Oleh Fauzan All-Anshad
Manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk (ahsanu taqwim), namun bukan berarti mereka terlepas dari dosa, kecuali para nabi dan rasul yang dipelihara Allah dari berbuat maksiat (ma'shum). Meski demikian, manusia biasa pun dapat memperoleh tempat di surga bersama para nabi dan rasul-Nya.
Karena itu, ajaran Islam tidak pernah menutup pintu tobat hingga datangnya hari kiamat atau ketika sakaratul maut menjemput seseorang. Sabda Rasulullah saw, "Siapa yang bertobat kepada Allah Ta'ala sebelum matahari terbit di barat, Allah menerima tobatnya." (HR. Muslim).
Yang dimaksud 'sebelum matahari terbit di barat' adalah sebelum datangnya hari kiamat yang ditandai dengan terbitnya matahari di barat atau sakaratul maut sebagai 'kiamat kecil' yang akan menimpa setiap orang. Jadi, betapa pun besar dosa manusia, jika mereka segera bertobat sebelum terlambat, maka insya Allah dosa mereka akan diampuni.
Namun agar dosa-dosa kita diampuni, ada syarat-syarat yang harus kita penuhi yang biasa disebut sebagai taubatan nasuha, tobat yang semumi-murninya. Untuk taubatan nasuha ini minimal ada tiga hal yang harus kita perhatikan. Pertama, rasa penyesalan yang mendalam (an-nadm) atas perbuatan dosa yang telah kita lakukan. Rasa penyesalan yang benar akan ditandai dengan keinginan kuat untuk menjauhi perbuatan dosa tersebut dan bemiat tidak akan mengulanginya lagi.
Kedua, keinginan yang kuat (al-himmah) untuk melakukan perbuatan yang lebih baik. Hal ini bisa diartikan bahwa dosa-dosa yang telah kita lakukan dapat ditutupi dengan pahala dari perbuatan baik yang kita kerjakan kernudian.
Ketiga, bila perbuatan dosa tersebut ada hubungannya dengan manusia, seperti mengingkari janji, menipu, berbuat zalim, dan lain-lain, maka syarat berikutnya adalah meminta maaf kepada yang bersangkutan. Karena bila yang terkena perbuatan kita itu tidak memaafkan, maka tobat kita tidak akan diterima. Pada kasus demikian, maka Allah telah menyiapkan suatu hari yang disebut Yaumul Fashli, yaitu Hari Keputusan di mana pada hari itu Allah akan mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya (QS. AI-Mursalat: 14)
Dengan memperhatikan ketiga syarat tadi, tampaklah bahwa taubatan nasuha yang diajarkan Islam tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Untuk melihat apakah tobat seseorang diterima Allah atau tidak, antara lain kita dapat langsung melihat secara fisik perubahan perilakunya dari perbuatan yang buruk berubah menjadi perbuatan yang baik. Pintu tobat ini memang diciptakan Allah di antaranya untuk menghilangkan rasa putus asa dan para pelaku maksiat yang biasanya merasa terlanjur basah sehingga tidak ada lagi harapan untuk memperbaiki diri.
Allah swt menjelaskan, "Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga." (QS. At-Tahrim 8} n
Tidak ada komentar:
Posting Komentar