana seperti itu, sesungguhnya para hujajj secara spiritual telah tenggelam dalam realitas mutlak (fana'fi Allah) yang membuat Mereka merasakan suatu tingkat kebahagiaan yang tak mungkin lagi dilukiskan dengan kata-kata.

Inilah barangkali makna kabar gembira (bisyarah) yang pernah disampaikan Nabi Muhammad saw kepada para mulabbi (pembaca talbiyah). Kata Beliau, "'Tak seorang pun yang menggemakan talbiyah, kecuali kepadanya disampaikan berita gembira, yaitu surga." (HR Thabrani). Semoga kita dapat------- meraih bisyarah ini! n



Tidak ada komentar:

Posting Komentar