Kamis, 20 Mei 2010

Bekali Diri dengan Ikhlas


”Wah, mau berangkat haji dengan ONH Plus ya, pasti enak. Tidur di hotel berbintang yang dekat dengan masjid, makannya juga terjamin. Selamat ya.” Begitu biasanya orang berkomentar setiap kali bertemu dengan seseorang yang akan menunaikan ibadah haji dengan fasilitas ONH Plus, yang kini disebut dengan istilah Haji Khusus.

Mengapa disebut Haji Khusus? Ya, karena fasilitas haji ini memang memiliki sejumlah kekhususan. Antara lain, haji khusus ditangani oleh swasta, bukan pemerintah sebagaimana haji reguler. Para jamaah haji khusus juga mendapat fasilitas akomodasi yang berbeda dengan para jamaah haji reguler. Para jamaah haji khusus menginap di hotel berbintang selama di Makkah, Madinah, dan Jeddah, dengan makan tiga kali sehari disediakan oleh pihak hotel. Kriteria hotelnya juga cukup ketat.

”Tidak bisa losmen, tapi paling tidak, hotel bintang tiga,” kata HM Firzain Junus, direktur PT Nipindo Antar Wisata, sebuah biro perjalanan haji dan umrah. Jarak antara hotel dengan masjid pun ada ketentuannya. ”Kalau tidak salah, jarak pelataran hotel dengan pelataran masjid tidak boleh lebih dari 350 meter,” kata Junus yang telah pemimpin perjalanan haji dan umrah di perusahaannya sejak 1993.

Berbeda dengan jamaah haji khusus, jamaah haji reguler menginap di apartemen, atau yang biasa disebut pondokan. Terkadang, untuk makan, mereka juga memasak sendiri. Dalam hal penerbangan, jamaah haji khusus menggunakan pesawat reguler, bukan pesawat kloter yang diatur oleh pemerintah.

Jika tahun ini, Anda termasuk sebagai salah satu calon jamaah haji (calhaj) yang akan menggunakan fasilitas Haji Khusus, tentu Anda akan menikmati semua ‘kekhususan’ yang telah disebutkan di atas. Namun, Junus yang sudah cukup berpengalaman mengelola Haji Khusus berpesan, hilangkan perasaan bahwa sebagai jamaah Haji Khusus Anda akan mendapatkan pelayanan yang serba enak dan memuaskan hati. Ingat, ibadah haji adalah ritual tahunan yang melibatkan jutaan orang dari seluruh dunia. Dalam urusan yang melibatkan jutaan orang ini, tentu sangat mungkin terjadi hal-hal yang kurang mengenakkan.

Misalnya, mengantre di loket imigrasi bandara King Abdul Aziz, lalu-lintas yang macet, atau berdesak-desakan saat melakukan thawaf, sa’i, dan melontar jumrah. Nah, para jamaah Haji Khusus pun tak lepas dari semua hal itu. ”Tidak ada ceritanya, Haji Khusus terus sa’i-nya mendapat keistimewaan semisal bisa dilakukan di hotel,” kata Junus.

Haji Khusus, menurut Junus, hanya merupakan fasilitas, dan sebenarnya fasilitas ini juga pemberian dari Allah. ”Semua kenikmatan termasuk fasilitas itu, kapan saja, bisa saja diambil kembali oleh Allah.” Menurut Junus, ketika hendak berangkat haji, seorang calhaj Haji Khusus tak perlu ‘memusingkan diri’ dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: di Tanah Suci nanti akan menginap di hotel seperti apa, atau makannya bagaimana. ”Yang penting, Insya Allah saja. Karena semua itu, Allah juga yang mengatur. Mudah-mudahan Allah memberi kemudahan dan keringanan pada kita selama beribadah di Tanah Suci.”

Jadi, kata Junus, berangkatlah ke Tanah Suci dengan perasaan ikhlas. Sebab, ibadah apapun kalau tidak dilakukan dengan ikhlas, kita tidak akan bisa menjalaninya dengan enak, bahkan bisa jadi akan terasa berat. ”Haji Khusus itu kelebihannya ada pada fasilitas akomodasi yang lebih baik, penerbangannya reguler, dan harinya lebih singkat. Itu saja,” ujar pria berusia 55 tahun ini.

Kemudian, jika selama dalam perjalanan atau saat beribadah di Tanah Suci menemukan beberapa hal yang tidak mengenakkan, cobalah untuk melihat dari segi positifnya. Misalkan saja, ada jamaah Haji Khusus yang tidak suka dengan penerbangan tidak langsung yang membuatnya mesti transit dan menginap dahulu di suatu tempat seperti Dubai atau Muscat. Cobalah untuk tidak berkeluh kesah dan anggaplah sebagai bagian dari perjuangan.

”Lihat nilai positifnya, misalkan dengan menginap kita bisa istirahat, bukankah kita lelah setelah terbang selama sembilan jam? Dengan bermalam di sana, kita juga bisa melihat tempat baru, yang sebelumnya mungkin belum pernah kita lihat. Itu kan pengalaman baru.”

Satu hal lagi, Junus juga mengingatkan para calhaj untuk mempersiapkan iman dan mental. Jauh-jauh hari, banyak-banyaklah bertobat dan memohon ampunan dari Allah, berpuasa sunat Senen-Kemis, shalat malam, dan memperbanyak dzikir. ”Kalau selama ini Anda biasa mendengarkan radio atau lagu-lagu ketika berada di mobil, biasakanlah untuk mengumandangkan ayat-ayat suci Alquran. Al Fatihah atau surat-surat pendek, juga bisa.” hid/dokrep




http://www.jurnalhaji.com/2009/05/07/bekali-diri-dengan-ikhlas/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar