Selasa, 18 Mei 2010

Masjid

Oleh HA Yani Wahid

Rangkalan peristiwa Isra' dan Mi'raj dimulai dari masjid ke masjid. Memperingati peristiwa ini seharusnya mendorong kaum muslimin mengorientasikan dirinya ke masjid, ikut memakmurkan tempat ibadah itu dengan menjadi jamaah-yang aktif.

Dalam risalah Islam, 'masjid' memang mempunyai fungsi dan peranan tertentu yang melambangkan masyarakat Is­lam bukan perseorangan yang tanpa ikatan. Masjid melam­bangkan Islam sebagai Agama jamaah'. IdeaInya bukan hanya dalam shalat, tetapi di luar shalat juga berlangsung hidup berjamaah. Artinya, masjid bukan sekadar untuk sha­lat berjamaah, fungsi masjid Iebih luas dari itu. Hal ini dapat dimengerti dari tindakan Rasulullah sesampainya di Masjidil Haram sepulang Mi'raj untuk mengajak masyarakat meyaki­ni kebenaran perjalanannya. Atau ketika Nabi sampai di Yatsrib sewaktu hijrah. Pertama kalie yang beliau bangun adalah mendirikan masjid. Dan masjid itulah masyarakat Is­lam disusun, nila-nilai Islam dihidupkan dan dilembagakan dalam kehidupan bersama.

Fungsi masjid yang demikian itu Iebih ditegaskan di masa Khalifah Abu Bakar, bahkan disertai pesan, `'Jika sekiranya datang cengkeraman dari pihak yang batil dan timbul per­lawanan dari pihak yang hak (perlawanan yang tidak akan sia-sia lantaran kebajikannya), maka di kala itu, di masjidlah tempat kamu menetap dan dari Alquran-lah kamu mencari petunjuk." (Pidato Khalifah Abu Bakar). Bagi Khalifah Abu Bakar, masjid harus difungsikan sebagai pusat 'reintegrasi umat'.

Di negeri kita ini, citra kemajuan umat baru ditandai oleh banyaknya bangunan fisik masjid. Itu saja tentu belum cu­kup. Masjid yang benar-benar makmur (difungsikan sebagai­mana seharusnya) masih bisa dihitung dengan jari. Banyak masjid baru berfungsi pada saat shalat Jumat berlangsung. Kadang-kadang keberadaan masjid malah tidak bersambung dengan kehidupan riel masyarakat tetangga masjid, sehing­ga ia ibarat Kuburan Cina yang pakai marmer berukir tapi tak bernyawa di dalamnya.

Untuk itu sudah saatnya dimunculkan gerakan cinta mas­jid yang diprogram secara nasional. Kalau peru melalui Keppres agar Iebih efektif. Dan ini bukan tidak mungkin, mengingat kepeloporan Presiden Soeharto dalam memba­ngun ribuan masjid menghendaki tindak lanjut usaha pemak­murannya. Secara tradisi pun pernah berlangsung dalam tata kota kekuasaan di Jawa dalam lambang menyatunya Masjid, Keraton, dan Alun-alun. Firman Allah: Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah yang beriman ke­pada Allah dan hari akhir, menegakkan shalat, mengeluar­kan zakat dan tidak merasa takut melainkan kepada Allah; mudah-mudahan mereka itu makin terpimpin kepada kebe­naran, " (QS At-Taubah: 18).

Dengan gerakan yang bersifat nasional, pemakmuran masjid akan mampu menyentuh bukan saja pada aktivitas ibadah shalat berjamaah, melainkan juga dapat kita harap­kan masjid akan mampu menjadi sentra pembinaan umat baik keimanan dan ketaqwaannya maupun kehidupan sosial ekonominya. Gerakan koperasi, misalnya, dapat Iebih diper­cepat perkembangannya melalui masjid-masjid. Wallahu A'lam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar